***
~~
~~
Phuwin sebagai :
Pangeran Alexander Phuwin van der Löwen,
Pangeran Alexander Phuwin van der Löwen merupakan anak ke dua dari Raja Henrich Mike van der Löwen dari kerajaan Nueedelstein, bersifat naif dan selalu dimanja oleh sang kakak, sang Putra Mahkota. Senjata andalannya adalah senyuman dan tawanya yang akan selalu mempan untuk meluluhkan hati sang kakak agar segala keinginannya dikabulkan
Pond sebagai :
Maximilian Pond von Ritter,
Tangan kanan Putra Mahkota, sang ajudan kepercayaan Putra Mahkota yang sedari dulu menemani Putra Mahkota kemana pun dan dimanapun, melindungi dan menjaga Putra Mahkota. saat dirinya ditunjuk sebagai Ajudan Putra Mahkota dan umur mereka yang sama, Putra Mahkota sudah menganggap Ajudannya ini sebagai sahabatnya sendiri.
~~
~~
Maxilian Pond von Ritter, sang tangan kanan dari Putra Mahkota membuka pintu besar berwarna putih yang tingginya hampir tiga meter dan hendak masuk kedalam untuk mengganti bunga yang telah layu didalam vas bunga diatas meja yang berada tepat didepan jendela kamar tersebut.
~
„hmm . . . hmm“
Terdengar suara dari seseorang yang sedang terbaring diatas tempat tidur berukuran besar didalam kamar itu, Maximilian pun berbalik dan menoleh kearah dimana suara itu berasal.
„Yang Mulia ??“ kata Maximilian
Maximilian berjalan dan berdiri disamping Pangeran Alexander Phuwin van der Löwen yang terbaring dengan mata yang ditutup oleh perban putih melingkari kepalanya
Sang Pangeran yang sadar bahwa pandangannya saat itu gelap gulita, kaget dan tiba-tiba tak mampu mengatur pernapasannya serta mulai menoleh kearah kiri dan kanan sambil mencari dari mana suara yang memanggilnya itu datang.
„disini Yang Mulia. Maafkan kelancangan saya Yang Mulia, tapi ijinkan saya untuk memegang tangan Yang Mulia“ Maximilian segera meraih tangan Sang Pangeran dan menbelai punggung tangan dari sang Pangeran Alexander
„sebutkan siapa namamu?“ tanya Pangeran Alexander sambil berbaring dan menoleh kearah kanan
„Maximilian Pond von Ritter, Yang Mulia“
„ah, Maximilian“
„iya, Yang Mulia“
„jadi apa yang terjadi? Kenapa mata saya diperban? Dimana kakak? Ini dimana?“
„Yang Mulia tidak mengingat apa yang terjadi?“
„saya ingat bahwa saya dan kakak mengalami kecelakaan, jadi sekarang kakak dimana? Bagaimana keadaan kakak?“
„ijinkan saya untuk menjawab semua pertanyaan tersebut, Yang Mulia“
„silahkan, tapi sebelum itu lepaskan dulu tanganmu yang masih menggenggan tangan saya“
„Ampuni kelancangan saya, Yang Mulia“ Maximilian segera melepaskan genggamannya
„ya, katakan apa yang terjadi“
„setelah kecelakaan, Yang Mulia dan Yang Mulia Putra Mahkota harus dirawat secara terpisah, demi alasan keamanan. Sekarang Yang Mulia Alexander sedang berada Heidel-Schloss di pulau tersembunyi, pilau Merkur, demi melindungi Yang Mulia. Sedangkan kondisi Yang Mulia Putra Mahkota sangat parah dan harus dirawat di Kerajaan Heimlichstein, karena mereka memiliki teknologi yang dapat membantu dalam proses pemulihan keadaan Yang Mulia Putra Mahkota“
„papa dimana?“
„Yang Mulia Raja sedang berada bersama-sama dengan Yang Mulia Putra Mahkota di Kerajaan Heimlichstein, dan karena berita yang sudah tersebar, keadaan Kerajaan sedang genting. Banyak lawan yang ingin menyerang kerajaan. Maka dari itu Yang Mulia harus berada di Heidel-Schloss dan saya Maximilian Pond von Ritter ditugaskan untuk menjaga dan menemani Yang Mulia selama masa pemulihan“
„sudah berapa lama saya tertidur?“
„Yang Mulia sudah tertidur selama delapan hari“
„apakah penglihatan saya tidak akan kembali pulih?“
„tidak Yang Mulia, ini hanyalah sementara. Yang Mulia akan dapat melihat kembali setelah satu bulan pemulihan. Itu yang dikatakan oleh dokter“
„saya ingin menangis namun mata saya tidak bisa mengeluarkan air mata“ kata Pangeran Alexander sedih sambil menggenggam erat selimut yang menyelimuti tubuhnya
„maafkan saya Yang Mulia, jika ada hal yang bisa saya lakukan untuk membuat Yang Mulia merasa lebih baik, ijinkan saya untuk melakukannya“
„tinggalkan saya sendiri“
„eh?“
„haruskan saya mengulanginya?“
„tidak Yang Mulia, baik. Saya akan meninggalkan Yang Mulia untuk beristirahat. Saya akan menunggu didepan pintu, jika Yang Mulia membutuhkan sesuatu, Yang Mulia dapat memanggil nama saya“
„iya“
„baik Yang Mulia“
Maximilian pun meninggalkan kamar utama dan menutup pintu kamar yang besar dan megah itu, ia kemudian berdiri didepan pintu dengan siap siaga menunggu perintah dari Sang Pangeran.
