* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
~~~
„you know my name but you dont know my story“
~~~
Never Be The Same : Chapters (19+)
~ is this what they call love ? ~
* * * * * * * * * * * * * * * * * * * * *
~~~
„you know my name but you dont know my story“
~~~
Never Be The Same : Chapters (19+)
~ is this what they call love ? ~
***
~~
Pond menutup pintu kamarnya dan tersenyum dia pun menggenggam gantungan woody-nya dan berkata „ini dari lu, win. Makanya buruan ingat gue lagi“
Pond tidak bisa berhenti tersenyum
~
~
„oh, hai phi . .“ Phuwin kaget dan menyapa Joss yang berdiri di koridor lantai kamar mereka
„Joss, phi Joss“ balas Joss begini karena sadar kalau Phuwin lupa namanya
Joss dan Phuwin berdiri berhadapan dalam keadaan canggung, tiba tiba Pond membuka pintu kamarnya.
„phi ternyata berhasil . . .“ Pond segera menghentikan kata katanya karena melihat Phuwin yang juga ada disitu.
„apa yang berhasil?“ tanya Phuwin penasaran
„gak, maksudnya berhasil masang meja baru yang dari ikea“ ujar Pond, tapi berdasarkan tatapan Phuwin terlihat seakan akan dia tidak percaya dengan alasan yang dikeluarkan Pond.
„ooooh, kalo gitu gue duluan ya, Phi aku duluan“ Phuwin berusaha meninggalkan Pond dan Joss, sayangnya Pond menahannya
„lu mau ke cafe kan ? sekalian bareng“ kata Pond sambil memegang pergelangan tangan Phuwin
„lah, phi Joss gimana ?! masa lu ninggalin phi Joss“ balas Phuwin
„gak, phi juga ada urusan. Makanya gak bisa nganter. Kalian berdua aja perginya“ Joss segera mengambil tas-nya dari dalam kamar Pond
„hati hati ya, phi jalan dulu“ Joss meninggalkan mereka berdua dan berjalan menuju lift
~
„ya udah, kalo mau sama sama, buruan!“ Kata Phuwin melihat Pond yang memandangnya, Pond segera berusaha masuk kembali ke kamarnya untuk mengambil tas-nya
„eeehh, eeeeh, eeeh!!!“ Phuwin kaget, karena Pond belum melepaskan tangannya dan langsung saja mau masuk kembali ke kamar
„lepasin dulu tangan gue, njir!“ Phuwin hanya bisa memasang wajah jijik melihat kelakuan Pond
„maaf, gak sadar gue“ Pond tertawa menyadari kelakuan konyolnya itu
„lu juga sih, makanya jangan bikin nyaman dong!!“ Kata Pond sebelum masuk kembali ke kamarnya
Phuwin hanya bisa bengong, speechless mendengar apa yang baru saja dilontarkan Pond.
„WHAT THE FUCK““ teriak Phuwin dari luar, Pond yang memdengarnya dari dalam hanya bisa tersenyum lebar.
~~
„ayo…“ ajak Pond yang kemudian kaget karena Phuwin sudah meninggalkannya dan menaiki lift duluan
„ya, ditinggalin!! Kalo salah tingkah bilang aja lah. Gemas tau !!“ Pond segera berlari menuju ke tangga darurat untuk mengejar Phuwin
~~
~~
„tungguin dong!!“ teriak Pond sambil lari mengejar Phuwin namun Phuwin hanya mengabaikannya
„tunggu!! Gue capek“ Pond memegang tangan Phuwin untuk menghentikan langkah Phuwin. Dia berusaha mengatur napas-nya kembali.
„lu jahat amat, ninggalin gue!“ kata Pond
„lepasin tangan gue, sultan!! Kalo ada yang liat gimana!“ Phuwin berusaha melepaskan genggaman Pond
„emang kenapa kalo ada yang lihat?!“
„gue gak mau ada yang liat gue sama orang kaya!!“
„emang kenapa, nanti gue dikira sugar daddy ?!“ balas Pond becanda
Phuwin hanya menatap kedua mata Pond dengan tatapan dingin, marah, kesal, Phuwin seperti ingin mengatakan sesuatu tapi dia menahannya.
Pond yang sadar kalau Phuwin tidak merasa leluconnya lucu, segera melepaskan genggamannya.
setelah Pond melepaskan genggamannya, mereka berdua melangkah lagi menuju cafe tempat mereka kerja sebagai part timer.
~~
~~
Phuwin tiba tiba menghentikan langkahnya, hal itu membuat Pond yang berjalan dibelakangnya kaget dan melirik ke arah Phuwin kenapa dia tiba tiba berhenti.
„hey, gak papa“ kata Pond lembut sambil merangkul bahu Phuwin dan tersenyum. Ia melihat Phuwin yang tampak gugup saat melihat pintu belakang cafe dan langsung sadar mungkin saja pintu dan area belakang cafe menjadi trigger buat Phuwin mengingat apa yang terjadi minggu lalu.
„gue ada disini, gue bakalan jagain lu“ kata Pond yang kemudian diikuti oleh pelukan dari belakang. Pond memeluk Phuwin dari belakang dan berkata „phi Joss udah ngurus semuanya, dia gak bakalan keluar dari penjara“
Hal yang baru saja didengar Phuwin ini tanpa sadar membuat Phuwin tersenyum.
„ya udah lepasin. Gue udah gak papa kok“ Phuwin tertawa dan melepaskan pelukan Pond.
