Kerikil Kehidupan XIV

***

~~

~~

Phuwin segera membuka bajunya Pond, mengambil ember kecil dan mengisi air dingin kemudiam merendam handuk kecil dan menaruhnya di dahi Pond. Selanjutnya dia membuka jendela dan membiarkan udara bersih dan panas matahari masuk ke dalam kamarnya.

Sadar akan kamar Pond yang terlihat seperti tidak ada makanan sama sekali, Phuwi segera menuju ke kamarnya dan mengambil beras untuk dibuatkan bubur bagi Pond.

Walaupun sibuk didapur, tiap beberapa detik sekali, Phuwin selalu menoleh kearah Pond yang sedang sakit dan terbaring diatas tempat tidurnya.

Phuwin mematikan kompor, dan berjalan kearah kasur untuk mengganti kompresnya lagi, dengan yang baru.

„phuuuu. . . .“

„phuuuu. . . .“

„phuuuu. . . .“

Phuwin mendengar Pond yang sedang mengigau diatas tempat tidur.

kan udah dibilangin. Lo aja yang pakai jaketnya. Sekarang lo sakit kan jadinya!“ ujar Phuwin sambil menaruh kompres yang baru lagi di dahi Pond

hm, udah bangun ? Pond ?“  Phuwin melihat Pond yang sudah mulai membuka matanya sedikit.

Pond yang sedang dalam kondisi setengah sadar dan lemah pun mengangkat tangannya dan menyentuh pipinya Phuwin.

„phuuuu. . . . win“

. . . . .

. . . . .

. . . . .

papa aku bilang, aku harus berteman dengan pond, karena pond orang kaya“ Kata salah satu anak berusia 7 tahun yang juga merupakan teman sekelas Pond waktu masih kecil

aku gak mau temenan sama pond, pond sombong, tapi mama aku bilang temenan karena uangnya banyak“ ujar salah satu anak lainnya

kalau mama aku bilang temenan dengan pond, biar kita dibeliin mainan sama pond“ satu anak lagi mengatakan hal ini,

Tiga anak ini sedang berkumpul di dalam WC dan bergosip yang tidak tidak tentang Pond, tanpa orang tua mereka sadari, gosip tentang keluarga lain dalam hal ini Pond dan keluarganya telah menjadi racun bagi anak anak mereka dan merusak karakter anak mereka.
Anak kecil akan mengikuti dan melakukan apa yang orang tua mereka perbuat dan mendengar apa yang orang tua mereka berkata.

Mendengar hal-hal buruk yang mereka katakan tentu saja membuat Phuwin kecil yang saat itu ingin memasuki ruang WC jadi marah karena perkataan yang tidak benar tentang Popon-nya

„kalau kalian gak mau berteman ya udah pergi sana !! Popon pintar, baik dan selalu bikin Phuwin tertawa!! Phuwin sayang Popon“ kata Phuwin membela Pond

kamu kan miskin, mama aku bilang gak boleh ngomong sama kamu, nanti miskinnya menular“ ke tiga anak itu pun berlari keluar ruang WC karena takut dengan Phuwin yang sedang memegang selang air untuk meyirami mereka.

Ya, Popon yang diingat Phuwin adalah Pond Naravit,  mereka teman masa kecil yang harus berpisah karena masalah orang dewasa. Namun Phuwin yang sudah besar dan berkuliah ini sudah lupa dan tidak mengenal nama Pond sama sekali.

~

Ternyata selama percapakan tiga anak tadi, Pond kecil sedang duduk di dudukan WC di dalam salah satu Stall WC. Pond walaupun masih berumur 7 tahun pada waktu itu, dia sudah sadar bahwa anak-anak lain berteman dengannya karena suruhan orang tua mereka, berbeda dengan Phuwin yang sudah dia kenal bahkan sebelum masuk sekolah dasar, karena orang tua mereka berteman.

Walaupun masih sangat kecil, Pond sudah merasakan kesepian, karena walaupun banyak teman atau anak lain yang selalu berada disampingnya, dia tetap merasa sunyi.

Hanya Phuwin yang bisa membuat dia tertawa lepas dan tidak merasakan kesepian walaupun hanya mereka berdua saja yang bermain sendiri.

