***
sambil berjalan kearah gedung jurusan lain, Pond pun memulai percakapan.
„ehm, kita ke gedung mana duluan ?“
Sayangnya Phuwin tidak menggubris, karena Phuwin tidak menjawab pertanyaan Pond, Pond pun hanya mengikuti langkah Phuwin dari belakang.
„dari sini kita pisah, lu ke sana, ke kantin, pasti banyak kakak tingkat disana, biar gue ke sini, ke gedung teknik“ kata Phuwin sambil menunjukkan arah
„tapi kan bukunya Cuma satu, kan tugasnya berdua“ jawab Pond menolak rencana Phuwin
„kalo gitu biar gue aja, lu duduk aja disana. Kalo gak entar kaki lu sakit lagi, SULLTAAN“ kata Phuwin dengan nada mengejek
„nama gue-“ belum saja menyelesaikan kalimat yang mau diucapkan, Phuwin sudah langsung memotong, „udahlah, gue gak peduli nama lu siapa. Yang jelas gue gak ada rencana mau kenal lu,“ kata Phuwin jutek.
„kok lu kasar banget sih ?!“ kata Pond sambil memperlihatkan raut wajah yang tampak sedikit sedih
„sini bukunya, lu duduk aja“ tanpa menggubris pertanyaan Pond, Phuwin memperlihatkan telapak tangannya, dengan maksud supaya Pond memberikan buku tanda tangan.
„gak, tadi dibilang harus sama sama, berdua. Ya harus berdua“ jawab Pond tegas
„ayo,ke kantin !!“ tambah Pond sambil jalan mendahului Phuwin ke kantin
Phuwin pun hanya menghela napas panjang sambil mengejar Pond dari belakang.
***
„selamat pagi kak, bisa minta tanda tangannya“ kata Pond memulai percakapan dengan kumpulan kakak kakak tingkat yang lagi duduk di bangku kantin.
„ooh hoo, anak sultan !!“ jawab salah satu kakak tingkat, sambil merangkul pundak.
„duduk aja disini, Pond kan ?!“ tambah salah satu kakak tingkat yang duduk di atas meja.
„sini bukunya, biar kita tanda tangan, lumanyan lah tujuh tanda tangan kaliat dapat dari kita. yang dibelakng lu itu siapa ?? kalian satu grup ??“ tambahnya sambil menunjuk ke arah Phuwin
„iya kak, kita berdua satu grup buat minta tanda tangan. Nama dia-“ belum juga selesai memperkenalkan Phuwin. Off, kakak tingkat yang tadi merangkul Pond melepaskan rangkulannya dan merangkul Phuwin.
„dek, bagaimana kalo lu aja yang minta tanda tangan ?? kita mau kenalaan nih sama si anak sultan. Kalo sampe kakinya sakit karna keliling kampus minta tanda tangan, emang lu mampu bayar biasa rumah sakit ??“ tanya Off sambil berbisik di telinga Phuwin.
Sambil memasang senyuman paksa di wajahnya, Phuwin pun mengambil paksa buku yang sudah ditanda tangani sama 7 kakak tingkat dari genggaman Pond, dan langsung jalan meninggalkan grup itu.
„eh, lu mau ke mana ?? tanya Pond kaget dan berusaha menghentikan Phuwin, sayangnya dia di tahan sama Arm, kakak tingkat yang jadi orang pertama menandatangi buku tugas mereka.
„disini aja, kenalan sama kita. Biar dia aja sendiri yang minta tanda tangan“ kata Arm sambil manaruh tangannya di pundak Pond supaya Pond bisa duduk ditengah tengah mereka.
„gue Arm, btw. Dia Off, yang ini–“ tanpa sadar Pond tidak mendengar sama sekali nama nama yang di pekenalkan Arm, karena pandangan dan pikirananya terfokus kearah Phuwin yang sudah meninggalkan kantin
„iyak kak. Nama saya Pond Naravit. Tapi maaf kakak kakak senior semua. Kalo entar ketahuan aku gak kerjain bareng tugas ngumpul tanda tangan bareng Phuwin. Entar kena marah gimana ?!!“ kata Pond sambil berdiri dengan maksud untuk segera mengejar Phuwin.