„lu bener bener ya, meluk meluk dari belakang !!“ Phuwin menggelengkan kepalanya dan segera masuk ke dalam cafe
„i know you like it“ dengan confident-nya Pond berpikir demikian
~~
~~
„lu gak pernah berubah ya, win. Selalu aja ngerjain semuanya dengan serius“ Pond tenggelam dalam pandangannya, die serius menatap Phuwin yang sedang membersihkan gelas gelas. Lamunannya ini terhenti saat ada suara yang memanggilnya.
„eh, kamu ngapain disini Pond“ Kata seorang tersebut yang kaget melihat Pond di meja kasir saat hendak memesan minuman.
„aah, Beam. Apa kabar ? iya aku kerja part time disini. Sekalian ngabisin waktu“ balas Pond dengan ramah sambil tersenyum
„jadi, kamu mau pesan apa?“
„aku pesan rainbow cake dan caffee latte nya 2. Seriusan, gue gak nyangka lu bakalan kerja di cafe kayak gini“ balas Beam. Beam adalah teman satu jurusan mereka yang waktu hari terakhir ospek, dia dan Pond yang memenangkan permainan treasure huntingnya.
Pond sibuk menyiapkan pesanan Beam dan Beam sibuk memperhatikan Pond, tapi pandangannya teralih saat dia kaget melihat Phuwin yang juga baru keluar dari ruang staff cafe.
„eh, Phuwin kan ?! lu juga kerja disini?!“ tanya Beam kaget
„iya“ jawab Phuwin canggung dan segera kembali ke belakang setelah mengambil gelas gelas yang harus dicuci.
Beam hanya memandang Phuwin yang bersikap dingin ke arahnya.
„ini pesanannya, Beam, selamat menikmati“ Ujar Pond sambil menyerahkan pesanannya
“makasih” balas Beam
~~
~~
„muka lu itu“ Pond bersandar di dinding sambil melihat ke arah Phuwin yang sedang mencuci gelas dan piring
„hmm?!“ Phuwin hanya berguman sambil terus berkonsentrasi menyuci semua barang
„gue bilang, muka lu itu emang gak bisa masang senyuman“ Pond berjalan kearah Phuwin dan memegang kedua pipinya
„lepasin !!“ Phuwin tidak bisa melakukan apa apa, karena tangannya sedang memegang piring dan gelas
„lu emang bener bener ya, dingin banget !! si Beam kann Cuma nanya doang, jangan cemburu dong“ Pond menggoda Phuwin
„anjing, siapa yang cemburu?! Trus Beam itu siapa lagi?!“ Phuwin menggelengkan kepalanya berusaha melepaskan tangan Pond dari pipinya.
„YA TUHAN, PHUWIN!!!“ Beam itu yang barusan tadi, dia itu teman sekelas kita!!“ Pond hanya bisa menggelengkan kepalanya
„gue gak tau“ jawab Phuwin santai
Pond hanya bisa menghela napas panjang sebelum meninggalkan Phuwin dan kembali ke meja kasir.
„itu orang kenapa?!“ Phuwin hanya bisa heran melihat Pond
~~
~~
„Phuwin, Pond, kalian baliknya duluan aja, biar sisanya phi yang beresin“ Kata Singto mengingat mereka berdua yang baru saja memulai kuliah semester baru
„gak papa phi, cuma tinggal masukin kursi aja“ Pond berkata sambil mengangkat kursi kursi ke atas meja dan Phuwin terlihat sedang mengatur gelas gelas kembali ke bagian rak rak.
„gak papa, sisanya biar phi aja. Kalian kan ada kelas besok. Kalo bangunnya terlambat gimana?!“
„udah phi, udah beres!!“ balas Phuwin sambil memijat mijat bahu singto
„kalo gitu kita duluan ya phi“ ujar Pond sambil melirik ke arah Phuwin, pertanda untuk segera ke ruang ganti
~~
~~
„Phuwin, kenapa lu gak senyum ?! entar anak anak yang lain mikir yang gak baik tentang lu?!“ Pond memulai percakapan saat mereka berjalan pulang menuju dorm.
„gak ada yang penting ngapain gue senyum“ balas Phuwin santai
„tapi tadi tatapan Beam kearah lu itu beda banget, gue gak mau entar dia nge-gosip yang gak gak tentang lu“
„gosip doang mah gue udah biasa, gak papa kok“ Phuwin berjalan sambil menundukkan kepalanya
„jangan dong ! kalo gosip-nya gak benar kan harus dijelasin! Biar gak ada salah paham“
„prinsip gue, gak penting jelasin diri gue ke orang lain. You know, i dont need to explain myself to strangers. Gosip kan gak ada efek ke nilai gue, gak ada efek ke hidup gue, ngapain gue mikirin pandangan orang „ Phuwin menghela napas panjang seperti ingin menyudahi tiópik pembicaraan mereka
„tapi win, kalo begitu nanti lu gak bisa punya banyak teman. Kalo ada masalah ada kesusahan kan teman teman bisa membantu!“
„Sultan, lu gak bakal ngerti!! Buat gue, Neo seorang sudah cukup“
„ya kalo begitu jelasin ke gue, supaya gue bisa ngerti!!“
„mau jelasin panjang lebar juga, dari background lu yang kaya raya, lu bakalan ngerti. SULTAN!“
„gue gak suka di panggil sultan! Dan lagi lagi lu bahas tentang harta, kekayaaan. Lu kenapa fokusnya ke itu doang!!“ Pond mulai memperkeras suaranya dengan nada jengkel
„YA KARNA EMANG UANG ITU STANDARD KEHIDUPAN!! LU GAK PUNYA UANG, LU BUKAN DARI KELUARGA KAYA, NILAI LU ITU SAMA AJA KAYAK ANJING LIAR!! LU GAK KAYA, OTOMATIS LU JADI SAMPAH MASYARAKAT. ORANG ORANG GAK BAKAL RESPECT SAMA LU. NGERTI GAK?!! GAK KAN !!!“ Phuwin tiba tiba saja berteriak kencang ke arah Pond dengan wajah sedih dan nada suara yang gementar.
