***
Pond dan Phuwin berjalan kembali ke gedung mereka untuk bertemu dengan kakak pengurus ospek.
„gue gak ngasih nomor ke orang yang gue baru kenal“ kata kata itu tiba tiba saja keluar dari mulut Phuwin, kalimat yang keluar dengan nada datar
„gak papa kok, itu kan hak lu mau ngasih apa gak.“ Balasan Pond ini pun sontak membuat Phuwin menoleh kearah Pond, melihat Pond yang tersenyum kearahnya, wajah Phuwin pun berubah seperti menunjukan rasa curiga, rasa aneh, merasa tak wajar. Semu bercampur aduk. „aneh, kok lu masih bisa senyum sih ?!! gak canggung gitu ?!!“ pikir Phuwin dalam hati
„kenapa ?“ tanya Pond bingung melihat Phuwin yang sedang menatapnya
„bodyguard lu mana ? asisten ? sekretaris ?“ tanya Phuwin dengan maksud mengganti topik pembicaraan
„maksudnya??“ balas Pond
„gue tadi liat ada orang badan besar tinggi tegap yang selalu liatin lu dari jauh“
Kalimat yang keluar dari mulut Phuwin pun sontak membuat Pond menghentikan langkahnya
„keliatan ya ?“ tanya Pond dengan nada malu.
„ya elah, sultan !! ya badan tinggi begitu bagaimana gak keliatan?!!“ kata Phuwin sambil menunjuk dengan tatapannya ke arah belakang Pond yang memperlihatkan kalau Joss sedang berjalan menuju ke arah mereka berdua
„pi Joss !! kan tadi Pond bilang sembunyi aja biar gak keliatan“ kata Pond sambil menepuk jidatnya
„udah dekat jam makan siang, Pond“ ujar Joss sambil melihat ke arah jam tangannya
„aku masih tinggal 3 tanda tangan lagi, selesai ini baru makan siang dengan anak anak lain“ Pond menjawab sambil memperlihatan buku tugas tanda tangan dia dan Phuwin
„gak papa, sisanya gue aja yang bikin. Lu bisa makan siang duluan“ Phuwin yang terlihat ingin merampas buku tanda tangan dari genggaman Pond
„eitss, dari awal kan gue udah bilang, sama sama!!“ jawab Pond sambil mengangkat tangannya yang menggenggam buku tersebut.
“hah, maksudnya apa coba ? ngangkat tinggi tinggi gitu, mau pamer ketinggian ??” ujar Phuwin yang melihat Pond dari atas kepala sampai ke kaki
„Pi Joss, makan aja duluan, aku nanti bareng kelompok ospek“ katat Pond tidak menghiraukan ucapan Phuwin dan hanya melirik ke arah Phuwin. melihat Phuwin yang terlihat speechless dengan wajah imutnya, Pond pun hanya bisa tersenyum berusaha menahan tawanya.
“achh” ternyata Phuwin memukul perut Pond yang membuat Pond mengeluarkan suara itu
Phuwin tersadar kalau yang di depan mereka itu bodyguardnya Pond, dia pun hanya menatap Pond sambli salah tingkah tanpa berkata apa-apa dan memukul jidatnya sendiri. melihat betapa lucunya sikap Phuwin itu Pond pun hanya bisa tertawa
„kalo gitu pi tunggu di kantin“ ujar Joss sambil tersenyum ke arah Phuwin
„gak usah, pi beli aja di luar. Aku gak papa kok, ada Phuwin“ mendengar kelimat yang keluar dari mulut Pond, sontak membuat Phuwin kaget dan menoleh ke arah Pond
„kalo gitu, saya titip Pond ya, nong Phuwin“ ujar Joss
„ah iya pi, gak papa“ setelah mendengar balasan Phuwin ini, Joss pun mengangkat alisnya dan menoleh ke arash Pond, Pond pun membalas lirikan Joss dengan senyuman. Joss lalu meninggalkan mereka berdua.
Phuwin menoleh ke arah Pond sambil mengerutkan alisnya
„lu gila ?? gue gak bisa karate njir, entar kalo ada masalah bagaimana ? yang ada gue lari ninggalin lu !!“ kata Phuwin dengan nada kaget
„tenang aja, gue bisa jaga diri kok, sekalian jagain lu juga gue bisa“ balas Pond sambil tertawa dan meinggalkan Phuwin yang terlihat bengong.
