***
~~
~~
„misi kak, mau nanya sesuatu“ langkah Neo dihentikan dengan suara milik seseorang yang tidak dikenalnya
„iya silahkan“ balas Neo sambil tersenyum
„kakak, tahu anak kampus yang namanya Pond Naravit ? dia juga tinggal di dorm ini“ balas seorang tersebut
„oh, Pond !! iya kenal malah. Mau kakak anterin ke kamarnya ?“
„emang gak papa kak?“
„iya, santai aja“
Mereka berdua masuk ke dalam gedung dorm dan berdiri di depan pintu Lift.
„nama kamu siapa ?“ tanya Neo memulai percakapan lagi karena merasa suasana yang mulai canggung
„nama aku Louis, kak. Kakak sendiri?“ balas Louis. Salah satu teman dekat Pond saat masih bersekolah di Amerika
„nama kakak, Neo. Eh tapi kamu temenan sama Pond ?“
„iya, kak“
„yaelah, berarti kita seumuran!“ Balas Neo santai sambil tersenyum yang juga diikuti oleh senyuman di wajah Louis sebelum mereka memasuki lift
~~
„hm, gak ke kunci ?!“ ujar Neo bingung saat ia memegang gagang pintu kamar milik Pond.
„woy, Pintu lo terbuka“ teriaknya diikuti dengan wajah kaget melihat Phuwin yang juga berada di dalam kamar milik Pond
~~
~~
~~
„lo berdua tidur bareng?!“ tanya Neo ke Phuwin dengan senyuman curiga sesaat setelah mereka berdua keluar dari kamar milik Pond
„gak lah, gila lo!!“ balas Phuwin sambil mendorong Neo
„njir, tapi temannya imut ya. Louis namanya“ Neo menggaruk garuk kepalanya, kata-kata ini sontak menbuat Phuwin terheran saat mendengarnya
„lo suka ??“ tanya Phuwin
„gaaak, gue kan cuma bilang kalau dia imut!!“
„kalau lo suka, gue bilangin Pond biar dia kenalin Louis ke lo“
„gak ah, orang kaya pasti. Eh atau jangan-jangan pacarnya si Pond!!“
„gak lah“ balas Phuwin santai
„kok lo yakin?!!“
„gue kan cuma ngomong doang!!“
~
„Phuwin. Apa yang tadi lo berdua lakuin. Kenapa kok lo berdua kayak kaget gitu sih“ Neo melirik ke arah Phuwin sambil mengecilkan matanya dengan tatapan curiga
„udahlah anjirrr, stop liatin gue–“
„btw, makasih udah gantiin gue lagi di cafe. Entar gaji bulan ini gue bagi 2“ kata Phuwin mengganti topik
„gak usah. Santai aja. Ayok lah kita cari makan“
„lets go“ kata Phuwin semangat
~~
~~
~~
„wtf, itu Phuwin ?? cute juga ! pantes lo—“ Belum juga selesai mengatakan hal ini, Louis segera menyambung dengan kalimat lain
„Pond, anjing ! muka lo merah bener ! telinga lo juga !! abis ngapain????“
Louis, teman Pond dari Amerika yang sudah mendengar semuanya tentang Phuwin, tiada hari tanpa nama Phuwin keluar dari mulut Pond dari dia kecil sampai besar. Pujian bertubi-tubi tentang betapa imutnya Phuwin, betapa menggemaskannya Phuwin, lucunya Phuwin, pintarnya Phuwin, betapa baiknya Phuwin dan segala macam hal baik selalu keluar dari mulutnya Pond Naravit tanpa ada rasa bosan sedikit pun.
Karena itu Louis penasaran, bagaimana sosok Phuwin sebenarnya yang membuat sosok Pond Naravit sang bintang sekolah tergila-gila seperti ini.