„karna ini gue gak mau berteman sama orang kaya, sampe kapan pun, lu dan orang orang se derajat lu gak bakal ngerti !!“ Phuwin kembali merendahkan suaranya dan berjalan meninggalkan Pond yang terdiam mendengar kata-katanya itu.
„berhenti“ dengan nada kecil Pond ingin Phuwin menghentikan langkahnya
„PHUWIN!!“ teriak Pond, dia kemudian menggenggam tangan Phuwin
„jelasin ke gue, gua mau tau, gue mau dengar, gue mau mengerti semuanya tentang lu!“ mata Pond terlihat berkaca-kaca seperti menandakan dia akan menangis, dan hal itu membuat Phuwin bingung, kenapa Pond terlihat sedih dimalam hari ini
„Pond . . . lupain aja apa yang baru kita bicarakan, hmm ??“ Phuwin terlihat memaksakan senyumannya kepada Pond sebelum melepaskan genggamannya.
Malam itu mereka berdua pulang ke dorm dengan suasana yang bercampur aduk, kejadian itu membuat Pond sadar, sampai kapan pun dia gak akan bisa mengenal Phuwin lebih dekat kalau Phuwin sendiri tidak mau membukakan pintu untuk Pond masuk.
~
Pond hanya duduk diatas kasurnya sambil melihat gantungan woody-nya itu dengan tatapan yang sedih.
„maafin gue, ninggalin lu . . . .“ Pond menggenggam erat gantungan itu dan memejamkan matanya dan mengeluarkan air matanya
„what happend to you, Phuwin?!“
~~
~~
***
next chapter : Kerikil Kehidupan XI
***
~~
„lo mau masuk?!“ tanya Phuwin sambil berjalan ke depan pintu.
„gak, gue cuma mau nanya keadaan lo gimana??“ balas Pond
„gak papa kok, makasih ya tadi“
„hhmm“ Pond hanya membalasnya dengan senyuman
„hati hati“ Phuwin berkata sebelum menutup pintu kamarnya, kata Phuwin ini hanya dibalas oleh senyum simple dari Pond yang memandang pintu kamar Phuwin.
„maaf Pond, gue beneran gak bisa berteman sama orang kaya“ kata Phuwin dalam hatinya sambil bersandar di pintu kamarnya
~~
~~
„win, win!!“ teriak Neo dari luar, „gimana? Udah siap belum??“ tambahnya
„ya elah“ gue cuma turun ke bawah terus jalan berapa menit langsung sampai ke tempat ospek, ngapain lo ngikut ?!!“ Phuwin membuka pintu kamarnya
„iya tau, gue cuma ngikut sampe ke depan gedung aja, trus balik“
„ya udah, lo beneran sok sokan ngejagain !! jijik tau“ ujar Phuwin sambil tertawa
„gak papa kale, lo kan brother gue!“ Neo merangkul bahu Phuwin dan mereka pun berjalan menuju depan gedung jurusan Phuwin untuk treasure hunting.
~~
„udah lo balik, gue udah liat kelompok ospek gue disana!“
„iya gue balik“ Neo berjalan balik menuju dorm mereka
~~
~~
„ok, ini kertas hint-nya, dibagikan ke yang lain. Kakak kakak yang lain juga udah siap di tiap sudut area kampus. Kumpulin HP kalian di box sini“ kata Zee sambil menjelaskan langkah langkah yang harus diikuti semua anak ospek.
„hp kalian nanti dibalikin, kita ngumpulin supaya kalian gak nyari hintnya di internet!“ tambah Zee menjelaskan.
„sepertinya kalian semua udah hadir. Yang terlambat biar derita mereka sendiri kenapa gak on time. Jadi 5 menit lagi kita mulai“ Ujar Arthit tegas
~~
Phuwin kebingungan karena dia tidak melihat tanda tanda dari Pond, pasangannya, untuk melakukan treasure hunting, sayangnya hp Phuwin sudah dikumpul di dalam box, jadi dia tidak bisa menghubungi Pond sama sekali.
„njir, ni anak kemana?! Kan janjinya sore ini, apa dia lupa ya sama treasure huntingnya?!“ Pikir Phuwin dalam hati gelisah karena dia harus melakukan semuanya sendiri.
