~~ketika harta kekayaan, kekuasaan dan status sosial menjadi standar kehidupan ~~
Phuwin, mahasiswa baru penerima beasiswa di jurusan business psychology yang di kenal di kampus sebagai anak berani yang mukanya selalu jutek. tidak begitu bergaul dengan mahasiswa lain. Walaupun sudah mendapat beasiswa Phuwin masih tetap memilih bekerja sebagai part timer di salah satu Cafe dekat kampus. Punya teman dekat dari semasa kecil bernama Neo, hanya sama Neo, kita bisa melihat sisi lain dari Phuwin’
Pond, juga mahasiswa baru dengan jurusan yang sama, business psychology. paling terkenal di kampus dan di sukai banyak orang, cewek maupun cowok. Walaupun anak dari keluarga kaya raya, dan calon pewaris tunggal perusahaan milik keluarga tapi Pond tidak pernah menyombongkan diri
~~
~~
“you know my name but you dont know my story“,
quote ini sangat cocok untuk menggambarkan Phuwin, mahasiswa penerima beasiswa yang selalu terlihat jutek dan tidak bergaul dengan mahasiswa lain.
Karena image jutek yang sudah tersebar di kampus, banyak mahasiswa yang berusaha menghindar dari Phuwin.
Rumor ini pertama kali tersebar saat ospek penerimaah mahasiswa baru. Ospek sudah dikenal sebagai kegiataan kampus dimana kakak-kakak tingkat siap „menyiksa“ mahasiswa baru tanpa ada yang boleh membantah.
“jilat, gue suruh jilat ya jilat“ – kata salah satu kakak tingkat memerintah Phuwin untuk menjilat es krim di sepatu sang kakak tinggat. Dengan kedua lutut yang sudah menyentuh tahan seperti sedang bersujut, Phuwin pun hanya tertunduk.
“ini nih, kalo lu lu pada gak ikutin perintah kita, gue bakal bikin lu sengsara. Kalo mau kuliah disini, sebaiknya tunduk sama kakak tingkat“ kata si senior sambil memukul dadaa dan tertawa, serasa dunia ini dibawah kekuasaan dia.
“eh, lu lama banget sih anjing !! orang tua lu gak ngajarin lu untuk ngehargain yang lebih tua“ kata si senior sambil mendorong kepala Phuwin. Mendegar perkataan kakak tingkat yang menyinggung orang tua Phuwin, dia pun berdiri dan „aahh, anjing !!“ kakak tingkat berteriak kesakitan, Phuwin menonjok wajah kakak tingkat yang menyebabkan darah belumuran di baju si senior.
Perkelahian antara Phuwin dan kakak tingkat pun terjadi, untungnya kakak tingkat yang lain segera melerai.
“Arthit, segera ke kantor saya. Kamu juga mahasiswa baru“ teriak salah satu dosen yang kebetulan saat itu sedang melintas di dekat tempat kejadian.
Senior Arthit sudah terkenal dengan kebrutalannya saat menjadi ketua panitia ospek jurusan, Cuma ini pertama kalinya ada perkelahian seperti ini.
“udah berapa kali kamu dibilangin, jangan nyiksa anak anak baru separah itu. Ngapain nyuruh nyuruh jilatin sepatu. Emang kamu Tuhan ??“ kata dosen dengan nada suara yang keras
“iya pak Aof, maaf pak“ kata Arthit tertunduk.
“selalu maaf, kata maaf selalu dengan gampangnya keluar daari mulut kamu tapi kata maaf itu gak ada artinya. Kalau mau di hargai, ya kamu harus menghargai yang lain“ kata dosen menasehati
“Phuwin ?!“ panggil dosen
“eh . . .“ jawab Phuwin kaget
“ya kamu, siapa lagi yang ada dalam ruangan ini“ kata dosen sambil menatap Phuwin yang hanya tertunduk
“iya pak“ jawab Phuwin dengan nada kecil
“bagaimana ?? mau berdamai atau mau dibawa ke meja hijau ??“ tanya si dosen
“berdamai pak Aof, saya gak akan ngulangin lagi, luka di bibir juga gak papa. Biar urusannya gak panjang“ jawab Arthit gugup
“bagaimana dengan kau Phuwin ??“ tanya dosen ke Phuwin
“karena kak Arthit mau berdamai, ya aku juga berdamai. Maaf kak, bibir kakak luka karena pukulan saya“ jawab Phuwin sambil menghadap si senior
Alhasil, mereka pun berdamai di dalam ruangan dosen. Dosen yang bernama Aof itu pun menyuruh mereka ke UKS supaya luka di tangan Phuwin dan di bibir Arthit bisa di obati.
