***
~~
~~
„lu kemarin kemana, njir ?! gue balik dari cafe lu gak ada, gue telepon hp lo gak aktif !! lo mau bikin gue jantungan?! Kemana lo kemarin, motor lo juga gak ada ?!“ Neo tiba-tiba saja muncul di depan Phuwin yang hendak keluar dari pintu kamarnya, Neo kesal karena dia tidak bisa menghubungi Phuwin dan hal ini membuatnya sangat kuatir.
„gue balik bentar doang ke mama sama papa. Gak ngapa-ngapain kok. Neooo!“ Phuwin membalas dengan santai sambil mencubit kedua pipi Neo
„gue keliling tengah malam cari lo, njir!!“ Neo menghempaskan kedua tangan Phuwin
„lo mau kemana ?!“ tanya Neo melihat Phuwin yang sudah rapih
„ke kampus lah, mau kemana lagi!!“
„sebaiknya gak usah“
„gue gak takut sama gosip! Gue kan gak ada apa apa sama Pond, ngapain gue sembunyi!!“
„tapi nanti lo gimana?! Gue di teknik, njir!“
„gak papa kali, gosip doang gak bakal nyakitin gue!!“
„pokoknya selesai jam, gue langsung ke kelas lo!!“
„terserah lo, maunya gimana“ ujar Phuwin ditambah dengan senyuman.
Melihat senyuman yang dibuat-buat oleh Phuwin seakan terpaksa, Neo segera memeluk Phuwin dengan erat. Phuwin yang kaget, membalas pelukan Neo lagi.
„udah lepasin, sesak napas gue!“ ujar Phuwin
„ya udah, barengan ke kampus!“ Ajak Neo sembari melepas pelukannya
Phuwin baru saja mau hendak mengetuk pintu kamar Pond, sayangnya tangannya ditahan oleh Neo, dan Phuwin menoleh ke arah Neo dengan wajah bingung.
„kenapa?“ tanya Phuwin
„sebaiknya lo gak usah dekat sama dia dulu, gosipnya masih hangat“
„gue cuma mau balikin ini“ Phuwin menunjukkan jaket yang di pegangnya
„kan bisa sebentar, kita udah terlambat“
„ya udah, sabar gue taruh jaketnya di atas meja“ Phuwin masuk kembali kedalam kamarnya untuk menaruh Jaket Pond diatas mejanya
Mereka berdua pun berjalan menuju gedung kampus.
~~
~~
„wah wah wah, calon mantu sultan nih, masih niat buat belajar ?!“ Phuwin tiba tiba saja dirangkul oleh Arthit saat sedang menunggu lift dari lantai dasar
„gue sama pond gak ada apa apa!!“ Balas Phuwin sambil mendorong Arthit untuk menjauh darinya
„ya elah, udah semakin berani sama kakak tingkat. Mentang-mentang udah punya pacar orang kaya!!“
„berapa kali gue harus bilang, gue sama Pond gak ada apa-apa!!“
„GUYS!! INI NIH PACARNYA SI POND, ANAK SULTAN!!“ Arthit berteriak untuk memancing perhatian dari mahasiswa lain.
Phuwin hanya diam tidak memperdulikan Arthit berharap pintu lift segera terbuka agar dia bisa segera meninggalkan Arthit.
„GUYS, KALIAN TAHU GAK?! SI PHUWIN INI ANAK YATIM PIATU, MAKANYA NYARI MANGSA YANG KAYA!! BIAR BISA MENJAMIN MASA DEPANNYA DIA!! teriak Arthit dengan kencang
Mendengar perkataan Arthit dan melihat pandangan mahasiswa lain terhadapnya, membuat Phuwin tiba tiba merasa gugup dan sesak napas. Phuwin berusaha menjauh namun Arthit menahannya
„mau kemana lo?! Sombong amat!!“ ujar Arhit sambil tertawa
Phuwin sudah tak sanggup lagi menahannya, dia segera menonjok Arthit di tengah tengah kerumunan mahasiswa, untungnya perkelahiannya dengan Arthit segera dihentikan oleh kakak tingkat yang lainnya, sebelum masalahnya diketahui oleh dosen.