~~
~~
Menit berganti menit, kaki Maximilian yang telah berdiri selama empat jam menunggu sekiranya akan ada perintah dari Sang Pangeran mulai merasa lelah, namun karena Pangeran Alexander belum mengeluarkan satu kata pun, Maximiliain memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil air demi melepas dahaganya.
~
„Yang Mulia nampaknya kembali tertidur. Saya tidak mendengar suara sedikitpun. Namun hal ini membuat saya kuatir akan keadaan Yang Mulia“ Maximilian berdiri didepan jendela yang berada didapur dan menatap tanpa tujuan ke arah taman dibelakang mansion.
Didalam mansion besar itu ternyata tidak ada pelayan atau penjaga lain, hanya diisi oleh Pangeran Alexander dan Maximilian, bahkan pulau besar itu pun tampak tak berpenghuni.
Dikarenanya kecelakaan yang dialami oleh Sang Pangeran dan Putra Mahkota, kerajaan Neuedelstein mengalami keadaan darurat, akan ada banyak mata-mata yang berusaha menyakiti anggota keluarga kerajaan dan merebut kekuasaan, maka dari itu hanya orang-orang kepercayaan saja yang dapat berhubungan langsung dengan anggota keluarga kerajaan selama masa pemulihan dari Pangeran dan Putra Mahkota.
~~
~~
„acck!!“ keadaan sore hari itu yang sunyi, membuat suara teriakan dari Sang Pangeran terdengar jelas didalam mansion besar itu. Maximilian pun segera berlari kembali ke dalam kamar utama
„ada apa Yang Mulia“ katanya sambil berusaha mengatur napasnya namun tak mendapatkan jawaban sama sekali dari Sang Pangeran yang terlihat mengeluarkan keringat dingin.
„Yang Mulia mengalami mimpi buruk?“ tanya Maximilian lagi yang dijawab dengan anggukan dari Sang Pangeran
„apa yang bisa saya lakukan untuk menenangkan Yang Mulia?“ tambahnya
„sekarang jam berapa?“
„sekarang tepat sepuluh menit lewat jam lima sore, Yang Mulia“
„lepaskan infus saya“
„tapi keadaa—“
„lakuin saja, ini perintah“
„baik Yang Mulia. Saya akan mengambil peralatannya sebentar“
„dimana dokternya?“
„sudah meninggalkan pulau ini Yang Mulia dan saya sudah terlatih untuk melakukan hal-hal ini, ijinkan saya untuk melepaskan infus dari tangan Yang Mulia“
„baiklah“
~
Maximilian berdiri di bagian kiri tempat tidur besar itu dan mulai mengeluarkan infus dari punggung tangan Sang Pangeran
„akan terasa sedikit sakit, Yang Mulia“
„hmm“
Selesai melepaskan infus dan merekatkan plester pada pungung tangan Sang Pangeran, Maximilian pun bertanya jika ada sesuatu yang diinginkan oleh Sang Pangeran
„apa saja yang Yang Mulia inginkan, akan saya lakukan“
„siapa saja yang ada di mansion ini?“
„hanya saya dan Yang Mulia“
„terus siapa yang akan masak?“
„saya, Yang Mulia. Saya sudah terlatih untuk bisa melakukan segalanya dan memenuhi keinginan serta kebutuhan Yang Mulia“
„kalau begitu kapan makan malamnya? saya mau makan, biar badan saya lebih terasa enak“
„akan saya sediakan dalam waktu 25 menit, Yang Mulia. Sesuai dengan waktu makan malan seperti biasanya, pukul lima sore lewat 35 menit“
„oke“
„apakah ada sesuatu yang ingin Yang Mulia makan?“
„spagetti“
„baik Yang Mulia. Saya permisi“
~
~
Dalam kamar utama dengan suasana yang canggung itu hanya terdengar suara gesekan garpu pada piring diatas meja kecil yang diletakan oleh Maximilian tepat disampingnya sambil menyuapi Pangeran Alexander.