„maaf kak, bener bener minta maaf. Tapi aku harus nyusul teman aku“ tambahnya sebelum meninggalkan kantin tanpa melihat lagi wajah wajah para senior.
***
*penjilat dimana mana, jijik gue !!* pikir Phuwin, sambil jalan menuju gedung teknik.
tiba tiba ada yang menarik tangannya. Dengan kaget Phuwin pun segera menoleh kebelakang untuk melihat, siapa yang berani memegang tangannya
„ngapain lu pegang tangan gue!!“ kata Phuwin sambil berusah menarik melepaskan tangannya
„kan udah gue bilang, nyari tanda tangannya harus berdua. Sama-sama !!“ kata Pond sambil terengah-engah sehabis lari mengejar Phuwin.
„trus kapan lu mau lepas tangan gue, sultan ?“ kata Phuwin sambil menunjuk tangan Pond dengan pandangan matanya.
„oh, maaf. Makanya jangan ninggalin gue“ jawab Pond canggung sambil melepas tangannya.
~~
„lu ke gedung gue, tapi gak ketemu gue“ suara yang datang dari belakang Phuwin dan tampak tangan dari pemilik suara itu merangkul Phuwin dari belakang. Neo, pemilik suara tersebut.
„ya kan gue baru mau cari elu“ kata Phuwin sambil memukul tangan Neo yang merangkul bahunya.
„lu berdua mau ngumpulin tanda tangan disini ?? tanda tangan kakak tingkat gue ??“ tanya Neo kaget. „saran aja ya, sebaiknya jangan. Entar lu disuruh yang enggak enggak!!“ tambahnya
„gak papa, kan ada sultan“ kata Phuwin santai sambil menunjuk Pond.
„ooh, ini. Sebelum lu tiba di kampus ini aja lu udah terkenal se-antero kampus. Gue Neo. btw“ kata Neo sambil menyondorkan tangannya untuk berkenalan
„gue Pond, Pond Naravit“ kata Pond tersenyum sambil berjabat tangan dengan Neo.
„gila, lu ganteng banget !!“ puji Neo.
„lu tinggal dimana ? di rumah, apartment atau di dorm ? eh tapi kenapa lu mau kuliah disini ?! kampus ini kan bukan kampus tempat anak anak konglomerat kuliah“ tambahnya Neo yang menyerang Pond dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
Ya, memang kampus tempat mereka kuliah ini kampus terkenal tapi bukan kampus elite tempat anak anak orang kaya kuliah. Karena kebanyakan mereka kuliah di kampus privat yang biaya per semester 10 bahkan 20 kali lipat dari kampus biasa.
„gak usah banyak tanya, njir !! emang dia tinggal dimana kuliah dimana, urusan lu ?“ ungkap Phuwin memotong Pond yang terlihat akan menjawab semua pertanyaan Neo.
ayo, minta tanda tangan !! kalo gak keburu siang, malas panas panas keliling kampus minta tanda tangan“ tambahnya
„tapi enak banget njir. Lu berdua bagi tugas, gue sendirian. Kapan gue punya pasangan?!!“ kata Neo merengek seperti anak kecil yang sontak membuat Phuwin tertawa.
melihat Phuwin yang tertawa membuat Pond pun ikut tersenyum. Phuwin yang sadar kalau Pond sedang menatapnya pun berhenti tertawa dan kembali memasang wajah juteknya
***
Waktu menunjukkan pukul 12:17 menandakan sedikit lagi waktunya makan siang. Pond, Phuwin dan Neo sama sama meminta tanda tangan kakak tingkat keliling kampus dari pagi. Begitu banyak hal yang harus mereka lakukan sesuai perintah kakak tingkat sebelum mendapat tanda tangan, untungnya hampir semua perintah kakak tingkat masih pada tingkat kewajaran, dan semua itu berkat Pond Naravit, banyak kakak tingkat yang tidak berani mencari masalah dengan menyuruh mereka melakukan hal hal aneh, karena Pond yang terkenal tidak saja di kalangan mahasiswa tapi juga dikalangan dosen. Yang artinya kalau ada apa apa dengan Pond mereka juga bakalan kena masalah.