~~
~~
~~
„AAAAHHHH“ teriak Phuwin ketika Arthit mengagetkannya
„anjirr !! kaget gue !!! gue kira apaan njir!!“ pikirnya dalam hati
„takut?!!“ tanya Arthit mengejek
„gak lah“ Phuwin berusaha meninggalkan Arthit
„mau kemana lo ?! gue belom selesai ngomong!!“
„mau ngomong apaan?!“
„lo anak beasiswa ya ?!“ tanya Arhit
„emang kenapa?!“ jawab Phuwin dengan nada jengkel karena tidak mau meladeni keanehan Arthit
„orang tua lo kerjaan nya apa!?“ pertanyaan yang di lontarkan Arthit ini membuat Phuwin emosi
„maksud lo apaan!?“ Phuwin berusaha menahan amarahnya
„kenapa?!! Gue kan cuma pengen tau ! emang salah?!“
Phuwin berusaha meninggalkan Arthit untuk menghindari pertikaian
„jangan lari dong, njir!! Pukulan lo masih gue ingat !!“ Arthit menahan Phuwin
„kak, kalo emang lo masih marah, gue minta maaf. Bisa gak lo gak gangguin gue?!“ Phuwin berusaha melepaskan genggaman Arthit
„enak aja lo !! lo lupa ya ?! gue kan udah bilang gue akan bikin lo menyesal udah bikin gue malu didepan anak lain!!“ Arthit mendorong Phuwin hingga ia terjatuh
Phuwin hanya berdiri diam dan berusaha meninggalkan Arthit.
„lo gak mau respon ?! jangan sok jago deh lo!!“ kata Arthit
Phuwin masih hanya terdiam, tidak ingin meladeni Arthit
Sikap Phuwin ini membuat Arthit emosi dan berusaha memukul Phuwin.
Phuwin hanya menutup matanya menunggu pukulan Arthit, pikirnya jika dia menerima pukulan dari Arthit, Arthit akan meninggalkannya dan tidak mengganggunya lagi
~
„kak, dicari sama kak Zee“ Pond tiba tiba muncul dan menahan pukulan Arthit, suara Pond ini membuat Phuwin kaget dan membuka kedua matanya
„oh, sultan !! hhm, hmm. ganteng banget kamu padahal lumayan gelap disini“ kata Arthit sambil melirik kearah Phuwin, ia berusaha bertingkah seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
„kalo gitu kak Arthit balik duluan ya, kalian selesaikan permainannya baik-baik ya. Bye Phu“ Arthit menggenggam erat bahu Phuwin dan tersenyum ke arah Pond sebelum meninggalkan mereka berdua
~
~
„gue kira lo gak datang ?!“ Phuwin memulai percakapan
„gue ada kok dari tadi“ jawab Pond sambil menunjukkan lembaran treasure huntingnya
„ah . . . kalo gitu, lo udah mecahin code yang mana aja?!“ tanya Phuwin
„ehm . . . code yang gue udah dapet nunjukin kalo gue harus ke gedung teknik. Jadi gue duluan ya“ Pond segera berjalan meninggalkan Phuwin.
“kan harus bareng” pikir Phuwin dalam hatinya sambil melihat Pond yang berjalan menjauh
„aah !! bego banget lo, Phu!! Lo kan yang nyuruh dia buat jauhin lo!!“ Pikir Phuwin sambil menghela napas panjang dan kembali memandang kertas hint-nya
~
~
~
„sekarang kita udah di acara api unggun!! Kak Zee akan ngumumin siapa yang dapat harta karunnya. Dun dun dun dun dun . . .“ semua anggota ospek dan pengurus ospek, menghentakkan kaki mereka sambil menepuk-nepuk paha mereka.
„treasure pertama ditemukan oleh . . . . . . BEAM !! congrats ya dek Beam!!“ kata Zee
„dan yang ke dua . . . . . SULTAN !! alias Pond Naravit!!“ teriak Arthit sambil menarik Pond ke depan dan merangkulnya.
Mereka semua bertepuk tangan saat Beam dan Pond menerima harta karun mereka.
Acara dilanjutkan dengan pembakaran api unggun dan kembang api.
~
~
Waktu menunjukkan pukul setengah 2 pagi, semua anak mulai kelelahan. Untungnya besok adalah hari minggu, jadi semuanya bisa beristirahat dan tidur sepuas-puasnya.
~
„ya udah dek, kalian semua balik. Sisanya nanti kakak kakak yang bersihin“ kata Zee menutup acara dan menyuruh semua mahasiswa dan mahasiswi ospek untuk balik ke dorm dan ada yang balik ke rumah mereka.
~
~
Phuwin berjalan menuju dormnya, tiba tiba dia bersembunyi di belakang semak semak di samping gedung dormnya.
„kok gue ngerasa ada yang ngikutin ya!!“ pikirnya sambil melirik ke kiri dan kanan.
„perasaan gue aja deh. Kan si Tharn udah di tahan“ tambahnya sebelum keluar dari persembunyianya itu
Phuwin melanjutkan perjalanannya ke dorm, sesampainya di lift saat pintu lift mau tertutup tiba tiba ada yang berusaha menahan pintu lift untuk tetap terbuka.
„sorry, pintunya gue tahan, gue . . .“ Pond terengah-engah sambil membungkuk
„SULTAN!!“ teriak Phuwin dari dalam lift
„ngapain lo kesini?! Tanya Phuwin sambil menekan nomor lantai kamarnya
„eeeh.. gue . ..“ Pond mengangkat kepalanya dan kaget melihat Phuwin di dalam lift, dia pun masuk ke dalam lift bersama Phuwin. Phuwi hanya menatap Pond masih mengatur pernapasannya jadi belum juga sempat menjawab pertanyaan Phuwin, mereka sudah tiba di lantai empat.
