***
~~
~~
Kicauan burung-burung terdengar menghiasi kamar utama itu. Maximilian tampaknya tak bisa mendapatkan kelelapan karena apa yang terjadi tadi malam.
Dia berdiri tepat disamping kasur bagian kanan dan memperhatikan Sang Pangeran yang masih tertidur.
„what a cutie“ katanya dalam hati.
Tak bisa dipungkiri oleh Maximilian bahwa dia sedari dulu sudah sering memperhatikan Pangeran Alexander, bagaimana manjanya sang Pangeran kepada Putra Mahkota, caranya berbicara dan senyumnya, serta tatapan matanya yang begitu mempesona. Semua hal tentang Pangeran Alexander bisa membuatnya gila. Bahkan hanya mendengar nama sang Pangeran pun jantung Maximilian bisa berdetak takaruan, saat Putra Mahkota menyebut atau bercerita tentang Pangeran Alexander.
Sayangnya semua perasaannya itu harus dipendam dalam-dalam karena status dia yang hanya seorang ajudan.
~
~
„selamat pagi Yang Mulia“ kata Maximilian menyambut, saat dia melihat Sang Pangeran sedang mengangkat tangannya keatas seperti orang yang baru saja bangun tidur.
„selamat pagi, Maximilian“
„adakah yang Yang Mulia inginkan untuk sarapan dipagi ini?“
„jam berapa sekarang ?“
„sekarang jam delapan pagi, Yang Mulia“
„badanku masih terasa tidak enak“—„apakah ini yang orang rasakan setelah bangun dari koma“
„eh ?“
„badanku sedikit sakit“
„eh ?“
„Maximilian, kamu kenapa? Tiba-tiba seperti tidak bisa mendengar ?“
„Maafkan saya, Yang Mulia“ kata Maximilian dengan nada kecil, tampaknya Sang Pangeran tidak mengingat apa yang terjadi diantara mereka membuat Maximilian merasa sedikit kecewa.
~
„kamu masak apa buat sarapan ?“
„ada toast, telur, bacon dan jus jeruk. Yang Mulia“
„kedengarannya enak“
„akan saya bawakan kesini, Yang Mulia“ ujarnya sebelum meninggalkan kamar utama dan berjalan menuju dapur
~
~
„disuapin lagi ?“ tanya Pangeran Alexander setelah mendengar suara gesekan antara piring dan pisau garpu tepat disampingnya
„iya, Yang Mulia. Kan Yang Mulia belum bisa melihat“—„ahh . . .“ Maximilian menyodorkan makanan ke depan mulut Sang Pangeran, namun hal itu tidak disadari oleh Pangeran Alexander
„ahh ? ah apa ? aku bukan anak kecil“
„iya, Yang Mulia. Maksud saya, agar Yang Mulia tahu kalau makanannya sudah berada tepat didepan mulut Yang Mulia“
„ohh iya yahh. .“ balas Pangeran sambil tertawa kecil dan mulai memakan suapan dari ajudannya itu
~
~
„kamu abis ini anterin aku ke toi-“ kata Yang Mulia setelah memakan sarapannya sampai habis
„sebentar Yang Mulia, ijinkan saya memotong sebentar“ Maximilian meminta ijin untuk menyelah ucapan sang Panggeran.