„iya itu Phuwin !!“ Pond tidak menjawab pertanyaan lainnya, dia hanya menutup wajahnya dengan selimut
„gila, lo telanjang !! abis unboxing ??“ Teriak Neo sambil menarik selimut Pond kembali setelah kaget melihat pundak Pond yang terpampang didepannya
„gila lo !! badan doang. Kan gue demam–“
„lo ngapain datang sih !! kan gue tadi hampir disuapin bubur sama Phuwin !!“ tambah Pond
„ya tuhaan, itu kata-kata yang keluar saat gue jenguk lo ??“ Louis melempar obar-obatan yang dibawanya ke tempat tidur milik Pond
„gak, gak !! makasih udah datang Lou!“
„btw, si Phuwin emang udah ingat ? kan lo bilang dia benci sama lo?!“
„iyaaa!!! Dia udah ingat !!! makanya lo balik deh, biar gue ada waktu berduaan dengan dia. kalau lo lama-lama terus dia cemburu gimana ??“
„pede banget lo kalau dia bakalan cemburu!!“
„aaaaahhh“ Pond menutup mulutnya dengan selimut lalu berteriak
„terus yang satunya teman lo?“
„Neo, iya teman gue dan teman masa kecilnya Phuwin juga“
„eh, gue kira lo doang teman masa kecilnya Phuwin??“
„gak, dia tetangganya Phuwin, semakin dekat pas Phuwin pindah sekolah ke sekolah dasar yang sama dengan dia“
„ohh“
„kenapa ?? kalau mau, gue kenalin!“ goda Pond kepada Louis
„gila, gue baru aja datang, lo udah mau jodohin gue!!“
„udah, stop merah-merahnya, jijik gue lihatnya“ sambung Louis yang mellihat Pond tidak bisa berhenti tersenyum sambil menggigit selimutnya
~~
~~
~~
„loh, udah mau balik. cepat amat?“ kata Neo pada Louis kaget, mereka berpas-pasan saat Phuwin dan Neo hendak masuk ke kamar Phuwin seusai mereka makan di warung dekat dorm dan Louis yang baru saja membuka pintu kamar Pond
„iya, Pond bilang maunya Phuwin, jadi gue balik“ Louis senyum sambil melirik kearah Phuwin dan menaikkan salah satu alis matanya
„oooh—-eeh eeeeh, mau ngapain lo ?!“ Neo menahan lengan milik Phuwin saat melihat Phuwin yang akan masuk ke dalam kamar milik Pond
„ke . . . dalam . . .“ balas Phuwin perlahan sambil menunjuk ke dalam kamar
„ya tuhaan, secepat itu lo lupain gue!“
„gak lah, bang. Eh kan tadi pas makan lo bilang mau kenalan sama Louis“
„bangsat lo!!“ Neo hanya bisa membuka matanya lebar-lebar dan tak mau melirik ke arah louis yang masih berdiri didekatnya
„kalau gitu anterin gue ke bawah!“ ajak Louis
„njir, lo gak malu kek canggung kek. Direct banget“
„di amerika emang gitu, sekalian biar lo gak gangguin mereka berdua!“
„ini pasti disuruh sama Pond!“ Neo mengkecilkan matanya
„gak, gue juga mau. Lo mau gak ? kalo gak biar gue jalan sendiri aja!“
„ya mau lah… bye Phu!“ kata Neo diikutin dengan Kiss-Bye sebelum mempercepat langkahnya mengikuti Louis yang berjalan menuju lift.
„njir, lo juga lupain gue secepat itu“ ujar Phuwin dalam hati sambil tersenyum sebelum masuk dan menutuk pintu kamar
~~
~~
~~
Sesaat setelah Phuwin menutup pintu kamar milik Pond yang berarti hanya mereka berdua saja yang di dalam kamar, jantung Phuwin serasa ingin lompat keluar dari torsonya. Phuwin gugup tak karuan, menutup matanya sambil mengigit bibir bawahnya saat dia masih memegang gagang pintu.
~
„udah minum obat ? dr.lee bilang selesai makan harus minum obat“ tanya Phuwin setelah membalikkan badannya dan melihat mangkok bekas bubur di atas meja makan, bertingkah seakan-akan dia tidak gugup sama sekali
Sadar akan Pond yang tidak membalas pertanyaannya, Phuwin berjalan menuju tempat dimana Pond tertidur
„gue tahu lo sadar, udah minum obat belum ??“ tanya Phuwin dengan wajah tidak percaya
„hehe“ Pond membuka matanya dan melihat kearah Phuwin
„ihh, ditanya malah ketawa!!“ Phuwin menghela napas panjang
„sini . . . . .“ kata Pond sambil menepuk-nepuk kasurnya tanda dia menyuruh Phuwin untuk duduk diatas kasurnya
„apaan ?“
„sini . . . bentar aja. Pleaseee!!“ melihat wajah Pond yang memohon, Phuwin melangkahkan kakinya dan mendekatkan dirinya di pinggir kasur
*braaaak*
Belum juga Phuwin duduk diatas kasur, Pond sudah menarik pergelangan tangannya, yang membuat Phuwin terjatuh diatasnya.