Phuwin pun segera keluar diikuti oleh Pond
„sultan ?! lo kenapa“ Phuwin berhenti dan berbalik, lalu bertanya ke Pond dengan tatapan aneh karena Pond masih berdiri di depannya
„lo mau nginap di gue?!“ tambahnya lalu berbalik lagi sambil membuka pintu kamarnya
Pertanyaannya belum juga dijawab Pond, Phuwin mendengar suara pintu yang baru saja dibuka, dia pun segera berbalik.
„lo juga tinggal di dorm?!“ tanya Phuwin kaget melihat Pond yang membuka pintu kamar tepat didepan kamar Phuwin
„iya dari dua hari yang lalu“ jawab Pond tanpa berbalik melihat Phuwin
„tenang aja, gue gak bakalan gangguin lo kok. Kalo gitu selamat malam“ tambahnya sambil tersenyum ke arah Phuwin sebelum menutup pintu kamarnya
Phuwin speechless. Entah kenapa kata kata Pond itu membuat Phuwin merasa aneh
„kok gak enak dengarnya?!“ pikir Phuwin sambil meletakkan tangannya didada-nya.
~
~
„oh, selamat pagi, win. I meant selamat pagi Phuwin“ Pond dan Phuwin sama sama kaget saat mereka berdua membuka pintu kamar mereka secara bersamaan.
„hari pertama ngampus“ tambah Pond dengan senyuman canggung
„ya“ Phuwin hanya menjawab singkat dan segera menuju ke lift
~
„my brotherrrrr!!“ Neo ternyata yang juga ada di dalam lift segera memeluk Phuwin.
„sultan?! Lo juga anak dorm!!??” kagetnya
„iya“ jawab Pond
„eitss, seru dong!! Kita bertiga satu dorm. Beda lantai emang gue di lantai atas. Kapan kapan main ke kamar gue, tan!!“ kata Neo sambil merangkul bahu Pond.
dalam lift Phuwin hanya terdiam mendengar cerita Neo yang keluar dari mulutnya seperti bullet train itu.
“Neo, pagi pagi lo udah semangat banget. tumben” kata Phuwin sambil menutup telinganya.
“hari pertama aja, cuk. iyalah gue semangat. gak sabar liat teman sekelas gue” Jawab Neo semangat.
Setelah keluar dari gedung dorm mereka, mereka berjalan menuju gedung jurusan masing masing.
Phuwin segaja berjalan lebih cepat biar dia tidak datang bersamaan dengan Pond.
Pond yang sadar akan hal itu segera memperlambat langkahnya
~
Hari pertama berjalan dengan sangat lancar, Pond dan Phuwin duduk terpisah.
seperti biasanya Pond akan selalu menarik perhatian tidak hanya dari teman sesama mahasiswanya atau kakak tingkat tetapi juga dari para dosen dan semua itu karena status keluarganya.
Setelah semua pelajaran mata kuliah pada hari itu selesai, mereka berdua meninggalkan ruangan dan berjalan kembali ke dorm mereka. Pond keluar duluan diikuti Phuwin
Jarak mereka tidak terlalu jauh. Dari belakang Phuwin memperhatikan Pond, kelakuan Pond ini membuat Phuwin merasa bersalah akan kata kata yang sudah dia keluarkan di cafe, sayangnya hatinya masih keras. Dia tidak mau berhubungan dengan orang kaya sama sekali.
~
„pond, makasih“ Phuwin berkata dari belakang
„buat?“ Pond menoleh ke arahnya
„gue belum ngucapin terima kasih buat kejadian di cafe“ jelas Phuwin
„lo udah bilang kok“ Pond tersenyum ke arah Phuwin
“ahh, gitu ya. berarti gue lupa” Phuwin menggaruk kepalanya, canggung
“hhmm” balas Pond sebelum berbalik dan kembali berjalan
~
„Lo dapet ini dari mana???“ Phuwin menarik gantungan handmade yang terlihat seperti woody dari toy story
„ini gift, dari teman gue“ jawab Pond
„aah… sorry,“ Phuwin kemudian melepaskan genggamannya.
Tanpa mereka berdua sadari, mereka sekarang jalan berdampingan ke dorm mereka, walaupun masih dalam keadaan diam dan canggung mereka sama sama masuk ke dalam lift dan jalan menuju kamar mereka.
Mereka hanya tersenyum kemudian masuk ke dalam kamar mereka masing masing.
~
~
Phuwin segera mengacak-acak semua barang dan box simpanannya yang dia bawa dari rumahnya ke dorm.
„dimana ya?!“ kata Phuwin sambil terus mencari
Phuwin mendapat box kecil di dalam keranjang yang dia taruh diatas lemarinya, lalu dia membuka box itu dan mendapati gantungan yang sama dengan yang dimiliki Pond.
„tuh kan sama!! pemberian dari teman?? Kok dia bisa punya gantungan yang sama yang dibuat papa?!“ Phuwin bingung sambil menatap gantungan woody tersebut.
„Pond Naravit?? Who are you??“
~
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan X
***
„gila lo ya, sultan. Lo kan orang kaya, ngapain lo jadi part timer disini?!“ kata Phuwin sambil berbisik yang tidak dihiraukan sama sekali oleh Pond.
Mendengar teriakan Phuwin, Singto segera menyusul ke depan untuk melihat apa yang terjadi.