„spagettinya enak“ kata Pangeran Alexander sebelum Maximilian meyodorkan air minum kedepan bibirnya
„kalau Yang Mulia senang, saya juga ikut senang“
„kapan perban ini bisa dibuka???“
„kata dokter Louis, perban bisa dibuka setelah satu bulan, Yang Mulia“
„lama sekali“ kata Pangeran Alexander sambil menghela napas kecil
„saya akan membantu Yang Mulia dalan melakukan kegiatan sehari-hari“
„mandi juga?“
„mandi juga, Yang Mulia“
„kamu tidak merasa aneh memandikan orang lain?“
„tidak Yang Mulia, sudah tugas saya untuk melakukannya“
„hah!!“ Pangeran Alexander hanya menghela napas panjang
„kalau begitu antarkan saya ke kamar mandi, saya mau buang air kecil“ lanjutnya
„baik Yang Mulia“
~
Maximilian membantu sang Pangeran untuk turun dari tempat tidur besar itu dan memopangnya berjalan menuju kamar mandi.
Sambil berhadapan Maximilian mengangkat baju yang dipakai sang Pangeran untuk mencari bagian pinggang celananya
„eh, apa yang kamu lakukan?“ tanya Pangeran Alexander dengan nada kaget sambil menahan tangan Maximilian yang menggenggam pinggangnya
„saya mau membantu membuka cela—”
„tidak perlu, tangan saya masih bisa dipakai, Maximilian“ Pangeran Alexander memotong kalimat yang dilontarkan sang Ajudan
„maafkan saya Yang Mulia“ Maximilian melepaskan tangannya dari pinggang sang Yang Mulia
„its ok“ balas Pangeran Alexander.
Pangeran Alexander lalu mengangkat bajunya dan dengan perlahan menurunkan celananya dikarenakan tangan kirinya yang masih sakit sehabis infus
„dimana dudukan pot toiletnya?“ tanya Pangeran Alexander dengan kondisi celana yang sudah turun sampai ke bagian pergelangan kakinya, untungnya karena baju tidurnya yang kebesaran dan lebih panjang tidak membuat isi celananya ter-expose
„disini, Yang Mulia“ Maximilian berdiri tepat di depan Pangeran Alexander dan memegang kedua pundaknya serta mengajak Pangeran Alexander untuk mundur beberapa langkah dan mendudukan sang Pangeran diatas dudukan toilet.
„aaaaaaaaaah“ teriak Pangeran Alexander sambil memegang dahinya
„kenapa, Yang Mulia? Yang Mulia merasa kesakitan ??“ tanya Maximilian kuatir
„malu !!“ jawab Pangeran Alexander sambil menundukkan kepalanya
„saya kira Yang Mulia sedang kesakitan“ jawab Maximilian sambil tersenyum
„huh???? Kenapa suara kamu muncul didepan saya“
„saya sedang berdiri didepan Anda, Yang Mulia“
„wow, kamu benar benar tidak merasa canggung sama sekali? Mundur, mundur“
„sedikit merasa canggung, Yang Mulia. namun ini sudah tugas saya“
„tuh kan canggung! Ugh! Berarti satu bulan ke depan akan seperti ini!?“
„kata dokter Louis, bisa juga penyembuhannya kurang dari satu bulan, Yang Mulia“
Pangeran Alexander sebenarnya sudah selesai melakukan bisnisnya di toilet, namun karena rasa malu memikirkan bahwa satu bulan kedepan ini dia akan dirawat oleh Maximilian membuatnya tidak mampu berdiri
„sudah selesai, Yang Mulia ?“
„jangan ditanya!!“
„Maaf Yang Mulia“
„di mansion besar ini cuma kita berdua?“
„iya, Yang Mulia“
„kalau begitu bicaranya tidak perlu formal“
„tapi Yang Mulia!?“
„itu perintah! Kalau terlalu formal yang ada saya makin canggung dan malu!“
„baik, Yang Mulia“
Pangeran Alexander berdiri dan berusaha menarik celananya keatas, namun tangan kirinya masih sakit akibat bekas infus, Maximilian yang melihat itu pun segera menunduk dan menarik celana sang Pangerank ke atas.