~~

ma, pa. Kalau Popon udah besar, Popon mau menikah dengan Phuwin“

Kata yang keluar dari mulut Pond waktu kecil ini sontak membuat kedua orangtuanya tertawa di meja makan saat mereka sedang makan malam

Po, kamu tahu artinya menikah itu apa?“ Tanya Nina, sang Ibu

„tahu lah, ma. Menikah kan seperti mama dan papa. Tinggal sama-sama“ jawaban Pond ini hanya membuat sang Ibu dan Ayah tersenyum

iya, iya. Tapi kalau kamu udah besar ya. Jangan sekarang!“ kata Andrew, Ayahnya Pond sambil memcium kepala sang Anak.

~~

mengingat percakapan dengan orang tuanya kemarin malam, Pond kecil pun segera lari keluar untuk mengejar Phuwin

Phuwin !“ teriak Pond sesaat setelah keluar dari WC. Phuwin yang berjalan tak jauh dari WC pun segera berbalik.

kamu dari mana, Popon ? Phuwin cariin dari tadi“ tanya Phuwin, namun Pond tidak segera menjawab pertanyaannya, dan segera memeluk Phuwin yang berdiri tepat di depannya.

Popon, kamu sakit ?“ tanya Phuwin lagi

Phu, kalau kita sudah besar, kamu harus menikah dengan aku. Gak boleh dengan yang lain.“ Kata Pond yang menghiraukan kedua pertanyaan Phuwin.
janji ya ?!“ tambahnya lagi, sambil memperlihatkan jari kelingking. Phuwin yang masih bingung dan kaget pun hanya mengikuti Pond dan melakukan pinky promise. Janji mereka berdua yang akan menikah ketika sudah besar nanti.

iya, janji! Popon juga janji jangan ninggalin Phuwin“ jawab Phuwin

iya !“ jawab Pond semangat dan memeluk Phuwin lagi

Walau belum mengerti apa-apa tentang pernikahan dan hal hal orang dewasa, namun Pond dan Phuwin kecil terlihat serius dengan janji mereka. Mereka selalu bermain bersama, kemana-mana selalu bersama, bahkan Pond kecil sering memaksa untuk menginap di rumah Phuwin biar bisa bermain bersama saat liburan sekolah. Pond selalu minta di jemput oleh tante Jennie atau Ayahnya Phuwin biar bisa bermain lebih lama walaupun sudah pulang sekolah. Dimana ada Pond disitu ada Phuwin, dimana ada Phuwin disitu ada Pond.

. . . . .

. . . . .

. . . . .

~~

Phuwin kaget dan melebarkan matanya, dia hanya terdiam dan bingung apa yang harus dia lakukan, Pond yang sedang sakit dan tenggelam dalam mimpinya baru saja menariknya dan mencium bibirnya, sebelum akhirnya kembali tertidur lagi.

Phuwin duduk disamping tempat tidur dan kaget, otaknya sedang memproses apa yang baru saja terjadi. Ciuman pertamanya direbut oleh Pond Naravit begitu saja.
Hawa panas dari napas Pond, tangan hangat Pond yang memegang pipinya dan menariknya, bibir Pond yang hangat menempel dibibirnya, semuanya masih terasa jelas di tubuh Phuwin, membuat jantungnya berdebar tidak karuan.
Phuwin masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi padanya, jari-jemarinya menyentuh bibirnya yang baru saja disentuh oleh bibir dari Pond. Sentuhan kehangatan dan kelembutan dari bibir Pond masih terasa jelas di bibirnya

“apa ini ??” pikirnya dalam hati sambil menaruh tangannya di dada, karena jantungnya yang masih berdetak kencang tidak karuan

~

Lamunannya pun terhenti ketika mendengar suara ketukan pintu dari luar kamar, Phuwin segera berdiri namun terjatuh lagi, kakinya serasa lemah tidak dapat menopang tubuhnya yang tinggi itu, dan semuanya itu dia rasakan karena bibirnya yang baru saja bersentuhan dengan bibir orang yang lagi tertidur sakit didepannya. Namun dia berusaha berjalan menuju pintu kamar.