„loh, udah saling kenal kalian berdua?!“ tanya Singto sambil menunjuk Pond dan Phuwin
„iya phi, kita satu jurusan !!“ jawab Pond yang segera dibalas dengan tatapan tajam oleh Phuwin
„wah, seru dong. Terus Pond tinggalnya dimana ?!“
„dia ini–“ Phuwin berusaha menyela pembicaraan yang sayangnya mulut dia langsung ditutup oleh tangannya Pond.
„waduh, kayaknya kalian udah dekat banget. Sampe mau rahasiaan ke Phi. Ya udah Phi balik lagi ke belakang. Tapi phi kirain kenapa Phuwin berteriak. Ternyata….“ ujar Singto tertawa sambil meninggalkan mereka berdua
~~
„lo gila !!! ngapain lo disini ?!! ngikutin gue???“ Tanya Phuwin sambil berbalik menghadap Pond
„gak lah, gue suka tempat ini !! Phi Joss sering singgah disini!!“ jawab Pond ngeles
„trus lo pikir gue percaya?!“
„ya terserah lo, mau percaya apa gak!“
„Pond, serius gue nanya ke lo !! lo ada masalah apa dengan gue?!“
„gak ada apa apa, beneran Phuwin!!“
„gue serius Pond, lo bikin gue jengkel deh!! Gue berterima kasih banget sama lo buat yang kemarin malam!! Tapi kalo kayak gini, gue gak suka!!“
„Phuwin, gue gak ada niatan buat gangguin lo, serius! Gue Cuma mau jadi teman lo!!“ Pond mengatakan hal ini sambil menaruh tangannya di atas bahu Phuwin
„lo ngapain mau jadi teman gue!! ada banyak anak di kampus!! Kenapa gak berteman dengan mereka aja!!“
„Phuwin, segitu bencinya ya, lo sama gue?! emang kenapa kalo orang tua gue kaya?! Gue gak memilih lahir di keluarga mana, win“ Tanya Pond sambil menatap kedua mata Phuwin.
Phuwin tidak bisa menjawab pertanyaan dan hanya menghempaskan kedua tangan Pond dari bahunya.
„buka jendela yang di belakang lo“ Phuwin tiba tiba mengalihkan topik pembicaraan dan berjalan menjauhi Pond.
Pond hanya bisa menatap Phuwin dari belakang, sikap Phuwin yang selalu mengalihkan topik pembicaraan membuat Pond semakin penasaran, apa yang terjadi hingga akhirnya membuat Phuwin tidak mau berurusan dengan orang kaya.
~~
„emang dia di bully teman sekolahnya yang orang kaya, sampe bisa sebenci ini?! Pikir Pond dalam hati
Melihat Pond yang tenggelam dalam pikirannya dan tidak melanjutkan tugasnya membuat Phuwin segera memarahinya
„lo kalo emang mo kerja disini, serius !! kalo mau ngelamun aja, mending lo balik!!!“ Phuwin berkata dengan nada dingin, dia juga tidak memandang Pond sama sekali
Sikapnya ini membuat Pond merasa Phuwin terlihat sangat berbeda, kali ini memang Phuwin kelihatan kalau marahnya memang serius.
„sumpah win, kalo emang lo trauma, gue bakal bantu lo buat ngobatin trauma lo ini!!“ Pond berkata dalam hati sambil menatap Phuwin dengan wajah sedih dari belakang.
“gua bakal balas orang orang yang nge-bully lo!!” tambahnya
~~
~~
Tidak terasa hari berjalan dengan cepat dan waktu menunjukkan hampir pukul 2 siang tanda akan shift paginya sudah mau selesai.
Ingat akan janji Neo yang akan menjemputnya Phuwin segera meminta ijin ke ruang ganti untuk bersiap-siap pulang lebih awal.
Melihat Phuwin, Pond pun juga melakukan hal yang sama.
„lah, lo ngapain?!“ tanya Phuwin kaget
„balik juga“
„sultan hari ini hari pertama lo, dan lo udah mau balik?!“ tanya Phuwin sambil tertawa.
„ini pertama kalinya dalam hidup lo, lo kerja part time ya ??!!“ tambahnya
„gak juga, kan emang Phi Singto bilang hari ini baliknya bisa lebih awal karna ospek“ balas Pond. Melihat Phuwin yang sudah tersenyum lagi membuat Pond merasa lega karena Phuwin marahnya tidak kelamaan.
„baliknya hati hatinya, satu kali juga hati hati dan selamat bersenang-senang di ospek terakhir kalian“ ujar Singto dari pintu ruang ganti
„siap phi“ kata Phuwin dan Pond bersamaan.
~~
„sultan, gue duluan ya“ kata Phuwin sambil menutup lockernya
„gak mau sama sama baliknya?!“ Pond segera menggenggam tangan Phuwin
„gak, gue sama Neo“
„ya udah kalo gitu, hati hati“ ujae Pond sambil melepaskan genggamannya
„iya!“ Phuwin membalas dengan senyuman dan segera meninggalkan ruang ganti.
“yes !! udah gak marah dia!!” ungkap Pond dalam hatinya sambil tersenyum
~~
„satu langkah lebih dekat“ kata Pond sebelum menutup lockernya juga, kemudian selang beberapa menit dia juga keluar dari ruang ganti baju. Langkahnya terhenti melihat Phuwin yang ternyata masih berdiri di depan pintu keluar, pintu keluar untuk pekerja yang langsung menuju ke bagian belakang cafe.
„Phuwin??“ Pond memanggil Phuwin tapi Phuwin tidak merespon sama sekai,
„apa jangan jangan dia berubah pikiran mau pulang bareng“ Pikir Pond senang
„Phuwin?!“ panggil Pond lagi sambil menepuk bahu Phuwin yang sontak membuat Phuwin terkejut.