Phuwin segera berlari ke WC meninggalkan Arthit dan kerumunan itu, berniat untuk bersembunyi dari cibiran dan pandangan mahasiswa yang baru saja melihatnya berkelahi dengan kakak tingkat mereka.
Phuwin duduk di atas dudukan wc, tubuhnya bergetar dan kepalanya terisi dengan suara tertawa, cibiran dan tatapan mahasiswa yang baru saja dia lihat. Kepalanya sakit dan dia merasa mual, tak lama setelah itu dia merasakan sesak napas.
Phuwin hanya bisa menutup matanya, berusaha mengatur napasnya sambil mencubit paha-nya supaya dia tahu kalau dia masih sadar dari rasa kesakitan dari cubitannya itu.
~~
Phuwin tidak masuk ke dalam kelas, dia selama dua jam hanya duduk di atas dudukan WC sambil memeluk kedua lututnya, perasaan gugup bercampur takutnya itu belum juga hilang, Ingatan masa kecil yang selalu menghantui malamnya itu terngiang di ingatannya. Dengan kondisi tubuh yang masih gementar, Phuwin memutuskan untuk berlari kembali menuju dorm, ke kamarnya, untungnya kondisi gedung kampus saat itu tidak seramai tadi pagi karena masih ada jam pelajaran.
~~
„Phuwin ?!!“ Neo kaget melihat Phuwin yang berlari saat dia berjalan menuju gedung jurusannya Phuwin.
„pasti ada apa-apa tadi !!“ Neo tidak mengejar Phuwin tapi memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya ke gedung kampus jurusan business dengan maksud mencari tahu apa yang terjadi, karena Neo tahu, Phuwin tidak akan bercerita kepadanya.
Saat tiba di gedung Neo melihat sekelompok anak yang sedang duduk di bangku lobby.
~~
„permisi, kalian tahu Phuwin gak ?“ tanya Neo ke kelompok mahasiswa yang sedang duduk
„Phuwin ?! tahu lah !! anjing tuh anak ! gue di tonjok !!“ dari belakang terdengar suara yang menjawab, siapa lagi kalau bukan Arthit yang sedang duduk memegang pipinya bekas tonjokan Phuwin.
Tanpa bertanya dan berpikir panjang, Neo berjalan menuju Arthit dan memukul Arthit hingga babak belur. Semua anak berusaha melerai namum mereka juga kena tonjokan dari Neo. Melihat Arthit yang sudah hampir tidak sadarkan diri, Neo pun berhenti.
„gue peringatin ya, mulai sekarang kalau lo semua gangguin Phuwin, gue bunuh !! gue gak paduli mau lo anak orang kaya atau gue yang masuk penjara. Kalau Phuwin kenapa-kenapa, lo semua berurusan sama gue !!“ Neo mengancam dengan suara keras, supaya mahasiswa yang lain juga bisa mendengarnya.
„lo gila ya ?! ini urusannya bisa besar ?! lo mukulin kakak tingkat sampai segininya?!“ teriak Zee yang memegang Arthit.
„makanya, ajarin teman lo biar kelakuannya di kontrol !! emang lo semua gak mikir apa, keadaan anak yang lo bully !! udah tua masih aja kelakuan macam binatang ! terus lo berharap adek tingkat buat respek ke lo semua ?! mikir dong, emang lo siapa ?! yang bayarin kita makan, yang bayarin uang sekolah ?!! anjing lo semua !!“ Neo berjalan meninggalkan mereka. Tapi langkahnya terhenti dan dia berbalik lagi ke arah mereka,
„Nama gue Neo, anak teknik. Silahkan kalau mau lapor polisi. gue tunggu“ dan Neo berjalan menjauh
~~
~~
*tok*tok*tok
„gue tahu lo didalam. Buka pintunya!“ teriak Neo sambil menggedor-gedor pintu kamar Phuwin.