Pond segera memeluk Phuwin dengan erat, napas hangatnya sangat terasa di bagian tengkuk dan telinga Phuwin yang membuat bulu kuduknya merinding.
„maaf“ kata pertama yang terucap dari bibir Pond
„gak usah, gue udah tahu dari Phi Joss“ balas Phuwin
„bukan itu, aku harusnya balik dari dulu. Sekarang baru tahu alasan kenapa mama larang aku balik, karena mama dan papa merasa bersalah. Karena mereka om jadi—“
Merasakan Phuwin yang mempererat pelukannya, membuat Pond berhenti melanjutkan kalimat yang ingin dia ucapkan dan mulai mengusap-usap bagian kepala Phuwin, lalu tangannya menyentuh bagian tengkuk Phuwin dan mengusap punggung milik phuwin
Phuwin melingkari tangannya di tengkuk Pond dan memeluk Pond dengan erat, ia menghela napas panjang sambil menutup matanya, perasaan lega seakan-akan semua beban dipundaknya perlahan-lahan hilang pun dirasakan, ini bukan yang pertama kali perasaan lega itu muncul saat dia memeluk Pond, tapi kali ini rasa leganya itu berbeda karena ditambah bahwa sekarang dia tahu Pond yang diperluknya ini adalah Popon membuat Phuwin merasa lega yang luar biasa, Phuwin tersenyum dalam pelukannya.
„makasih udah balik“ kata Phuwin dengan nada kecil di dekat telinga milik Pond
„huh?!“ gumam Phuwin kaget saat tangannya merasakan kulit dari pundak Pond
„lo belum pakai baju???“ Phuwin melepaskan pelukannya dan berusaha berdiri namun badannya ditahan oleh pelukan Pond
„baju doang, bukan semuanya !! lagian kan kita sering mandi bareng“ ujar Pond santai sambil mempererat pelukannya
„kan itu waktu kecil, sekarang kan udah besar“
„iya sih, punya gue besar!“
„eeeh!!“ Phuwin berusaha merontak namun seperti yang sudah dikatakan, tubuhnya ditahan oleh pelukan sang Pond Naravit
Phuwin pun memalingkan wajahnya ke arah wajah Pond karena kaget mendenger apa yang baru saja dikatakan oleh Pond
„lepasin gak??“ perintah Phuwin
*juubb*
Pond mengambil kesempatan mencium bibir Phuwin yang tepat berada didepan bibirnya Phuwin berdiri sambil memasang wajah kaget dan memukul lembut bagian dada dari Pond.