Mereka bertiga duduk dibangku di bawah pohon sambil meminum jus demi melepas lelah.
„beruntung banget gue hanya tinggal dua lagi nih, dari 500 tanda tangan. Thank you ya Pond, semua karna lu kalo gak , bakalan disuruh yang aneh aneh sama kakak tingkat. lu berdua butuh berapa tanda tangan lagi?“ kata Neo sambil meminum jus mangga dan menepuk nepuk paha Pond,
„iya lah, gak ada yang berani sama sultan. Entar bisa di DO lu sama kampus“ kata Phuwin yang memotong pembicaraan
„gak juga, itu emang kakak tingkatnya aja yang baik. Masa hanya karna tanda tangan mereka bakalan di DO“ jawab Pond merendah
„lu udah anak sultan, ganteng, baik lagi. Gila, pasti banyak yang ngejar ngejar lu dari lu masih embrio“ Neo yang membalas kalimat Pond sambil tertawa
„embrio ?! itu kan masih bukan apa apa“ balas Pond sambil tertawa
„ya bagus kalo mereka ngejar lu karna suka, kalo ngejar lu karna uang lu, gimana ?!“ Phuwin yang tiba tiba menoleh ke arah Pond
Pond yang tampak kaget dengan pertanyaan Phuwin pun hanya bisa tersenyum.
„iya juga sih, hati hati ya Pond“ jawab Neo menyela
„anjir, padahal baru aja gue mau minta nomor lu. Gara gara lu, win ! gue jadi malu, entar dia kira gue penjilat lagi“ tambah Neo sambil mendorong bahu Phuwin.
„gak papa kok, ini kan semester awal, emang lebih baik kalo langsung dapat teman pas awal masuk. Biar gue simpan nomor lu duluan“ kata Pon dengan nada semangat sambil mengeluarkan Hpnya dari saku celana.
„widih, gue tersanjung, elu yang minta duluan. Ini nomor gue 026921367129“ jawab Neo
„kalo-?“ Pond menoleh ke arah Phuwin bermaksud menanyakan juga nomor Phuwin, sayangnya hal itu dihentikan Neo
„kalo dia lu gak perlu minta, karna dia gak bakalan ngasih“ kata Neo berbisik di telinga Pond.
„ah. kalo gitu biar lu aja. itu nomor gue” balas Pond sambil berbisik memberitahukan Neo kalo dia baru saja menelepon nomor Neo.
Peka terhadap suasana yang terasa canggung karena nomor hp, Neo pun berusaha mengganti tokpik pembicaraan.
„lu berdua sisa berapa tanda tangan?“ tanya Neo
„punya kita tinggal tiga lagi“ jawab Pond sambil mengecek buku tanda tangan.
„kalo gitu gue bakal balik ke kelompok ospek gue, biar sisanya minta sama kakak pengurus ospek“ ungkap Neo sambil berdiri dan akan kembali ke kelompok ospek jurusan teknik.
„kalo gitu kita berdua juga bakalan balik ke kelompok kita, biar minta tanda tangan pengurus ospek“ Pond yang juga menbalas ungkapan Neo, sambil menoleh ke arah Phuwin untuk melihat reaksi Phuwin, sayangnya Phuwin tidak bereaksi sama sekali.
„kalo gitu, bye. Selesai ospek kita hang out bareng ya Pond. And perlu diingat gue gak ngejar uang lu“ kata Neo sambil berlari ke arah gedung teknik.
Neo, juga merupakan anak beasiswa sama seperti Phuwin di jurusan teknik.
anaknya paling heboh dan lucu, selalu asik diajak bercanda. Punya rasa percaya diri yang sangat tinggi. Teman Phuwin satu satunya, dari kecil hingga sekarang.
Hanya sama Neo, Phuwin bisa terbuka tentang hal apa saja
***
next chapter : Kerikil Kehidupan III