Phuwin, gimana keadaannya ?“ Tanya Joss, sambil memegang kantong berisi obat-obatan kepada Phuwin yang baru saja membuka pintu

la . .gi, lagi tidur Phi“ jawab Phuwin terbatah-batah

Phuwin berdiri sedikit menjauh memperhatikan Joss yang sedang mengecek suhu tubuh Pond.

bawa ke rumah sakit gak ?“ tanya Joss kebingungan sambil menoleh kearah Phuwin
gak, biar Phi nelpon dokter aja, biar dokternya yang kesini“ tambah Joss sebelum Phuwin sempat menjawab pertanyaannya. Dia mengeluarkan HPnya dari dalam saku dan menelpon dokter.

~~

~~

gak papa, nanti kalau suhu tubuhnya naik, baru dibawa ke rumah sakit. Sekarang kompres aja dulu, terus nanti suruh makan, kalau Pond udah bangun“ kata Dokter Lee sambil memasukan stethoscope kedalam tas miliknya setelah memeriksa keadaan Pond ditempat tidur

makasih dok.makasih banyak“ balas Joss

kalau begitu, saya balik lagi“ kata dokter Lee yang diikuti oleh Joss, menuju ke depan pintu

Phuwin, kamu temenin Pond dulu ya, Phi anterin dokter Lee ke bawah“ Ujar Joss sebelum menutup pintu kamar Pond dan mengantar Dr.Lee ke bawah.

~~

Karena canggung dengan kejadian Pond yang baru saja menciumnya, tubuh Phuwin masih merinding mengingat wajah Pond yang tadi begitu dekat dengan wajahnya.
Phuwin tidak berani berdekatan dengan Pond yang saat itu sedang tertidur nyenyak saat itu, karena matanya tidak bisa berpaling dari bibir Pond yang terlihat pucat dan jantungnya tidak bisa berdetak sebagaimana normalnya.
Phuwin hanya berdiri dan memperhatikan keadaan Pond dari kejauhan. Merasa bosan, Phuwin yang sedang tenggelam dalam lamunannya, menggelengkan kepalanya dan mengalihkan pandangannya dari Pond.

Salah satu benda di kamar Pond menarik perhatiannya, dia pun berjalan menuju meja belajar dan melihat catatan-catatan kecil yang ditulis oleh Pond dan ditempel di dinding kamarnya.

*~ok Pond, kamu bisa buat dia ingat kamu kembali. Semangat !!~*

Melihat tulisan ini, Phuwin pun tersenyum dan disambung dengan tertawa kecil.

cieh, yang nyemangatin diri sendiri“ pikirnya dalam hati, sambil mengalihkan perhatiannya ke rak buku yang tepat berdiri di sebelah meja belajar. Rak buku itu tidak diisi oleh buku buku perkuliahan, melainkan berisi foto-foto keluarga Pond, Ayahnya dan Ibunya.

cute-“ baru saja tersenyum melihat foto-foto orang-tua Pond,  tiba-tiba senyumnya berubah menjadi wajah kaget dan Phuwin segera mengambil salah satu foto yang berada di bagian paling atas rak tersebut.

~~

~~

Phuwin“ panggilan dari Joss ini mengagetkan Phuwin yang sedang berdiri menatap foto yang dipegangnya.

„Phi . . .“ Phuwin menoleh ke arah Joss yang baru saja masuk sambil mengkerutkan kedua alisnya

udah ingat ?“  tanya Joss

Phi. . . maksudnya?“ Phuwin menanyakan kembali apa maksud dari pertanyaan Joss, dengan nada yang lebih kecil

„harusnya gak gini, Phu“ Joss meletakan tangannya diatas kepala Phuwin sambil tersenyum

Phuwin hanya bisa menundukkan kepalanya, tanpa sadar air matanya pun keluar dengan sendirinya. Entah perasaan apa yang sedang dirasakan Phuwin saat ini, sedih ? marah ? senang ? bahagia ? semuanya bercambur aduk.