„lo kan sakit !!! gue gak mau ketuleran penyakit lo!!“ kata Phuwin sambil menutup bibirnya
„Phu, aku udah nungguin kamu sepuluh tahun!!“
„kok jadi aku-kamu sih!!“
„pas kecil kan emang aku-kamu!“
„ya itu kan masih anak kecil!“
„gak, kamu ngomongnya ke teman kelas bilangnya lo-gue“
„iiih“
„wajah kamu merah, Phu“ Pond mengulurkan tangannya menggenggam tangan milik Phuwin
„gak usah aku-kamu ah.. pakai lo-gue aja!“
„biar terbiasa!! Phu, gini doang telinga kamu udah merah. Gimana yang lain?!“ Goda Pond dengan suaranya yang berat dan lembut
„lo . . . lo . . kamu sakit masih—“
„cieh, yang pakai kamu“
„belum selesai ngomong!“–
„kamu sakit masih aja ya mikir jorok!!“ ujar Phuwin
„Phu, aku cuma bilang telinga loh, kamu yang jor—“ Pond belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Phuwin sudah menarik selimut menutupi wajah milik Pond
Phuwin menutup wajahnya sendiri karena malu dengan kedua tangannya, melihat kelucuan Phuwin, Pond membangunkan badannya dan menyandarkan dirinya di dinding sambil merentangkan kakinya, ia lalu menarik Phuwin duduk disampingnya
„baru cium sekali udah malu.. gemes tauu“ kata Pond membelai rambut milik Phuwin sambil memandang wajah Phuwin yang masih ditutupi oleh kedua tangan Phuwin
„itu yang ke dua . . . . .“ jawab Phuwin malu menurunkan tangannya yang menutupi wajahnya sambil menggigit bibir bawahnya
„HUHHH, KE DUA ??!?!!?“ tanya Pond kaget
„iyalah“
„emang kamu udah pernah pacaran ? siapa yang ambil ciuman pertama kamu ??“ pertanyaan Pond ini sontak membuat senyuman malu di wajah Phuwin hilang dan menoleh kearahnya dengan tatapan kesal bercampur tatapan merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya
„aaaghh“ Pond berteriak setelah Phuwin memukul dahinya
„siapa yang tadi narik gue terus nyium gue pas lagi ngigau???“
„ehh! Jadi itu bukan mimpi??“
„bukan lah!! Lo abis curi ciuman pertama gue langsung balik tidur dan sekarang lo gak ingat???“
„kok lo-gue lagi“
„ya udah ganti, kamu yang abis nyuri ciuman pertama aku, terus sekarang gak ingat??“
„ingat kok, Cuma aku kira itu hanya mimpi!!“
„ya udah, berhenti senyum-senyumnya!!“ kata Phuwin saat melihat senyuman Pond yang semakin membesar
Dengan senyuman yang masih terpapar diwajahnya, Pond menatap Phuwin dan menaruh kedua tangannya di pipi milik Phuwin dan mulai menggigit bibir bawahnya yang masih sedikit pucat itu lalu menarik wajah Phuwin mendekat ke wajahnya
„tiga“ *juubb* hitung Pond dan mencium bibir Phuwin, Phuwin yang kaget pun segera melebarkan matanya
„empat“ *juubb*
„lima“ *juubb*
„enam“ *juubb*
„iya iya, udah Pond!“ kata Phuwin diselah hitungan Pond, namun tidak dihiraukan oleh Pond
„tujuh“ *juubb*
„delapan“ *juub*
„sembilan“ *juubb*
„sepuuuuuuluh“ hitungan terakhir diakhiri dengan ciuman yang paling panjang dan menggemaskan. Membuat Phuwin merengek kesakitan
„sakit tauu, entar kalau aku ikutan demam juga gimana!“
„kan nanti aku yang rawat!“ balas Pond sambil mencubit kedua pipinya, tak henti-hentinya Pond merasa gemas dengan Phuwin, dia menarik lagi Phuwin untuk memeluknya lagi
~
„Pond, mau sampai kapan kamu meluknya??“
„huh? Pond ? jangan pingsan!“ tanya Phuwin lagi setelah tidak mendengar jawaban dari Pond
„kok nangis ??“ Phuwin kaget melihat tetesan air mata yang membasahi pipi dari Pond saat dia melepas pelukan Pond yang erat itu
„aku gak nyangka aja, kamu sekarang ada didepan aku!“
„iya, iya!“ Phuwin mengusap air mata milik Pond dan memeluk kembali tubuh Pond yang masih sedikit terasa hangat
„aku gak bakal ninggalin kamu lagi!“
„hahaha“ suara tawa Phuwin terdengar
„kok kamu ketawa?“
„soalnya aku baru sadar, kamu kan pernah bilang kalimat ini. Cuma waktu itu aku juga bingung, ngapain anak ini bilang -gak bakal ninggalin lagi- ternyata ini maksudnya“ Phuwin melebarkan senyumnya