„bibir, Yang Mulia kotor“ dengan jarinya, Maximilian mulai membersihkan ampas makanan dari bibir lembut sang Pangeran yang sontak membuat Pangeran Alexander kaget
„kamu ngapain ? kan bisa bilang“
„maaf, Yang Mulia. Soalnya hanya saya yang bisa melihat dimana bagian yang kotor“
„benar juga“—„ya udah, antarin aku ke toilet“
~
~
„apakah badan Yang Mulia masih terasa sakit?“ kata Maximilian sambil tangannya memegang pinggang Sang Pangeran
„kamu beneran mau bantuin buka celana lagi?!“ tanya Pangeran Alexander sambil menahan tangan Maximilian
„iya, Yang Mulia“
„haaah, ya udah“ balas Pangeran Alexander menyerah
„Yang Mulia, tidak ingin sekalian mandi membersihkan diri ?“ tanya Sang Ajudan lagi sebelum melepas balutan kain yang menutupi area bawah sang Pangeran
„ngga—–“ kata yang ingin dikeluarkan dari mulut sang Pangeran ini terhenti saat Pangeran Alexander merasakan adanya sentuhan selain bahan kain yang dia kenakan pada bagian kedua pahanya. Kaget, kata yang cocok menjelaskan kondisi sang Pangeran, namun reaksi alamiah tak bisa dihindari, bulu kuduk sang Pangeran pun ikut berdiri
„Yang Mulia kedinginan??“ tanya Maximilian yang sadar saat melihat keadaan bulu badan dari sang Pangeran
„nggak, kamu sih!!“ balas Pangeran Alexander dengan nada tinggi
„huh??“
„mana dudukan toiletnya??“ tanya Pangeran kebingungan tanpa mau menjelaskan apa-apa lagi pada Maximilian
Beruntung, mata sang Pangeran masih ditutupi dengan perban, kalau tidak Pangeran Alexander pasti bisa menyadari bahwa Maximilian dengan sengaja mengenakan tangannya pada bagian paha sambil menyeringai bibirnya.
Bagi orang awam memang akan sangat susah disadari tapi bagi Maximilian, seseorang yang memang sudah terlatih dari masih muda, membaca gerak gerik orang lain adalah hal yang mudah baginya.
Ya, Maximilian menyadari bahwa sedari dulu Sang Pangeran juga sudah sering memperhatikan dirinya, gerak-gerik Pangeran sangat mudah ditebak, karena itu kesan pertama yang muncul saat melihat Pangeran Alexander saat masih remaja adalah sang pangeran sangatlah lucu dan menggemaskan.
~
~
„badan Yang Mulia masih terasa panas“ kata Maximilian saat menaruh tangannya pada dahi sang Pangeran
„iya, aku masih rasa gak enak. Pengennya tidur mulu“ balas Pangeran setelah selesai buang air kecil lalu berdiri dari duduknya
„kalau begitu setelah ini, ijinkan saya memeriksa suhu badan Yang Mulia“
. . .
„KAMU NGAPAIN??“ teriak Sang Pangeran saat merasakan sentuhan tisu pada bagian ujung dari sang mr.P
„kan sudah menjadi tugas saya untuk membersihkan tubuh Yang Mulia“ Maximilian sengaja menjawab dengan nada yang membuat sang Pangeran berpikir kalau Maximilian ini tidak menyadari apa yang dia lakukan.
Walaupun pasrah dan membiarkan Maximilian membersihkan area terlarang-nya, Pangeran tetap tidak bisa melepaskan tangan kanannya yang menggenggam pergelangan tangan dari Maximilian.
Maximilian yang sedari tadi jongkok sambil membersihkan area terlarang itu pun mengigit bibirnya, karena dia tahu dengan jelas bahwa Yang Mulia saat ini sedang gelisah. Ruang kamar mandi yang sunyi itu membuat desahan napas yang dikeluarkan Sang Pangeran terdengar jelas.
Pangeran berusahan mengatur napasnya sambil mengangkat kepalanya ke langit-langit
„udah, udah!! Gak usah digosok lagi“ kata Pangeran sambil menggigit bibir bawahnya dan mempererat genggamannya pada pergelangan tangan Maximilian
„kenapa, Yang Mulia?“ tanya Maximilian, ia sengaja bertanya ingin mendengar jawaban yang jelas dari mulut sang Pangeran. Karena sedari dari saat ia menggosok area terlarang itu, ia sadar bahwa mr.p sang Pangeran sudah mulai menegang.