“aahh“ suara Phuwin keluar dengan nada kaget, saat sang senior dengan sengaja menabrak bahu Phuwin„jangan lu kira kita udah berdamai ya. Awas aja lu.
“Bibir gue yang berdarah ini gue akan bikin lu menyesal dengan kelakuan lu tadi di depan anak anak“ kata Arthit mengancam
Phuwin pun hanya terdiam dan menatap belakang sang senior yang jalan menjauh, kembali ke lapangan ospek.
Dengan berjarak beberapa meter di belakang si Arthit mereka berdua kembali ke lapangan ospek.
„”iapa saja yang berteman dengan dia, bakal gue siksa juga“ kata Arthit sambil menunjuk Phuwin dan mengancam mahasiswa untuk tidak berteman dengan Phuwin.
“gue juga gak butuh teman kale, santai aja. Nganggap aja gue gak ada. Kalau lu butuh perhatian gue, bilang. Jangan sok sokan nyiksa deh“ kata Phuwin sambil berjalan ke arah Arthit.
Semua yang mendengar kalimat ini dan melihat Phuwin pun berusaha manahan tertawa. Arthit dengan wajah memerah, segera mengambil tasnya dan ijin balik ke dorm.
Phuwin pun demikian, mereka berdua diperbolehkan pulang atas ijin dari dokter kampus.
Walaupun di ijinkan pulang Phuwin tidak langsung balik ke dorm, tapi dia menuju ke Cafe tempat dimana ia bekerja sebagai part timer. Cafe yang terletak tidak jauh dari komplex kampus ini yang membuat Phuwin bisa ke Cafe hanya dengan jalan kaki. Phuwin sebenarnya punya sebuauuh sepeda motor yang di hadiahkan oleh tantenya, tapi motor itu hanya dipakai kalau dia mau pulang ke rumah. Phuwin tinggal di dorm dalam area kampus, tempat kerja part time dia juga tidak jauh dari kampus.
Karena dia tahu rasa susahnya mencari uang dia berusaha sebisa mungkin untuk mengehbat biaya pengeluaran yang dipakai tiap bulan.
Kegiatan hari itu pun terselesaikan seperti biasa, sepulang dari Cafe dia dibolehkan membawa pulang beberapa Roti dan Cake sisa penjualan hari itu.
Untuk makan makan seperti biasa, antara dapat makanan dari cafe atau beli diwarung.
Untuk sarapan biasanya ada sisa dari makan malan. Untuk makan siang, Phuwin biasanya makan di kampus. Jadi untuk urusan masak memasak bukan suatu keahlihan yang dimiliki Phuwin.
Sesampainya di dorm, Phuwin segera mandi dan tidur karna besok masih hari ospek jadi dia haru bangun pagi sekali biar tidak terlambat.
~keesokann harinya~
“selamat pagi, silahkan duduk“ kata pak Aof mempersilahkan seorang mahasiswa baru dan asisten pribadinya duduk. Mahasiswa ini juga baru semester 1, Cuma dia terlambat ikut kegiatan ospek karena ada urusan perusahaan di luar negeri.
Seperti kabar burung yang sudah terdengar, kalau calon penerus perusahaan smartphone terbesar di negara ini akan melanjutkan kuliah di kampus yang sama dengan Phuwin. Alhasil semua orang, mahasiswa baru termasuk dosen penasaran dengan wajah sang penerus perusahaan raksasa itu.
“nama saya Pond Naravit. Maaf pak Aof, saya terlambat datang untuk mengikuti ospek“ kata Pond tersipu malu.
“gak papa, kamu gak ikut ospek pun juga gak papa. Ayah kamu merupakan donatur terbesar di kampus ini, jadi semuanya aman. Gak ada yang perlu dikuatirkan“ kata pak Aof sambil tersenyum lebar.
“hehehe, iya pak“ jawab Pond sambil menunduk karena kata kata itu sudah tidak asing lagi di telinga Pond.
“ini nametag kamu, tulis nomor registrasi ospek disini“ kata pak Aof sambil memberikan pena
“nomor registrasi ??“ tanya Pon kebingungan.
“yang dikirim per email, sudah kamu cek ??“ tanya pak Aof
“maaf pak, belum“ jawab Pond
“iya udah, gak papa. ni daftar nama nama kelompok ospek kamu, cek nama kamu, disitu ada nomor registrasi,“ kata pak Aof menyerahkan selembar dokumen nama nama anggota ospek.