„Phu…..“ panggil Pond
„hm“ jawab Phuwin sambil menatap kedua mata milik Pond dan menaikkan kedua alisnya
„Phu…..“
„apa?“
„Phuwin“
„apa sih“ Phuwin mengkerutkan dahinya menunjukkan wajah bingung
„mau gak nikah sama aku?“
„eeeeh??“ Phuwin kaget dan tertawa mendengar kalimat yang baru saja dilontarkan dari bibir Pond tersebut
„mau gak ?“ tanya Pond lagi
„Pond, kita pacaran aja belum. Udah mau nikah ??“
„lah, kan kita udah pacaran sebelas tahun!“
„EEEHHH??“
„kan dari kecil umur tujuh tahun, pas kita janji buat nikah terus kamu setuju, itu kan pacaran!“
„ya tuhaaan, Pond. Kamu aneh deh!! Aduh, sebaiknya pakai baju dulu!!“ balas Phuwin yang terlihat mulai panik mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Pond
„aku serius!“ Pond menahan Phuwin yang ingin beranjak dari sampingnya
„kita baru aja kuliah, nikahnya nanti aja. Sekarang pacaran aja dulu“ ujar Phuwin memegang kedua pipi milik Pond dan menempelkan dahinya ke dahi milik Pond
„kalau gitu, aku ganti pertanyaannya. Kamu mau gak jadi pacar aku? Iya atau iya ?“
„iyaaaa“ *juubbb* Phuwin mencium bibir milik sang kekasih, tanda peresmian bahwa pada petang menjelang malam hari itu mereka memulai lembaran baru sebagai sepasang kekasih
~
„haaaah, akhirnya!“ ujar Pond lega
„Phuwin Tangsakyuen secara resmi jadi milik aku!“ sambung Pond memeluk Phuwin
„berhenti meluk-meluknya, kamu belum pakai baju“ kata Phuwin
„iya, iya . . sayangku“
„idih!“ Phuwin berdiri dan berjalan menuju ke arah lemari, membukanya dan mengambil satu kaos milik Pond
„ini pakai“ katanya
„tolong pake-in sayang“ balas Pond manja
„lo kayaknya udah sehat, gue balik ke kamar!!“
„yah sayang, sini dulu“ Pond dengan cepat memakai bajunya, dan berusaha mengejar Phuwin yang berusaha lari ke arah pintu
~
„sayang, bukain pintunya“ teriak Pond dari dalam kamarnya karena Phuwin menahan pintu kamarnya dari luar agar dia tidak dapat membukanya
„gak ah, kamu udah minum obat, jadi sebaiknya tidur. Istirahat!!“ teriak Phuwin membalas
„iya deh, iya“ Pond menyerah.
Merasa bahwa tidak ada terikan dari gagang pintu bagian dalam, Phuwin pun melepaskan pegangannya
*cekleek*
Pond dengan cepat membuka pintu kamarnya dan menahan Phuwin yang baru saja memegang gagang pintu kamarnya sendiri
„meluk doang, gak ngapa-ngapain!“ ujar Pond setelah melihat kepalan tangan milik Phuwin yang tepat berada didepan matanya
„apa, cepat ngomongnya“
„aku mau ngasih tahu tentang kita ke mama dan papa, soalnya mereka udah sering nanya, kapan pacarannya“
„eh, emang om sama tante tahu?“
„iyalah, kan waktu kecil aku minta ijin duluan ke mama sama papa pas makan malam, terus besoknya aku ngomong ke kamu deh pas di sekolah. Oh ya, om juga udah tahu kok,karena papa dan mama udah ngasih tahu“
„hmm“ gumam Phuwin sambil tersenyum mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut Pond
~
~
„Pond . . . .“ panggil Phuwin setelah merasakan hidung Pond yang menempel ditengkuknya
“wangi kamu gak berubah” kata Pond
“Pond . . . .” panggil Phuwin lagi saat merasakan tarikan napas panjang Pond dari hidungnya yang masih menempel di tengkuknya
„hmm“ jawab Pond
„udahan backhug-nya, kamu ini . . . napsu-an ya??“ Phuwin melirik ke wajah Pond yang tepat di atas bahunya setelah mengendus aroma leher dari sang kekasih
„kan aku . . . udah . . . sepuluh tahun . . . nungguin kamu!“ jawab Pond sambil mengeluarkan lidahnya dengan imut
„udah ah, balik sana!! istirahat“ Phuwin melepaskan kedua lengan milik Pond yang masih melingkari pinggangnya
„iya sayang, good night“ kata Pond setelah membalikkan badan Phuwin ke arahnya dan mengecup dahi milik Phuwin diakhiri dengan senyuman di kedua wajah mereka
~~
~~
~~
next chapter : Kerikil Kehidupan XVI