Bingkai itu berisi foto yang tak lain dan tak bukan, foto masa kecil Pond dan Phuwin di ruang tamu rumah milik Phuwin saat mereka sedang bermain bersama. dan semua ingatan tentang Pond dan dia waktu kecil pun perlahan-lahan diingatnya kembali.

~

harusnya sih gak gini, karena Pond maunya dia sendiri yang bilang“  Phuwin dan Joss duduk di meja makan yang berada dekat pintu keluar dan sedikit jauh dari tempat tidur Pond.

maksudnya Phi ? Phi kenal aku ?“ Phuwin menunjuk dirinya sendiri dengan wajah bingung setelah mendengar perkataan Joss seakan-akan dia mengetahui segalanya

kenal dong, Phi temannya tante kamu, Phi Jennie. Kamu ingat gak, kiriman-kiriman barang yang kamu suruh Phi Jennie buang karena katanya kamu benci sama Popon yang ninggalin kamu ? itu semua Phi yang nganterin ke rumah. Jadi Phi tahu semua cerita kamu karena Phi Jennie juga cerita ke Phi Joss“ Kata Joss memperkenalkan dirinya lebih detail.

tahu semuanya ?“ tanya Phuwin balik

iya, Phi tahu semuanya, jadi kamu gak perlu menjelaskan apa-apa“ Joss hanya tersenyum menatap kedua mata Phuwin

terus kok dia bisa-“ Belum sempat menyelesaikan pertanyaannya, Phuwin sudah disanggah oleh Joss

dia yang maksa, mau balik lagi kesini, buat jelasin semuanya. Buat minta maaf karena udah janji gak bakal ninggalin kamu tapi kenyataan berkata lain“ Jelas Joss

terus kenapa mutusin buat balik setelah sekian lama, Phi?“

„karena Phi gak bisa bohong“

„maksudnya?“

„selama hampir sepuluh tahun ini, Phi bohong ke Pond, kalau kamu selalu nerima kiriman dari dia, padahal Phi tahu dari awal kamu selalu nolak kiriman dia yang Phi antar ke rumah, dari awal tahun dia pergi ke Amerika. Kamu berusaha menghapus semua ingatan tentang Popon, selalu marah kalau Phi Jennie sebut nama Popon. Kamu bilang ke Phi Jennie untuk bakar semua barang kiriman Popon. Makanya tahun lalu, Phi Jennie memutuskan untuk memberitahukan semuanya ke kamu, hal-hal yang harus kamu ketahui“

Mendengar semua itu, Phuwin hanya terdiam diikuti dengan air matanya yang mengalir membasahi kedua pipinya. Phuwin sendiri juga bingung kenapa air matanya keluar

Phi ngomong ke Pond, kalau sebenarnya barang-barang yang dia kirim itu, semuanya kamu tolak. Karena kamu benci sama dia. makanya dia maksa kalau udah lulus Highschool mau balik kesini dan ketemu sama kamu untuk ngejelasin semuanya“

„Phi . . . .“ panggil Phuwin ke Joss dengan nada kecil tanpa memandang kearah Joss

Phu . . . kamu boleh marah ke Pond karena dia terlambat datang ke kamu. Sebelumnya Phi tahu kalau ini bukan urusannya Phi, Phi gak bisa memaksakan perasaan kamu. Tapi Pond bilang ke Phi, 1 tahun, 5 tahun, 10 tahun atau 100 tahun, kalau itu waktu yang dibutuhkan untuk buat kamu tidak benci lagi sama dia, untuk buat kamu kembali membuka hati lagi untuk menerima dia kembali, Pond akan setia menunggu. Jadi Phi mohon, marah saja ya ke Pond, tapi jangan benci dia. karena kamu itu adalah dunianya dia“ Joss mengatakan semuanya ini sambil memegang erat kedua tangan Phuwin yang berada tepat didepannya.

Phuwin menutup kedua matanya dan mengambil napas panjang

Phi, aku gak marah kok, aku gak benci juga ke Pond. Aku juga bingung kenapa aku begini dengan perasaan aku, kenapa kepergian Pond tanpa kabar itu nyakitin aku. Setelah tante Jennie cerita semuanya, aku sendiri juga bingung“  Ujar Phuwin

Joss tersenyum ke arah Phuwin setelah mendengar ungkapan dari Phuwin yang duduk berhadapan dengannya.