„kamu keluar bentar bisa gak ?“
„Yang Mulia tidak perlu merasa malu“—„untuk hal ini pun saya bisa membantu Yang Mulia untuk melepaskannya“ bisiknya lagi yang langsung membuat Pangeran mendorongnya pelan
„nggak ah. Tangan aku yang kanan masih bisa digerakin!“
„terus bagaiman nanti Yang Mulia membersihkan diri, kalau sampai ada tumpahan dilantai bagaimana ? kan Yang Mulia belum bisa melihat kembali“
„ohhooo, kok jadi pesuasif gini“
„Yang Mulia sendiri kan yang bilang untuk tidak perlu terlalu formal“
„bentar deh, aku jadi ingat mimpu semalam!!“
„mimpi apa?“
„aduh, malu! Gak usah tanya tanya lagi!“
„Yang Mulia tidak perlu malu, karena sebentar juga saya akan mengecek suhu badan Yang Mulia. Yang Mulia tahu kan kalau mengecek suhu badan bagaimana?“
„bagaimana emangnya?“
„ya dari belakang, Yang Mulia“ jawab Maximilian merasa gemas dengan tingkah lucu sang Pangeran yang dari tadi belum juga memakai bawahannya
„oh dari belakang“
„bukan belakang badan, Yang Mulia. Tapi dari belakang itu“
„itu??“— „EEEHHHH???“
„iya Yang Mulia“
„Maximilian !! kamu gak malu?“
„tidak, Yang Mulia. Jadi ijinkan saya membantu Yang Mulia!“ dengan lincah tangan Maximilian lalu mulai menggenggam
„uh aah“ Pangeran Alexander terkejut namun tak bisa berkata apa-apa
„aahhh . . . ah . . .“ ruangan kamar mandi itu terisi dengan suara desahan dari Pangeran Alexander saat Maximilian mulai melakukan gerakan mengocok pada penis milik sang Pangeran
„maaaxx.. maxiimiilaaan. . .“ Pangeran mendesah dan kakinya mulai tidak kuat untuk menopang tubuhnya itu
„Yang Mulia boleh melingkari tangan Yang Mulia pada pundak saya“ kata Maximilian, ia mengambil tangan kanan dari sangPangeran dan melingkarinya pada tengkuknya.
„hhm, hmm, hmm . . . . euuh“ desahan Pangeran Alexander semakin cepat, dengan kondisi kaki yang melemah, mau tidak mau Pangeran Alexander mempererat pelukannya, dengan sigap tangan kiri Maximilian pun melingkar dan memeluk sang Pangeran di bagian pinggangnya
„udaah mauuh keluarrr“
„hhm . . . hmm . . .“
„uughh . . .“
„aahhhh . . . .“
Pangeran akhirnya mengeluarkan sang mani, kepuasan yang Pangeran Alexander rasakan membuat kakinya menjadi tak bertenaga.
„Yang Mulia?“ Maximilian memeluk Pangeran yang sudah tak mempu menopang badannya sendiri
„Yang Mulia??“ tanyanya lagi karena tidak mendapat jawaban dari sang Pangeran
~
„aku . . . . aku capek“ Pangeran akhirnya menjawab
„kalau begitu biarlah saya menggendong Yang Mulia kembali ke tempat tidur“
Dengan bridal style, Maximilian memopang tubuh Yang Mulia yang lemah itu dan membaringkannya di atas kasur.
„ack. . .“ Maximilian tiba-tiba merasa kesakitan saat tangan Pangeran melingkari bagian pundak dan lehernya
„kamu kenapa?“—“eh, karena aku ya?“ tanya Pangeran kuatir
„tidak apa-apa, Yang Mulia“
„jangan bohong, tadi aku kan—“
„gigitannya tidak sakit, Yang Mulia.“
Ya, tadi saat hendak mencapai puncaknya, Pangeran Alexander tanpa sadar menggigit bagian bahu milik Maximiilian dan meninggalkan bekas disana.