„jangan dekat-dekat“ kata sang Pangeran menyerah sambil mengarahkan tangannya memeleh jarak diantara dia dan sang ajudan lalu menarik bajunya kebawah supaya sang ‘junior’ tidak ter-expose
„wajah Yang Mulia terlihat merah. Apakah Yang Mulia demam?“
„demam apanya !! aku malu!! kamu baru aja narik celana aku. kelihatan gak?“
„eh?“ Maximilian kaget mendengar ucapan sang Pangeran yang terdengar non-formal
„kelihatan gak ? harus aku jelasin ??
“Maaf, Yang Mulia. ya kelihatan”
“aaaahhhh!!!! ya udah mulai sekarang pakai -aku- saja. Malas kalau terlalu formal“~~
“akan saya usahakan, Yang Mulia”
~~
Maximilian membaringkan sang Pangeran kembali keatas tempat tidurnya, karena Sang Pangeran memang harus banyak beristirahat
„Yang Mulia, kalau ada sesuaru yang diperlukan silahkan panggil nama saya. Saya akan berjaga diluar“
„kamu gak tidur?“
„tidur, Yang Mulia. Namun jika Yang Mulia membutuhkan bantuan, saya akan segera datang“
„tidur aja, kayaknya aku bisa tidur sampai pagi. Yang penting kamu sediakan air disamping aku, jaga-jaga kalau seandainya aku kehausan saat subuh“
„sudah saya sediakan, Yang Mulia— ini botolnya, biar Yang Mulia lebih gampang meminumnya“
„ok, thank you“
„my pleasure“
~~
~~
Maximilian meninggalkan kamar utama itu dan berjalan menuju kamarnya, dia pun mengambil selimut besar dan sleepingbag agar dia bisa tidur tepat didepan pintu kamar utama. Karena sudah jelas, jika ia tidur dikamarnya maka ia tidak akan mendengar jika sang Pangeran memanggilnya
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, tidak ada tanda-tanda kalau sang Pangeran membutuhkan sesuatu. Maximilian pun memilih untuk menutup matanya tertidur.
~
~
~
„AACCK!!!“
Suara teriakan ini membuat Maximilian membuka matanya kaget
„mimpi???“ tanyanya pada diri sendiri sambil mengucek matanya
„AAACCKK!!!“ terdengar suara teriakan untuk yang kedua kalinya
„fvck! Yang Mulia!!“
Maximilian segera berdiri, membuka pintu dan berlari menuju tempat tidur. Dia kaget dengat kondiri sang Pangeran yang terlihat berkeringat sambil berusaha mengatur napasnya
„Yang Mulia . . . .“ ucap Maximilian kuatir
„kaka??“ dengan kondisi perban dan masih melingkar dikelapanya menutup are mata, Pangeran Alexander segera berbalik mengikuti arah, dari mana suara Maximilian berasal
„kaka?“ kata Sang Pangeran lagi
„bukan, Yang Mulia. Ini Maximilian“—„yang Mulia mengalami mimpi buruk?“ tanya Maximilian sambil mengusap keringan yang membasahi dahi sang Pangeran dengan handuk kecil yang sudah disediakannya di atas meja lampu.