„mau dapat 3 tanda tangan sisa gak?“ tambah Pond
„ah,ok ok !!“ jawab Phuwin kaget sambil mengejar Pond yang sudah jalan lebih dulu. Pond tersenyum lebar melihat Phuwin yang berlari kearahnya
***
Sesampainya mereka di dekat lapangan ospek, tampak pengurus ospek sedang duduk sambil menunggu para mahasiswa baru
„sedikit lagi jam makan siang nih, berapa anak lagi yang belum selesai ngumpulin tanda tangan?“ tanya Zee ke sesama pengurus ospek
„dari daftar sih ada 3 pasangan yang belum selesai, termasuk anak sultan“ jawab Mild, salah satu pengurus osis cewek jurusan business psychology.
„kalo gitu gimana, tunggu dikit lagi ya. Kalo gak kalian duluan aja makan siangnya biar gue yang nungguin“ jawab Zee sambil melihat jam tangannya
„siang kak“ suara ini sontak membuat ke lima pengurus osis yang sedang duduk itu pun menoleh ke belakang
„siang, sultan. Bagaimana, udah selesai ngumpulnya ?“ tanya Arthit
„belum kak, sisa tiga lagi. Kita berdua rencananya mau minta tanda tangan kakak pengurus“ balas Pond sambil melirik ke kanan, ke arah Phuwin yang juga terlihat mengagguk tanda bahwa dia juga menyetujui rencana tersebut
„kalo gitu sini bukunya, biar kita tanda tangan, dikit lagi udah jam makan siang“ kata Mild, sambil menyondorkan tangan meminta buku mereka
„eitt, gue duluan !!“ Arthit tiba tiba merampas buku yang hampir digenggam Mild
„sultan, duduk aja, kasian capek dari pagi keliling kampus. Eh lu Phuwin !! sini bentar“ tambah Arthit yang tiba tiba menarik Phuwin yang berdiri disebelah Pond
„woii, anak orang woi !“ teriak Jimmy, salah satu pengurus ospek yang paling tinggi.
„kenapa kak ??“ tanya Pond yang kebingungan
„hubungan mereka berdua udah gak baik dari hari pertama ospek“ jawab Jimmy membalas pertanyaan Pond
„lu lari keliling ini lapangan sepuluh kali, baru gue kasih tanda tangan !!“ kata Arthit mengancam sambil memukulkan buku tanda tangan di kepala Phuwin
Sadar akan hal apa yang akan terjadi dari perkataan Arthit, Pond pun berjalan menuju mereka berdua
„kalo gitu, aku juga kak. Kan ini tugas kelompok. Jadi aku lima putaran, Phuwin lima putaran“ Phuwin menoleh ke arah Pond ang tiba tiba berdiri didekatnyaa
„aduh sultan, kamu-“ belum sempat mnyelesaikan kalimat yang mau diucapkan, Pond sudah terlanjur memotong.
„gak papa kak, aku udah janji sama Phuwin bakal ngumpulin tanda tangan sama sama“ kata Pond
„ayo, win. Larinya barengan biar bisa cepat makan siang“ Pond dengan reflex menggenggam pergelangan tangan Phuwin lagi. Phuwin tampak kaget dengan sikap Pond, tapi tetap mengikuti kata Pond, Phuwin hanya bisa bengong melihat tangannya yang di genggam Pond sambil berlari.
“bentar. tangan gue lepasin dulu. susah larinya kalo genggaman gini” ujar Phuwin
“oh iya, maaf” jawab Pond canggung
“gak papa” Phuwin pun juga terllihat canggung dengan suasana di tengah lapangan
dan perasaan dann situasi yang canggung, mereka tetap melanjutkan perintah Arthit yang menyuruh mereka lari lima putaran.
selesai berlari lima putaran mereka berdua pun berhenti di depan tempat duduk kakak kakak pengurus ospek
„ini, Tan. semuanya udah lengkap ditanda tangani. Kalian bisa pergi makan siang“ kata Arthit sambil menyondorkan buku ke tangan Pond
„yang lain juga udah boleh makan siang“ tambahnya sambil berteriak ke arah peserta ospek yang lain
Phuwin dan Pond yang terlihat masih terengah-engah sehabis lari akhirnya ditinggal sama Arthit.
Merasa kalau ada yang memperhatikan dia, membuat Pond menoleh ke arah Phuwin.
„sama-sama“ kata yang keluar dari mulut Pond ini membuat Phuwin membuka matanya lebar lebar
„gue gak bilang apa apa“ balas Phuwin sambil salah tingkah
„dari muka lu keliatan“ jawab Pond sambil memukul jidat Phuwin dengan buku tanda tangan.
“apaan sih” tanpa sadar, Phuwin tersenyum ke ara Pond. Pond yang kaget melihat si jutek Phuwin tersenyum kearahnya pun hanya bisa menatap Phuwin.