„maaf . . . . .“- „ini yang pertama dan terakhir !! aku janji!!“
„sebenarnya tidak apa-apa juga kalau Yang Mulia ingin menggigit saya“
„haha, gila“ kata Pangeran Alexander sambil tersenyum setelah mendengar gombalan dari Maximilian tersebut
~~
„eh, celanaku mana? kok kamu gak bawa?“ tanya Pangeran sambil menutup mr.P-nya
„tubuh Yang Mulia masih kotor, sebaiknya saya bersihkan terlebih dahulu sebelum memakaikan celana pada tubuh Yang Mulia“
„bersihkan? Bersihkan gimana??“
~
Tanpa menjawab pertanyaan dari Pangeran Alexander, Maximilian merangkak ke tempat tidur dan sekarang tubuhnya tepat berada diatas sang Pangeran
„Maxi . . . milian ???“ panggil Pangeran Alexander saat merasakan ada yang naik diatas tempat tidurnya
Belum juga menjawab panggilan tersebut, Maximilian segera meraih kancing baju tidur milik sang Pangeran dan mulai membukanya
„stop, stop!!“—„bentar!!“ kata Pangeran Alexander sambil menghentikan tangan Maximilian
„Yang Mulia, kalau tubuh Yang Mulia tidak segera dibersihkan, deman Yang Mulia akan semakin parah“ kata Maximilian
„bentar aja bersihkannya . . .“
„kenapa? Yang Mulia takut?“
„IYAA LAH TAKUT!!“—–„ta..kut berdi..ri laagi“ sambung Pangeran Alexander dengan nada kecil
„Yang Mulia, hal itu kan tidak bisa dikontrol. Kalau berdiri lagi, berarti tinggal dilepaskan lagi“
„lepas apanya ????“
„maksudnya, saya bantu melepaskan . . . . itu“
„gila!!“
„hhhhh“ Maximilian terkekeh mendengar balasan dari sang Pangeran
„seandainya Yang Mulia sekarang bisa melihat, pasti Yang Mulia juga ingin segera membersihkan diri“ tambah Maximilian merayu
„maksudnya??“
„tadi tumpahnya banyak sekali, jadi bagian selangkangan, paha, kaki bahka—-“
„STOP ! STOP!“—“ ya udah bersihin!! Gak usah diucap yang itu!!“
~
~
Perlahan, Maximilian melepas kancing baju dan meninggalkan Sang Pangeran terbaring tanpa mengenakan sehelai kain yang menutupi tubuhnya.
Sinar mentari pagi yang menyinari kamar utama itu, membuat tubuh Pangeran Alexander terlihat jelas dimata sang Ajudan.
Tubuh Yang Mulia yang sangat pucat karena jarang terkena sinar matahari itu membuat Maximilian semakin tak kuasa menahan diri, pinkish puting, lekukan tubuh yang ramping serta bagian perut yang berbentuk sixpack, semuanya sangat menggemaskan dimata Maximilian. segala sudut dari tubuh sang Pangeran diperhatikannya satu per satu
~
„Maximilian ??“ panggil Pangeran Alexander yang sadar bahwa tidak ada pergerakan sama sekali dari sang Ajudan sesudah melepas semua pakaiannya
Ternyata Maximilian masih tercengang dengan apa yang dilihatnya
„ma.. maaf Yang Mulia“ balas Maximilian
~
Perlahan, Maximilian membasuh bagian leher Pangeran Alexander dengan handuk yang sudah dibasahinya dengan air hangat. Dari tengkuk leher lalu turun ke bagian dada. Dengan sengaja, Maximilian mengusap bagian puting Pangeran lebih lama dibandingkan bagian leher yang membuat tubuh Pangeran secara otomatis menggeliat.
„eeuugh“ desah Pangeran Alexander, lalu diikuti dengan Pangeran menutup mulutnya sendiri dengan tangan kanannya
Maximilian dengan tangan kirinya yang menahan bagian pinggang kanan dari Sang Pangeran dan menggunakan tangan kanannya untuk mengusap bagian perut milik Pangeran Alexander.
Maximilian memulai lagi untuk membasahi handuk yang dipakainya itu dengan air hangat, karena sekarang saatnya dia membersihkan bagian bawah dari tubuh sang Pangeran.
Tetesan air hangat yang jatuh membasahi bagian penis dari Pangeran Alexander membuat motoriknya berkedut. Maximilian membasuh bagian dalam dari paha milik Pangeran yang sontak membuatnya menutup rapat kedua kakinya yang sedari tadi terbuka itu.