~

Phi udah harus balik, biar kamu yang memikirkan sendiri jawaban dari pertanyaan itu“ Joss berdiri dari tempat duduknya dan mengusap kepala Phuwin.

„ah, sebelum balik, Phi mau bilang. Kemarin Phi ada dapat telepon dari kampus tentang gosip yang beredar, Phi juga tahu tentang tweet yang beredar dan tentang kakak tingkat kamu, Arthit“

Phuwin kaget dan segera mengalihkan pandangannya, menatap Joss yang berdiri tepat di sebelahnya

Phi tahu darimana ?“ tanya Phuwin bingung

sebagian Phi tahu dari kampus langsung dan sebagian dari Pond sendiri. Jadi pemilik akun yang nyebar gosip tentang kamu, orang yang ambil foto kalian diam-diam, semuanya udah diproses. Pemilik akun gosip bernama Pete dan Dean, mereka yang jadi admin. Pemilik 2 akun yang nulis komentar jelek tentang kamu bernama Beam dan Khai. Yang terakhir si Arthit, udah di skors terus udah bikin surat perjanjian juga, kalau masih gangguin kamu bakal di DO (drop out) dan di proses hukum. Jadi kamu sudah bisa ke kampus dengan nyaman dan aman kembali. Kalau ada yang gangguin kamu, hubungi Phi aja, kamu kan sudah tahu nomornya Phi“  Joss lalu berjalan menuju pintu kamar

tapi Phi . . .“ Phuwin menghentikan langkah Joss dengan panggilannya
apa gak kasian ?“ tanya Phuwin

gak, setiap tindakan pasti ada konsekuensinya. Mulai sekarang kamu gak boleh ijinin orang-orang buat berlaku jahat ke kamu. Keputusannya balik lagi ke kamu, mau ngelanjutin hidup dengan ketakutan, ketidaknyamanan dan kekuatiran demi hidup sesuai pandangan dan ekspetasi orang lain atau mau hidup sesuai dengan jalan kamu sendiri dimana kamu yang punya kuasa dan pegang kendali atas apa yang kamu mau lakukan tanpa memikirkan pandangan orang-orang toxic ? hm ?“ pertanyaan Joss ini seperti menjadi tombol reality check bagi Phuwin.

Phuwin yang selalu diam saat orang lain mencibirnya, saat orang lain mengatakan hal yang tidak-tidak tentang dia. Tanpa ia sadari, sikap dia yang ber-acting kuat, tegar, dan tidak peduli terhadap perkataan orang lain itu justru menjadi racun bagi dirinya sendiri, membuat dia tidak mau mengaku kalau dia lemah, membuat dia tidak mau meminta tolong dan membuka hatinya untuk menerima kebaikan orang lain dan juga membuat dirinya secara tidak langsung mengijinkan orang-orang judgemental untuk menyakitinya dan menindasnya

Phi . . . . makasih ya, buat semuanya“ Phuwin berdiri dan memeluk Joss dengan erat. Pelukannya itu dibalas juga oleh Joss yang sedikit kaget dengan tindakan Phuwin tersebut

ya udah, Phi balik ya“ Joss tersenyum dan menutup pintu

Joss meninggalkan Phuwin dan Pond sendirian, memberi waktu bagi Phuwin untuk memikirkan kembali jawaban akan pertanyaan tentang perasaannya itu, dan memberi mereka berdua waktu untuk berbicara disaat Pond nanti sudah bangun dari tidurnya

~~

Matahari sudah menunjukkan tanda-tanda akan terbenam namun Pond Naravit belum juga menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan bangun dari tidurnya.

kalau 30 menit lagi, dia belum bangun gue hubungin Phi Joss buat bawa ke rumah sakit“ katanya dalam hati sambil memegang HPnya.

Phuwin duduk kembali di samping kasur Pond dan memperhatikan wajah Pond yang terlihat begitu polos saat dia tertidur pulas.