„Pond“ suara Phuwin terdengar lemas
„huh ?? lo gak papa?!“
„hmm hmm“ Phuwin hanya bergumam-
Melihat tingkah Phuwin yang aneh segera menyadarkan Pond kalau ada sesuatu yang tidak beres. Pond segera membuka pintu belakang untuk melihat apa yang ada diluar yang membuat Phuwin seperti ini. Phuwin berusaha menghentikan Pond dengan menggenggam tangannya, sayangnya Pond tidak menggubris Phuwin sama sekali dan segera keluar.
„PAAAK“ Pond menonjok orang yang berdiri tepat didepan pintu, siapa lagi kalau bukan Tharn si stalker.
“jadi lo yang gangguin dia!!” kata Pond sebelum memukul Tharn, Tharn berusaha memukul balik, sayangnya meleset karena Pond dari kecil sudah belajar beberapa bela diri jadi dalam urusan berkelahi sudah pasti Pond yang menang.
„udah Pond, stop!!“ Phuwin berusaha menarik Pond dari atas Tharn untuk memisahkan mereka berdua.
„gak, jadi ini dia yang ngejar lo!! Anjing !!“ tanya Pond yang berusaha mengatur napasnya
„huh???“ Phuwin tidak bisa berkata apa-apa karena kaget dengan pertanyaan dari Pond.
“lo tau dari mana?!” tanya Phuwin balik
„gue tau, malam itu lo lagi dikejar, makanya lo keliatan aneh malam itu, cuma gue gak mau nanya apa apa. Karna gue maunya lo yang cerita!!“ Pond masih tetap mengatur napasnya sambil melihat ke arah Tharn yang hampir tidak sadarkan diri, tergeletak di depan mereka berdua
„gue gak papa Pond!!“ Phuwin berkata demikian sambil menatap Pond
„kalau dia mati, gimana?!“ tambahnya gelisah melilhat Tharn yang tergelak didepan mereka
Pond tiba tiba memeluk erat Phuwin
„lo bilang gak papa, tapi lo ga sadar, kalo badan lo itu lagi gemeteran sekarang, win!! Ist ok not to be ok, win!! Ada gue disini!!“ Pond hanya memeluk erat Phuwin yang tiba tiba saja air matanya keluar tanpa ia sadari
„gak papa nangis, win! Ada gue disini“ tambah Pond sambil mengelus-elus kepala Phuwin.
~~
~~
„mau kita apain, Pond ?“ Tanya Joss yang sontak membuat Phuwin kaget dan segera melepaskan pelukan Pond dari dirinya, dan kembali masuk ke dalam Cafe
„kita laporin aja ke polisi Phi Joss“ balas Pond sambil mengikuti Phuwin yang balik ke dalam ruang cafe untuk mengambil tas-nya, meninggalkan Joss di luar.
~~
„win, kamu gak papa??“ Tanya Pond kuatir
„lu udah terlalu tau banyak tentang gue!! sebaiknya lo jauhin gue!!“ balas Phuwin sambil berusaha menghindari tatapan Pond
„emang kenapa win, gue seriusan bingung banget sama sikap lo?! Gue beneran kuatir disini!!“
„bisa gak lo jauhin gue?!“
„gak, gue gak mau! lo kenapa sih?!“
„kalo gitu gue yang akan menjauh“ balasan Phuwin ini betul betul membuat Pond tidak bisa berkata apa apa, Pond sangat bingung dengan kelakuan Phuwin, kenapa dia menolak Pond yang ingin berteman dengannya dan tidak bermaksud menyakitinya
~
„PHUWIN !!!“ terdengar suara teriakan Neo dari luar yang baru saja tiba untuk menjemput Phuwin.
„Phuwin, lo gak papa?!“ Neo segera memeluk Phuwin
„gue mau balik“ balas Phuwin
„ayok, sini tas lo gue pegang!“ balas Neo.
Pond hanya bisa menatap mereka berdua saat mereka meninggalkan ruangan.
~
„Phi udah nelpon polisi, bentar lagi mereka datang, untung aja dia pingsan jadi gak perlu diapa apain“ Kata Joss, melihat Pond keluar dari ruangan dengan wajah sedih, Joss segera memeluk Pond.
„kenapa phi ?!!“ Pond akhirnya mencurahkan air matanya, sedih mengingat perkataan Phuwin tadi.
„gak papa, Pond. Tiap orang beda beda, ada yang cepat terbuka dengan orang baru ada yang lebih tertutup. Phuwin bukan tipe yang cepat berteman dengan orang baru“ ujar Joss mempererat pelukannya
„tapi kenapa dia benci banget sama orang kaya??!!“
„semua pasti ada alasannya, pasti akan tiba waktunya dimana Phuwin bisa membuka hatinya buat kamu“
„tapi—“
„ssstt, sekarang fokusnya ke kondisi Phuwin dulu, dia keliatan kaget bisa saja panic attack. Mudah mudahan temannya bisa membantu Phuwin sekarang“
„aku harap Phuwin bisa ingat aku lagi, Phi“ ungkap Pond sambil terisak.