Karena tiba-tiba, Maximilian juga belum sempat menarik tangannya, hal ini jutru membuat Pangeran Alexander dengan keadaan tanpa busana menjepit tangan kanan Maximilian di selangkangannya
„Yang Mulia??“ kata Maximilian kaget, karena tangannya saat ini sedang bersentuhan langsung dengan penis Sang Pangeran.
„hhm?“ Pangeran Alexander hanya bisa menggigit bibir bawahnya
Dengan tangan kirinya, Maximilian membuka kembali kedua kaki Pangeran untuk kembali membersihkan bagian paha milik Pangeran yang masih dikotori oleh air mani
Sentuhan tangan dari Maximilian dan handuk hangat pada bagian dalam paha milik Pangeran, membuat tubuh Pangeran menggeliat tak karuan.
„sudah, sudaaah . . . .“ kata Pangeran
Ternyata, hal yang tak bisa dihindari pun terulang kembali, penis Yang Mulia Pangeran Alexander kembali bereaksi pada sentuhan dari Maximilian, si Mr.P yang tadinya ‚berisitrahat‘ kini kembali tegang.
Maximilian tidak mempedulikan kata yang baru saja diucapkan sang Pangeran, dia dengan menggoda berbisik ditelinga sang pangeran untuk membalikkan badannya
„sekarang bagian belakang tubuh yang harus dibersihkan, Yang Mulia“
„hm??“—Pangeran Alexander kaget, dengan tiba-tiba Maximilian membaliknya tubuhnya
„berbalik, supaya sekalian saya memeriksa suhu tubuh, Yang Mulia“ bisik sang Ajudan lagi
Napas hangat yang dirasakan Pangeran Alexander pada telinganya membuat seluruh bulu kuduknya berdiri
„Maximilian . . . .“
„ya, Yang Mulia?“
„ini masih pagii. . . .“
„karena itu, tubuh Yang Mulia harus dibersihkan“ kata Maximilian dilanjutkan dengan kain hangat yang membasahi punggung Pangeran Alexander
„hhmm . . .“—„aahh . . .“ tak bisa dikontrol, desahan-desahan pun keluar dari mulut sang Pangeran
Kain hangat itu pun turun dan membasahi bokong sang Pangeran, membuat tubuhnya menggeliat
Maximilian tersenyum dan memperdalam basuhannya hingga mengenai anus milik Pangeran Alexander.
„ack“ kaget Pangeran Alexander
„ini juga harus dibersihkan, Yang Mulia. Karena sebentar kan saya akan mengukur subuh tubuh, Yang Mulia“
„uhhm, aah“ desahan-desahan terdengar lagi keluar dari mulut Sang Pangeran
“sebentar Yang Mulia, saya akan memasukkan thermometernya” kata Maximilian.
Diletakkannya handuk basah itu lalu mengambil thermometer dari lari rak kecil yang berada dekat lemari.
Dengan tangan kanan yang memegang Thermometer, Maximilian menggunakan ibu jari dan jadi telunjuknya untuk membuka belahan bokong sang Pangeran.
“akan saya masukkan, Yang Mulia”
“lakuin aja, gak usah dibilang juga” balas Pangeran Alexander berusaha menyembunyikan wajahnya karena malu
“hhm” ternyara thermometer kecil itu mampu membuat desahan keluar.
“setidaknya sudah lebih turun dari kemarin, Yang Mulia”
“kemarin ??”
“iya, Yang Mulia”–“kemarin . . . .”
“jadi itu bukan mimpi???”
“bukan, Yang Mulia”
“kok kamu—” aachh” belum juga selesai mengeluarkan apa yang ingin disampaikan, Pangeran dikagetkan dengan handuk basah yang mengenai bokongnya lagi
Maximilian, tanpa memberikan aba-aba melanjutkan usapannya pada bagian bokong, lalu turun ke selangkangan sang Pangeran.
“cepetan . . .” kata Pangeran tak tahan dengan godaan dari Maximilian pada selangkangannya
“hhm….”