~

Tak bisa dipungkiri bahwa jantung Phuwin semakin berdetak kencang dan Phuwin semakin gugup berdekatan dengan Pond, setelah tahu bahwa orang yang mencuri ciuman pertamanya itu adalah Popon, orang yang melekat dan menetap dihatinya dari dia masih kecil. Dan tak bisa juga dipungkiri bahwa kemarahannya dulu pada Popon yang meninggalkan dia tanpa ada pemberitahuan sebelumnya itu bukan karena kebencian melainkan kekecewaan, karena Popon sudah berjanji bahwa mereka akan bersama-sama melalu tapi kenyataannya Popon pergi begitu saja

ngapain lo lihat ke situ, Phuwin!!“ ujarnya sambil memukul kepalanya sendiri.
Phuwin menutup mata dan menaruh tangannya di dadanya, jantungnya berdebar kencang saat dia tanpa sadar memperhatikan lagi bibir pucat dari Pond Naravit.

jantung, jangan lo macam macam ! bisa diam gak!“ keheningan didalam kamar tersebut membuat Phuwin bisa mendengar suara detak jantunggnya sendiri.

Phuwin, goblok banget ! kalau jantungnya diam, lu yang mati“ katanya berbisik sambil tertawa kecil karena takut membangunkan Pond yang sedang beristrirahat.

~

~

hhm uhm“  mendengar suara yang dikeluarkan Pond, Phuwin yang hampir tertidur di samping kasur pun segera mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Pond.

Phuwin ?!“ Pond sedikit kaget melihat Phuwin yang berada di dalam kamarnya
Phuwin beneran ?!“ tanya-nya lagi sambil menutup dan membuka matanya dengan wajah tidak percaya

Phuwin membalas dengan anggukan dan senyumannya
haii“ ujar Phuwn yang menyapa dengan sedikit canggung.
Phuwin mematap kedua mata milik Pond, mengepalkan kedua tangannya dan menarik napas panjang.

“kenapa ?” tanya Pond bingung dengan tingkah Phuwin yang terlihat gugup

Phuwi pun dengan berani memegang kedua tangan dari Pond yang sedang terbaring

Kaget akan tangan Phuwin yang menggenggam tangannya, Pond berusaha bangun dari baringannya, namun dihentikan oleh Phuwin.

~

“Phuwin . . .?” ujar Pond dengan wajah bingung melihat tangannya yang digenggam, hal yang tidak pernah dilakukan oleh Phuwin.

Po. . . . Popon . . .“  kata Phuwin terbatah-batah sambil tersenyum, namun dia tidak berani menatap Pond yang sedang di tempat tidur, Phuwin hanya menatap kedua tangannya yang berada diatas kedua tangan Pond.

Phu . . . ??“  Pond kaget. Dengan senyuman lebar yang terpancar diwajahnya, dia mengeratkan genggamannya dan berusaha bangun untuk memeluk Phuwin

~

woy, Pintu lo terbuka“  teriakan Neo dari depan pintu ini, sontak membuat Pond dan Phuwin kaget. Phuwin segera menarik tangannya yang menggenggam tangan milik Pond dan berdiri menjauh.

Phuwin, ngapain lo disini ?“ tanya Neo saat melihat Phuwin didalam kamar tersebut

dia sakit“ balas Phuwin tanpa balik melihat kearah Pond dan ia berjalan menuju Neo

„aaah, jadi itu makanya teman lo datang. Ini“ kata Neo melirik ke arah belakangnya yang diikuti dengan langkah kaki masuknya Louis ke dalam kamar

Louis ?“ Pond menoleh ke arah orang yang baru saja memasuki kamarnya.

~~

ya udah, dek. Abang lapar ! ayok cari makan!“ ajak Neo ke Phuwin yang juga membuat Phuwin berjalan semakin mendekat ke arahnya

Phuwin !“ panggil Pond

buburnya dimakan“ balas Phuwin tanpa berbalik melihat kearah Pond sebelum akhirnya keluar dari kamar Pond

makasih ya Neo“ kata Louis mengucapkan terima kasih kepada Neo yang sudah mengantarnya.

dan Neo membalas dengan angukkan serta menutup pintu kamar milik Pond

~~

~~

***

next chapter : Kerikil Kehidupan XV