Mereka pun tenggelam dalam dunia tatap-tatapan sampai akhirnya Zee memanggil mereka berdua yang membuat Phuwinsadar kalau dia sedang tersenyum. Phuwin pun segera menutup mulutnya.
„ayo ke kantin“ teriak Zee
„ayo, win” mendengar ajakan Pond, Phuwin pun ikut ke kantin untuk makan siang.
~~
~~
„hhmm, lu mau pesan apa, biar gue yang bayar“ pertanyaan yang keluar dari mulut Phuwin ini tidak pernah didengar oleh Pond sama sekali, karena semua orang tahu akan kekayaan orang tuanya, tidak pernah ada yang niat mentraktir dia, selalu dia yang mentraktir orang lain-
„eh ?!!“ hanya kata ini yang bisa keluar dari mulutnya Pond saat dia benar benar terkejut mendengar sesuatu.
„iya, gue tahu lu yang kaya. Tapi biar gue traktir aja karna lu tugas minta tanda tanganya gampang“ kata Phuwin sambil menunjuk menu di dinding.
„lumayan, karna kantin kampus jadi harganya juga gak mahal mahal amat!“ tambahnya
Dengan senyum lebar Pond menjawab „kalo gitu, gue pesan yang nomor dua, nasi omelette“
„minumnya??“ tanya Phuwin lagi
„jus jeruk“
„kak, kita berdua pesan nasi omelettenya dua, jus jeruknya dua“ Phuwin memesan makanan dan minuman yang sama dengan Pond biar Pi yang mengurus kantin tidak harus kerepotan menyiapkan pesanan.
„kepala lu kejedot ?! tanya Phuwin ke arah Pond
“haah ?!!” jawab Pond bingung
“gigi lu keliatan, kenapa lu senyum senyum“ dengan raut wajah yang kebingungan melihat Pond yang masih tersenyum sontak membuat Phuwin menanyakan pertanyaan ini.
„enggak, gak papa“ balas Pond
„ya udah, lu cari aja tempat duduk, makananya biar gue yang pegang“
„lu gak papa?“
„gak papa ah, emang lu kira gue anak kecil. Lu cari aja tempat duduk duluan“
Tidak menggubris perkataan Phuwin, Pond masih berdiri di samping Phuwin menunggu pesanan makan siang mereka
„makasih, kak“ kata Phuwin sambil mengambil pesanan mereka.
“yaelah, tempat duduk sultaaaan !!” ujar Phuwin yang kaget Pond masih berdiri di sampingnya
„duduknya disana aja?“ pertanyaan dari Phuwin ini pun hanya dijawab dengan anggukan dari Pond.
“sini nasinya, biar gue pegang. win. trus lu pegang minumannya” kata Pond sambil mengambil baki makanan dari tangan Phuwin
“okelah kalo begitu” balas Phuwin
Mereka berdua pun duduk berhadapan di meja paling sudut di bagian belakang.
***
Pond tiba-tiba menyondorkan tanganya kedepan wajah Phuwin „nama gue Pond Naravit“
„udah tau. lu random banget ya ternyata“ Phuwin tidak menggubris tangan Pond, hanya melihat wajah Pond lalu lanjut memakan nasi omelettenya
„iya, Cuma gue mau yang resmi. Karna perkenalan tadi pagi menurut gue gak baik kesannya“ mendengar Pond yang bersikeras untuk berjabat tangan, Phuwin pun menjabat tangan Pond.
„gue Phuwin Tangsakyuen“ balas Phuwin.
„udalah njir. Mau jabat tangan sampe jam berapa!!“ tambah Phuwin sambil menghempaskan tangan Pond.
Pond pun hanya tertawa sambil menatap Phuwin yang terlihat malu
„bukan berarti gue mau berteman sama lu ya“ kata Phuwin
„kenapa ??“ kalimat yang keluar dari mulut Phuwin ini mengagetkan Pond
„gue malas berteman dengan orang kaya“
„gue gak ngerti maksud lu?? lu gak mau berteman sama gue ?“
„lu orang kaya, gue miskin. Selamanya gak akan bisa berteman“ mendengar kalimat yang keluar dari mulut Phuwin sontak membuat Pond pun berhenti makan. dan jam makan siang mereka pun berakhir dengan Phuwin yang berdiri duluan dengan niat meninggalkan Pond yang dari tadi tidak menyentuh makanannya.
“sorry sultan, sebaiknya lu gak berteman dengan gue. kalo udah di dalam kelas nanti anggap aja kita gak saling kenal” ujaran Phuwin ini membuat Pond hanya bisa terdiam sambil menatap Phuwin yang berdiri dari kursi untuk meninggalkan Pond.
“gua gak bisa lakuin itu” kata Pond sambil menggenggam tangan Phuwin “gue akan bikin lu jadi teman gue” tambahnya
Phuwin tidak berkata apa apa, dia hanya menghempaskan genggaman Pond dan pergi meninggalkannya.
Phuwin tetap bertingkah seakan akan mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
***
setelah makan siang, kakak pengurus ospek dan semua mahasiswa baru kembali ke lapangan untuk mendengar pengumuman tambahan buat harri terakhir ospek
“besok hari terakhir ospek. ada yang punya ide biar jurusan kita punya kenangan tersendiri” tanya Zee ke semua anak semester baru
“kak Zee, bagaimana kalo kita buat api unggun” jawab salah satu anak baru
“ide bagus, cuma kita udah gak ada waktu buat ngumpulin kayunya”
“bagaimana kalo kita buat treasure hunting” Arthit yang tiba tiba mengeluarkan idenya
“bagus juga, tapi harta karunnya apa ? kita gak punya barang mahal” balas Zee
“ya gak harus barang mahal. bisa saja snack ato kue kek apaan gitu yang bisa dimakan” ujar Arthit
“bagus juga ide lu, Thit” ungkap Mild
“kalo gitu besok kita treasure hunting. berpasangan lagi biar gampang karna acaranya pas udah malam. biar gampang juga sama pasangan kalian yang tadi minta tanda tangan” ucapan Zee ini, membuat Phuwin menoleh ke arah Pond. walaupun Pond merasa kalau Phuwin sedang menatapnya, dia tidak menghiraukan Phuwin sama sekali. tatapan Pond tetap menuju ke arah kakak kakak pengurus ospek.
“udah sore juga nih, kita akhiri ospeknya jam segini ya, soalnya biar kita pengurus ada waktu buat nentuin tresure-nya apaan” tambah Zee sambil mengucapkan kalimat perpisahaan
“sampai ketemu besok sore jam 6, beruntung ya kalian. paginya gak ada kegiatan”
***
“sultan, kita satu tim lagi” kata Phuwin sambil memanggil Pond yang sudah berjalan ke arah pagar kampus
“sultan !!” panggil Phuwin sambil berlari ke arah Pond
“lu gk dengar?!” tambahnya saat dia berdiri di depan Pond
“phi Joss udah nugguin gue” jawab Pond
“besok sore jam berapa lu tiba di kampus? kak Zee bilang jam 6 kita udah harus di kampus. lu jam berapa ke sini ? gue tinggal di area kampus jadi gak ada masalah. lu doang!?” Phuwin bertanya sambil berusaha menghentikan langkah Pond.
Pond tidak menjawab sama sekali, dia hanya menatap Phuwin dengan tatapan datar tanpa emosi.
“ya udah, kasih gue nomor lu. biar kalo lu terlambat tinggal gue nelpon”
Pond masih terdiam
“ngomong kek, apa kek”
Pond masih juga terdiam dan hanya menatap Phuwin
“sultan, gue serius !!”
. . . . .
“lu maunya apa sih. ngomong biar gue ngerti”
. . . . .
“ya udah, catat nomor gue” ujar Phuwin
Pond segera mengeluarkan hp-nya
“lu gila” kata Phuwin sebelum menyebutkan nomornya
setelah menyimpan nomot Phuwin di hp-nya, Pond pun tersenyum
“gue kan udah bilang, gue bakalan bikin lu jadi teman gue. langkah awal nomor hp lu udah gue punya” kata Pond sambil tersenyum
“njirr, gue kira lu ngambek gak mau ngomong !!!”
“gue balik duluan. siap siap aja, hp lu bakalan gue ributin” kata Pond sambil mendorong jidat Phuwin
Phuwin hanya terdiam melihat Pond yang berjalan menjauh sambil melambaikan tangan ke arahnya.
Baru saja lewat beberapa menit setelah mobil Pond meninggalkan parkiran depan kampus. hp Phuwin pun terus m´berbunyi menandakan bahwa dia sedang mendapat pesan.
“orang paling gila ! paling aneh yang ada di kontak gue njir !!!” muka Phuwin menangakan kalau dia menyesal memberikan nomor hpnya ke Pond.
melihat semua pesan yang dikirim Pond kepadanya membuat Phuwin hanya bisa menghela napas panjang,
“kayaknya tahun ini mental health gue bakalan goyah karna ni anak sultan” pikir Phuwin dalam hati.
“ya tuhan, gue udah rasa gk kuat buat besok barengan sama dia di hari ospek terakhir !!” tambahnya sambil memasuknya hp-nya kedalam saku celana.
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan IV