„Maxihhh . . . Maxi aku udah gak tahan“
Mendengar nama yang dipanggil Pangeran Alexander, membuat Maximilian tersenyum seringai
„kenapa Yang Mulia??“ tanya Maximilian lagi, walaupun dia sudah tahu apa yang dimaksud sang Pangeran
„such a tease . . . .“—„uuhh . . .“
Terkekeh mendengar kalimat itu, Maximilian tetap melanjutkan basuhannya
„Maxi . . .milian . . .“
„Ya, Yang Mulia“
„bantuin . . . . lagi . . .“
„dengan senang hati“
~
Dengan posisi tidur yang masih terbalik, Maximilian mengambil bantal dan mengganjalnya pada bagian perut Pangeran Alexander, agar bokongnya bisa terangkat sedikit supaya mempermudah ‚bantuan‘ yang akan diberikan oleh Maximilian.
Ditinggalnya handuk basah itu, dan memulai membantu Pangeran untuk mansturbasi, gerakan memompa tak henti-hentinya dilakukan oleh tangan Maximilian yang menggenggam penis milik Pangeran.
„aahh…. Haa…. Aaahh“ desahan demi desahan keluar dari mulut Yang Mulia. Sadar akan suaranya yang semakin besar, Pangeran Alexander menutup mulutnya sendiri dengan tangan kanannya namun hal itu dihentikan oleh Maximilian
„let it out . . .“
„hm?“
„suara, jangan ditutup mulunya, Yang Mulia“
„uhgg, hhhhaaa, uuuuhhh“ desahan Pangeran Alexander menghiasi kamar utama pada pagi hari itu
„mau kelu . . . arr…..“ belum selesai mengatakan hal ini, ternyata Pangeran Alexander sudah terlanjur mengeluarkan air mani miliknya, dan tentu saja karena tanpa aba-aba dari Sang Pangeran, tangan Maximilian masih menggenggam penis milik sang Yang Mulia.
„ma… maaf“ kata Pangeran yang sadar bahwa cairannya mengetori tangan milik sang Ajudan
~
mendengar kata maaf yang keluar dari mulut sang Pangeran, dengan tanpa sadar, Maximilian meraih pipi milik Pangeran Alexander dengan tangan kirinya yang bersih dan mulai mengusapnya. Walaupun mata Pangeran masih tertutup dengan perban namun bisa dirasakan oleh sang Pangeran bahwa sekarang ini mereka sedang saling bertatapan.
Ibu jari milik Maximilian meraih bibir milik Pangeran dan mengusapnya, waktu terasa berhenti saat Pangeran merasakan bibirnya yang diusap oleh sang Ajudan.
ruangan yang tadi dipenuhi dengan keributan desahan kini sunyi senyap, hingga detak jantung kedua insan ini terdengar begitu jelas.
detak jantung yang berdetak kencang terdengar jelas oleh kedua telingan milik sang Pangeran dan juga sang Ajudan
~~
„Maxi . . . milian??“
„Ma . . Maaf, Yang Mulia“ Maximilian dengan cepat menarik tangannya dari bibir sang Pangeran
„Maximilian??“ dengan suara yang masih berdesah, Pangeran Alexander memanggil nama sang Ajudan sambil menahan tangannya yang tadi meraih bibirnya
„ya . . Yang Mulia?“
„kiss. . me . .“
„Yang Mulia?“
„kiss me . . .“ tangan kanan Pangeran Alexander meraih tengkuk milik sang Ajudan dan menariknya mendekat ke wajah sang Pangeran
„Yang Mulia, please dont do this . . . . i would not be able to control myself anymore“ bisik Maximilian pada telinga sang Pangeran
„who said you should control yourself“
„oh God . . . .“
Mendengar kata ini, Pangeran Alexander terkekeh
„so . . . kiss me now“ kata Pangeran Alexander lagi
„there is no going back . . . “ kata Maximilian lagi
„yes, no going back“
„naughty . . .“
„hehehe . . .“
~~
~~
next chapter : Never Be The Same IV