Pertanyaan Maximilian ini hanya dibalas dengan anggukan dari sang Pangeran
„Yang Mulia Putra Mahkota sedang dirawat di kerajaan Heimlichstein. Saya yakin Yang Mulia Putra Mahkota juga akan segera pulih kembali, jadi tidak ada yang perlu dikuatirkan, Yang Mulia“ Kata Maximilian sambil berusaha menidurkan sang Pangeran kembali kedalam mimpinya
Melihat kondisi sang Pangeran yang terlihat sudah tenang, Maximilian memutuskan untuk berdiri dari sisi kasur itu dan kembali melanjutkan tidurnya
„kamu disini aja“ Sang Pangeran ternyata menahan baju dari Maximilian dan menghentikan sang Ajudan
„tapi, Yang Mulia!?“
„gak papa, takut nanti mimpinya muncul lagi. . . .“ kata Pangeran Alexander sambil menepuk-nepuk sisi kasur disampingnya untuk menandakan kalau sang Ajudan, Maximilian, bisa tidur disampingnya
„Yang Mulia, ini melanggar aturan“
„gak masalah, Cuma kita berdua disini. Cepetan, aku ngantuk“
„ba—baik Yang Mulia“ Maximilian berjalan mengitari tempat tidur king size itu dan segera memasukan badannya kedalam selimut tebal lalu merebahkan badannya tepat disamping sang Pangeran yang terlihat sedang tersenyum
„Maafkan kelancangan saya, Yang Mulia“
„gak papa. Kalau sendirian lebih menakutkan. Apalagi aku gak bisa lihat apa-apa sekarang“
„iya, Yang Mulia“
„kamu bisa gak peluk aku?“
„EEH??“
„kaka biasa meluk aku kalau aku mengalami mimpi buruk…..“
Bukan tanpa alasan Sang Pangeran meminta ingin dipeluk. Bahwasannya sedari dulu Pangeran Alexander sudah sering dimanja oleh Sang Kakak. sosok Pangeran yang imut, lucu, ramah dan selalu tersenyum juga membuat dia disegani dan diidolakan oleh para pelayan dan penjaga istana. Apalagi Pangeran Alexander juga sebenarnya sudah mengetahui sosok Maximilian, dikarenakan Maximilian juga merupakan orang terdekat sang kakak dari dulu ditambah, Putra Mahkota dan Maximilian yang seumuran, membuat Maximilian dan Pangeran Alexander juga terpaut usia yang sama, yaitu lima tahun, sama dengan perbedaan usianya dengan Sang Kakak.
Maximilian hanya melebarkan matanya dan menelan ludahnya sendiri, dengan rasa gugup karena jantung yang berdetak semakin kencang mendengar permintaan Pangeran Alexander, dia mendekatkan tubuhnya pada tubuh sang Pangeran
„ijinkan saya untuk memeluk Yang Mulia“
„hm hm“ balas Pangeran Alexander
„Yang Mulia“
„hm?“ Pangeran Alexander bergumam membalas panggilan sang Ajudan
„badan Yang Mulia sangat panas. Sepertinya demam, Yang Mulia“
„hm“
„Yang Mulia??“
„ugh, berhentilah berbicara agar aku bisa tidur“—„peluk“
„ah… baik Yang Mulia“ Maximilian merekatkan tangannya pada punggung sang Pangeran
Sayangnya walaupun Maximilian berusaha menutup matanya, dia tetap tidak bisa mendapatkan dirinya terlelap, tubuh Sang Pangeran yang lebih kecil darinya itu terasa panas dalam pelukannya, ditambah dengan keadaan tidur yang berpelukan sambil berhadapan ini membuatnya dapat merasakan napas hangat yang keluar dari hidung Pangeran Alexander dengan sangat jelas.
„Yang Mulia“ kata Maximilian dengan nada kecil berusaha membangunkan sang Pangeran
„hhhmm.. besok aja kak“ ternyata sang Pangeran sudah masuk dalam dunia mimpinya dan mengigau.
Walaupun rasa kekuatirannya sangat besar kalau saja demam Pangeran Alexander akan semakin parah, tetap tidak membuat Maximilian berani untuk membangunkan Pangeran lagi, dia memutuskan untuk menutup matanya demi mendapat lelap sambil mempererat pelukannya.
Tanpa Maximilian sadari, ternyata bibirnya menunjukkan senyuman kecil saat Sang Pangeran yang ternggelam dalam tidurnya itu menempelkan wajahnya pada bagian dada dari Maximilian.
„dont do this to me, god. Dont try me like this“ ucap Maximilian dalam hatinya sambil memperhatikan kepala dan wajah Pangeran Alexander yang sedang tenggelam dalam pelukannya itu
„god, help me control myself“ doanya sebelum ia pun juga terlelap dalam mimpinya
~~
~~
~~
next chapter : Never Be The Same II
PS : perbedaan Putra Mahkota & Pangeran Putra Mahkota adalah anak raja pewaris tahta Pangeran adalah anak raja namun bukan pewaris tahta