„kalo gak buka, gue dobrak nih pintu!!“ tambahnya
Terdengar suara orang memutar kunci kamar, Phuwin membuka pintu dengan sedikit celah, berusaha agar Neo tidak masuk dan melihat keadaannya, sayangnya Neo segera mendorong pintu kamarnya biar terbuka dan masuk ke kamar Phuwin.
Neo segera memeluk Phuwin.
„ngapain lo sembunyi ?! huh ?! lo gak salah apa apa!! Lingkungan kita yang salah, kita hidup di lingkungan yang banyak orang judgemental yang selalu mencibir orang lain“ Kata Neo sambil memeluk Phuwin.
Untuk pertama kalinya, Phuwin menangis didalam pelukan Neo.
„gini dong, keluarin semua emosi lo. Gue sayang sama lo, lo adik gue, ada gue disini jadi jangan pendam sendiri ya“ Neo mempererat pelukannya sambil tersenyum.
„hm“ gumam Phuwn disela-sela tangisannya. Namun suara tangisannya berhenti saat dia mencium bau aneh dari baju Neo, dan Phuwin segera melepas pelukannya untuk melihat dari mana asalnya bau tersebut.
„kenapa?“ tanya Neo saat kedua mata mereka bertemu, sadar dengan tatapan Phuwin yang menuju ke ara bajunya, Neo pun berkata „oh, ini bukan darah gue!“
„kok bisa ada darah!“ tanya Phuwin sambil mengusap air matanya
„ini darah kakak tingkat lo“
„eeehhh ???“
„tadi gue lihat lo lari, pasti ada apa-apa jadi gue menuju ke gedung lo. Trus ketemu kakak tingkat yang lo tonjok“
„emang lo tahu kenapa gue nonjok dia?!“
„ya emang lo kira gue bego !! dia kan yang gangguin lo! Tenang aja, udah gue ancam juga!“ kata Neo sambil mengelus kepala Phuwin
„kalau urusannya semakin besar gimana ?!“ tanya Phuwin kuatir
„tenang aja, gak berani dia. kakak tingkat model begitu gak bakalan berani lapor polisi“ jawab Neo santai
Phuwin tersenyum menatap Neo
„thank you, Neo“ ungkap Phuwin sambil tersenyum yang dibalas dengan cibutan dari Neo di pipinya.
~~
„gue turun kebawah beli makan ya, udah jam makan siang. Lo mau makan apa ?!“ Tanya Neo sambil membuka lemari Phuwin untuk mencari baju yang pas buat mengganti bajunya.
„gue gak lapar“ jawab Phuwin
„nasi goreng ?!“ tanya Neo yang tidak memperdulikan jawaban Phuwin
„gak, masih kenyang“
„ya udah, KFC aja“
„Neo, gue gak lapar“
„minumnya, cola ya. Biar gak ribet
„heeh?!“
„10 sampai 20 menit, gue balik“ kata Neo sebelum menutup pintu kamar dan pergi untuk membeli makan.
Phuwin hanya bisa terheran-heran, melihat kelakuan Neo yang seakan-akan tidak mendengarnya.
~~
Sambil menunggu Neo membeli makan, Phuwin berbaring diatas kasur. Kadang ingatan masa kecilnya dan kejadian tadi pagi muncul di benaknya, sontak membuat Phuwin gugup. Dia mengambil hp-nya berusaha untuk mengalihkan perhatiannya.
5 menit berlalu Phuwin belum juga mendapat balasan.
Phuwin mengirim pesan ke Pond untuk mengembalikan jaketnya.
~
~
Phuwin mengisi jaket Pond didalam kantong dan segera keluar untuk menggantungnya di pegangan pintu kamar Pond yang tepat berhadapan dengan kamar Phuwin.
Sebelum kembali masuk kekamarnya, Phuwin sengaja mengetok lagi pintu kamar Pond,
“pond ?!” panggilnya
~~
~~
**
next chapter : Kerikil Kehidupan XIII