“Kalau sudah segera kita menuju tempat ospek“ kata pak Aof sambil menuju ke pintu keluar.
“iya pak, terima kasih“ jawab Pond sambil menerima data tersebut. Setelah melihat data tersebut, Pond pun tersenyum sambil menulis nomor registrasi ospek miliknya. Pond berusaha berbisik ke Joss, asisten sekaligus bodyguard pribadi Pond Naravit.
“Phi Joss, gak usah ikutin aku ke lapangan. Malu lah, kita udah terlambat. Ospek hanya tinggal hari ini dan besok penutupan“ kata Pond menahan Joss.
“gak apa apa, pi liat aja dari jauh. Entar kalo pi gak ikut ke lapangan , dimarahin papa loh“ kata Joss merayu manja.
“iya deh, tapi sembunyi biar gak kelihatan” kata Pond
“oh ya, nomor itu nanti kamu pakai buat masuk ke website kampus bagian ospek. Pakai nomor itu sebagai passwort kamu. Nanti disitu kamu bisa download sertifikat ospek kamu“ kata pak Aof menjelaskan kegunaan nomor
“baik pak, terima kasih atas informasnya“ jawab Pond sambil menuju ke pintu keluar.
Jam menunjukkan pukul 7:30 pagi yang artinya Pond sudah sangat terlambat untuk mengikuti ospek. Dengan rasa malu dan berjalan sambil melihat ke bawah, Pond, Joss dan pak Aof pun pergi menuju lapangan ospek untuk bertemu dengan kakak tingkat dan teman seangkatan lainya.
Dilapangan Phuwin dan yang lain sudah menunggu di lapangan.
Sesampainya di depan lapangan. Pond pun memperkenalkan diri dan meminta maaf atas keterlambatan dia dalam mengikuti kegiatan ospek
“gak papa, santai aja, sultan“ jawab Arthit melawak
Pond hanya tersenyum dengan raut wajah yang menunjukkan kalau dia tidak nyaman dengan sebutan sultan.
Sambil meletakan tangan di dekat dahi untuk menghindari cahaya matahari, Phuwin berusaha melihan sosok anak konglomerat di depan lapangan.
Dan untuk pertama kalinya tatapan mata mereka bertemu. Pond berusaha menunjukkan simple smile-nya tapi Phuwin sudah terlanjur menoleh ke arah lain.
“Arthit, sekarang dia tanggung jawab kamu“ kata pak Aof
“baik pak. Woy buka jalan, woy !! anak sultan mau lewat“ kata senior Arthit sambil berteriak karna melihat pas Aof sudah meinggalkan lapangan.
“eh kampret. minggir sana. huush“ kata Arthit mengusir Phuwin.
Dengan senyumam salah tingkah Pond bingung harus ke mana.
“lu disini aja, Pond“ kata Arthit
“kalo lu di belakang. Tempat lu di belakang, bangke“ kata Arthit mengejek Phuwin.
Phuwin pun hanya menatap Arthit dan Pond terus munduk ke belakang barisan sambil menghela nafas panjang.
“APA !!“ kata Phuwin jengkel ke Pond karena Pond yang tidak berhenti menatapnya
“sorry“ jawab Pond canggung
Senior Arthit kembali ke depan barisan untuk memulai kegiatan ke 2 ospek pada hari itu.
“so, guys. Kegiatan ke 2 hari ini kita akan mengadakan kegiatan minta tanda tangan senior di kampus. Terserah mau dari jurusan mana saja. Karena minimal 500 tanda tangan sebaiknya tugas ini di kerjakan berdua“ kata senior Zee.
“maaf kak Zee, ini bentuk kelompoknya gimana ?“ tanya salah satu mahasiswa
“biar gampang, balik aja ke belakang lu. Yang di belakang lu itu pasangan lu untuk tugas ini“ jawab Zee spontan.
“bagaimana menurut kalian ? gitu aja ya cara bentuk kelompok“ tanya Zee ke pengurus ospke yang lain
“iya gitu aja, biar gak ribet“ jawab yang lain mengiyakan
Pond sadar kalau yang di belakang dia itu Phuwin. Karena pertemuan pertama kali yang canggung tadi, Pond sedikit gugup untuk berbalik.
“woy, ayo !! ngapain lu bengong“ kata Phuwin sambil menyentuh pundaknya Pond
“oh iya, ayo“ jawab Pond kaget.
Pond dan Phuwin pun berjalan berdampingan menuju gedung kampus untuk memulai tugas mengumpulkan tanda tangan senior
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan II