***
~~
Pond menutup pintu kamarnya dan tersenyum dia pun menggenggam gantungan woody-nya dan berkata „ini dari lu, win. Makanya buruan ingat gue lagi“
Pond tidak bisa berhenti tersenyum
~
~
„oh, hai phi . .“ Phuwin kaget dan menyapa Joss yang berdiri di koridor lantai kamar mereka
„Joss, phi Joss“ balas Joss begini karena sadar kalau Phuwin lupa namanya
Joss dan Phuwin berdiri berhadapan dalam keadaan canggung, tiba tiba Pond membuka pintu kamarnya.
„phi ternyata berhasil . . .“ Pond segera menghentikan kata katanya karena melihat Phuwin yang juga ada disitu.
„apa yang berhasil?“ tanya Phuwin penasaran
„gak, maksudnya berhasil masang meja baru yang dari ikea“ ujar Pond, tapi berdasarkan tatapan Phuwin terlihat seakan akan dia tidak percaya dengan alasan yang dikeluarkan Pond.
„ooooh, kalo gitu gue duluan ya, Phi aku duluan“ Phuwin berusaha meninggalkan Pond dan Joss, sayangnya Pond menahannya
„lu mau ke cafe kan ? sekalian bareng“ kata Pond sambil memegang pergelangan tangan Phuwin
„lah, phi Joss gimana ?! masa lu ninggalin phi Joss“ balas Phuwin
„gak, phi juga ada urusan. Makanya gak bisa nganter. Kalian berdua aja perginya“ Joss segera mengambil tas-nya dari dalam kamar Pond
„hati hati ya, phi jalan dulu“ Joss meninggalkan mereka berdua dan berjalan menuju lift
~
„ya udah, kalo mau sama sama, buruan!“ Kata Phuwin melihat Pond yang memandangnya, Pond segera berusaha masuk kembali ke kamarnya untuk mengambil tas-nya
„eeehh, eeeeh, eeeh!!!“ Phuwin kaget, karena Pond belum melepaskan tangannya dan langsung saja mau masuk kembali ke kamar
„lepasin dulu tangan gue, njir!“ Phuwin hanya bisa memasang wajah jijik melihat kelakuan Pond
„maaf, gak sadar gue“ Pond tertawa menyadari kelakuan konyolnya itu
„lu juga sih, makanya jangan bikin nyaman dong!!“ Kata Pond sebelum masuk kembali ke kamarnya
Phuwin hanya bisa bengong, speechless mendengar apa yang baru saja dilontarkan Pond.
„WHAT THE FUCK““ teriak Phuwin dari luar, Pond yang memdengarnya dari dalam hanya bisa tersenyum lebar.
~~
„ayo…“ ajak Pond yang kemudian kaget karena Phuwin sudah meninggalkannya dan menaiki lift duluan
„ya, ditinggalin!! Kalo salah tingkah bilang aja lah. Gemas tau !!“ Pond segera berlari menuju ke tangga darurat untuk mengejar Phuwin
~~
~~
„tungguin dong!!“ teriak Pond sambil lari mengejar Phuwin namun Phuwin hanya mengabaikannya
„tunggu!! Gue capek“ Pond memegang tangan Phuwin untuk menghentikan langkah Phuwin. Dia berusaha mengatur napas-nya kembali.
„lu jahat amat, ninggalin gue!“ kata Pond
„lepasin tangan gue, sultan!! Kalo ada yang liat gimana!“ Phuwin berusaha melepaskan genggaman Pond
„emang kenapa kalo ada yang lihat?!“
„gue gak mau ada yang liat gue sama orang kaya!!“
„emang kenapa, nanti gue dikira sugar daddy ?!“ balas Pond becanda
Phuwin hanya menatap kedua mata Pond dengan tatapan dingin, marah, kesal, Phuwin seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dia menahannya.
Pond yang sadar kalau Phuwin tidak merasa leluconnya lucu, segera melepaskan genggamannya.
setelah Pond melepaskan genggamannya, mereka berdua melangkah lagi menuju cafe tempat mereka kerja sebagai part timer.
~~
~~
Phuwin tiba tiba menghentikan langkahnya, hal itu membuat Pond yang berjalan dibelakangnya kaget dan melirik ke arah Phuwin kenapa dia tiba tiba berhenti.
„hey, gak papa“ kata Pond lembut sambil merangkul bahu Phuwin dan tersenyum. Ia melihat Phuwin yang tampak gugup saat melihat pintu belakang cafe dan langsung sadar mungkin saja pintu dan area belakang cafe menjadi trigger buat Phuwin mengingat apa yang terjadi minggu lalu.
„gue ada disini, gue bakalan jagain lu“ kata Pond yang kemudian diikuti oleh pelukan dari belakang. Pond memeluk Phuwin dari belakang dan berkata „phi Joss udah ngurus semuanya, dia gak bakalan keluar dari penjara“
Hal yang baru saja didengar Phuwin ini tanpa sadar membuat Phuwin tersenyum.
„ya udah lepasin. Gue udah gak papa kok“ Phuwin tertawa dan melepaskan pelukan Pond.
„lu bener bener ya, meluk meluk dari belakang !!“ Phuwin menggelengkan kepalanya dan segera masuk ke dalam cafe
„i know you like it“ dengan confident-nya Pond berpikir demikian
~~
~~
„lu gak pernah berubah ya, win. Selalu aja ngerjain semuanya dengan serius“ Pond tenggelam dalam pandangannya, die serius menatap Phuwin yang sedang membersihkan gelas gelas. Lamunannya ini terhenti saat ada suara yang memanggilnya.
„eh, kamu ngapain disini Pond“ Kata seorang tersebut yang kaget melihat Pond di meja kasir saat hendak memesan minuman.
„aah, Beam. Apa kabar ? iya aku kerja part time disini. Sekalian ngabisin waktu“ balas Pond dengan ramah sambil tersenyum
„jadi, kamu mau pesan apa?“
„aku pesan rainbow cake dan caffee latte nya 2. Seriusan, gue gak nyangka lu bakalan kerja di cafe kayak gini“ balas Beam. Beam adalah teman satu jurusan mereka yang waktu hari terakhir ospek, dia dan Pond yang memenangkan permainan treasure huntingnya.
Pond sibuk menyiapkan pesanan Beam dan Beam sibuk memperhatikan Pond, tapi pandangannya teralih saat dia kaget melihat Phuwin yang juga baru keluar dari ruang staff cafe.
„eh, Phuwin kan ?! lu juga kerja disini?!“ tanya Beam kaget
„iya“ jawab Phuwin canggung dan segera kembali ke belakang setelah mengambil gelas gelas yang harus dicuci.
Beam hanya memandang Phuwin yang bersikap dingin ke arahnya.
„ini pesanannya, Beam, selamat menikmati“ Ujar Pond sambil menyerahkan pesanannya
“makasih” balas Beam
~~
~~
„muka lu itu“ Pond bersandar di dinding sambil melihat ke arah Phuwin yang sedang mencuci gelas dan piring
„hmm?!“ Phuwin hanya berguman sambil terus berkonsentrasi menyuci semua barang
„gue bilang, muka lu itu emang gak bisa masang senyuman“ Pond berjalan kearah Phuwin dan memegang kedua pipinya
„lepasin !!“ Phuwin tidak bisa melakukan apa apa, karena tangannya sedang memegang piring dan gelas
„lu emang bener bener ya, dingin banget !! si Beam kann Cuma nanya doang, jangan cemburu dong“ Pond menggoda Phuwin
„anjing, siapa yang cemburu?! Trus Beam itu siapa lagi?!“ Phuwin menggelengkan kepalanya berusaha melepaskan tangan Pond dari pipinya.
„YA TUHAN, PHUWIN!!!“ Beam itu yang barusan tadi, dia itu teman sekelas kita!!“ Pond hanya bisa menggelengkan kepalanya
„gue gak tau“ jawab Phuwin santai
Pond hanya bisa menghela napas panjang sebelum meninggalkan Phuwin dan kembali ke meja kasir.
„itu orang kenapa?!“ Phuwin hanya bisa heran melihat Pond
~~
~~
„Phuwin, Pond, kalian baliknya duluan aja, biar sisanya phi yang beresin“ Kata Singto mengingat mereka berdua yang baru saja memulai kuliah semester baru
„gak papa phi, cuma tinggal masukin kursi aja“ Pond berkata sambil mengangkat kursi kursi ke atas meja dan Phuwin terlihat sedang mengatur gelas gelas kembali ke bagian rak rak.
„gak papa, sisanya biar phi aja. Kalian kan ada kelas besok. Kalo bangunnya terlambat gimana?!“
„udah phi, udah beres!!“ balas Phuwin sambil memijat mijat bahu singto
„kalo gitu kita duluan ya phi“ ujar Pond sambil melirik ke arah Phuwin, pertanda untuk segera ke ruang ganti
~~
~~
„Phuwin, kenapa lu gak senyum ?! entar anak anak yang lain mikir yang gak baik tentang lu?!“ Pond memulai percakapan saat mereka berjalan pulang menuju dorm.
„gak ada yang penting ngapain gue senyum“ balas Phuwin santai
„tapi tadi tatapan Beam kearah lu itu beda banget, gue gak mau entar dia nge-gosip yang gak gak tentang lu“
„gosip doang mah gue udah biasa, gak papa kok“ Phuwin berjalan sambil menundukkan kepalanya
„jangan dong ! kalo gosip-nya gak benar kan harus dijelasin! Biar gak ada salah paham“
„prinsip gue, gak penting jelasin diri gue ke orang lain. You know, i dont need to explain myself to strangers. Gosip kan gak ada efek ke nilai gue, gak ada efek ke hidup gue, ngapain gue mikirin pandangan orang „ Phuwin menghela napas panjang seperti ingin menyudahi tiópik pembicaraan mereka
„tapi win, kalo begitu nanti lu gak bisa punya banyak teman. Kalo ada masalah ada kesusahan kan teman teman bisa membantu!“
„Sultan, lu gak bakal ngerti!! Buat gue, Neo seorang sudah cukup“
„ya kalo begitu jelasin ke gue, supaya gue bisa ngerti!!“
„mau jelasin panjang lebar juga, dari background lu yang kaya raya, lu bakalan ngerti. SULTAN!“
„gue gak suka di panggil sultan! Dan lagi lagi lu bahas tentang harta, kekayaaan. Lu kenapa fokusnya ke itu doang!!“ Pond mulai memperkeras suaranya dengan nada jengkel
„YA KARNA EMANG UANG ITU STANDARD KEHIDUPAN!! LU GAK PUNYA UANG, LU BUKAN DARI KELUARGA KAYA, NILAI LU ITU SAMA AJA KAYAK ANJING LIAR!! LU GAK KAYA, OTOMATIS LU JADI SAMPAH MASYARAKAT. ORANG ORANG GAK BAKAL RESPECT SAMA LU. NGERTI GAK?!! GAK KAN !!!“ Phuwin tiba tiba saja berteriak kencang ke arah Pond dengan wajah sedih dan nada suara yang gementar.
„karna ini gue gak mau berteman sama orang kaya, sampe kapan pun, lu dan orang orang se derajat lu gak bakal ngerti !!“ Phuwin kembali merendahkan suaranya dan berjalan meninggalkan Pond yang terdiam mendengar kata-katanya itu.
„berhenti“ dengan nada kecil Pond ingin Phuwin menghentikan langkahnya
„PHUWIN!!“ teriak Pond, dia kemudian menggenggam tangan Phuwin
„jelasin ke gue, gua mau tau, gue mau dengar, gue mau mengerti semuanya tentang lu!“ mata Pond terlihat berkaca-kaca seperti menandakan dia akan menangis, dan hal itu membuat Phuwin bingung, kenapa Pond terlihat sedih dimalam hari ini
„Pond . . . lupain aja apa yang baru kita bicarakan, hmm ??“ Phuwin terlihat memaksakan senyumannya kepada Pond sebelum melepaskan genggamannya.
Malam itu mereka berdua pulang ke dorm dengan suasana yang bercampur aduk, kejadian itu membuat Pond sadar, sampai kapan pun dia gak akan bisa mengenal Phuwin lebih dekat kalau Phuwin sendiri tidak mau membukakan pintu untuk Pond masuk.
~
Pond hanya duduk diatas kasurnya sambil melihat gantungan woody-nya itu dengan tatapan yang sedih.
„maafin gue, ninggalin lu . . . .“ Pond menggenggam erat gantungan itu dan memejamkan matanya dan mengeluarkan air matanya
„what happend to you, Phuwin?!“
~~
~~
***
next chapter : Kerikil Kehidupan XI