„pasti ! semua tinggal menunggu waktu. Kamu harus sabar. Kan kamu gak tau apa yang dialami Phuwin selama kamu di study di Amerika“
„gak papa dia gak mau berteman sama aku, tapi aku harap dia gak lupa sama aku, Phi“
„hhm, hhm, Phi ngerti“ balas Joss sambil mengusap kepala Pond
~~
~~
„win, kalo lo mau istirahat, biar entar gue bilangin ke kakak tingkat lo kalo lo lagi gak enak badan!!“ Ujar Neo sambil meletakkan tas Phuwin di atas meja.
„gak papa Neo, gue tadi cuma kaget doang, udah mendingan sekarang!“
„win, jangan bohong deh, lo gak pernah nangis di depan orang lain! Jangan sok sok kuat!!“
„gue gak sok sok kuat, emang udah mendingan!!“
„win!! Jujur!! Gue ini temen lo, bukan! Gue udah nganggep lo kayak sodara gue!!“ kata Neo sambil memegang kedua bahu Phuwin
„serius, gue gak papa, gue malah senang karna si jijik itu babak belur sama Pond“ balas Phuwin sambil tersenyum.
„lo, bener bener ya!! Gue jengkel banget sama lo!!“
„apan sih, ya udah gue mau siap siap. Mandi, makan, istirahat bentar terus ke kampus buat ospek terakhir!“
„lo !!!!!“ Neo hanya mencupit pipi Phuwin
„aaah, sakit tau !! sana gih, gue mau mandi!!“ Phuwin mendorong Neo ke arah pintu
„gue nanti balik lagi buat nganter lo ke kampus!!“
„yaelah, emang lo kira gue buta jalan!!“
„gak!! Gue balik buat nganter lo!!“ kata Neo, belum sempat menutup pintu kamar rapat rapat, Neo kaget dengan sosok Pond yang terlihat di depannya
„eh, sultan?! Lo gak balik“ ujar Neo
„gue . . .“ jawab Pond ragu untuk melanjutkan kalimatnya
„auuh, win! Ada Pond disini“ kata Neo sambil membuka kembali pintu kamar Phuwin.
Pond dapat melihat Phuwin di dalam kamarnya yang berdiri di dekat pintu begitu pun sebaliknya Phuwin dapat melihat Pond. Mereka saling bertatapan canggung, bingung mau berkata apa.
„gue balik duluan ke kamar gue mau siap siap juga“ Neo menepuk pundak Pond sebelum meninggalkan mereka berdua
„hai“ sapa Pond ke Phuwin dengan nada kecil sambil tersenyum sedih melihat Phuwin di dalam kamar.
„hai“ balas Phuwin canggung, mengingat dia baru saja memeluk Pond sambil menangis dan menyuruh Pond untuk menjauhinya.
„lo mau masuk?!“ tanya Phuwin sambil berjalan dan membuka pintunya lebih lebar.
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan IX
***
~~
„eehm. Pertama, gue udah mandi“ jawab Pond sambil tersenyum
„gak, gue kira tadi lo itu Neo. Ngapain?!“ tanya Phuwin ulang
„ini“ balas Pond sambil mengangkat kantong isi makanan
„gue kan udah bilang gue udah makan!!“
„iya tauu, tapi gue belum makan!“
„trus ngapain lo ke dorm gue kalo lo belum makan??“
„aaahhhmm, gue lupa jaket gue kemarin“
„tong, sebentar sore kan lo ke kampus juga, bisa gue balikin pas treasure hunting sebentar!!“
„itu jaket kesayangan gue“
„ngeles aja lo!! Ya udah MASUK!!“
„tengkyuuuuuu“ Pond memasuki kamar Phuwin dengan menunjukan senyuman yang lebar ke arah Phuwin
„aah, ini anak paling aneh sedunia!!“ pikir Phuwin dalam hatinya sambil menggelengkan kepalanya
~~
~~
„ayam goreng, beef curry, telur dadar, nasi, kue ada, terus . . . hhm“ Kata Pond sambil mengeluarkan semua isian dari dalam kantong
„ehh, lo ngapain bawa makanan sebanyak ini ke kamar gue!!“
„biar makannya bareng“
„tapi gue udah makan, sultan!!“
„ya udah, sisanya simpan aja!“ balas Pond santai,
sebenarnya tadi malam pas Phuwin membuka kulkasnya dia, Pond sempat melihat kalau kulkas Phuwin itu kosong. Di rak juga hanya ada cereal. Melihat hal itu yang membuat Pond yakin kalau Phuwin sebenarnya belum makan tapi tidak mau mengakuinya.
„yaelah, lo kan–!!“ Phuwin tiba tiba terdiam sebelum menyelesaikan kalimatnya,
„njir, kenapa perut gue pake acara bunyi segala!!, si sultan denger gak ya??!“ pikir Phuwin dalam hati sambil mengerutkan wajahnya sambil melihat Pond dari belakang yang sibuk mengeluarkan isian kantong tadi.
„gue yakin, pasti lo mikir gue dengar apa gak!! Tenang aja win, gue gak bakalan ngelakuan hal yang buat lo malu“ ungkap Pond dalam hati.
Ternyata Pond mendengar suara perut Phuwin, tapi memilih untuk tidak bereaksi sama sekali karena tahu Phuwin pasti akan merasa malu.
„piring sama sendoknya??“ Tanya Pond tiba tiba melihat balik ke arah Phuwin di belakangnya yang membuat Phuwin kaget
„wuuh, dia gak dengar ternyata“ kata Phuwin dalam hati, lega, sebelum menyerahkan sendok dan piring ke Pond
„satu lagi dong!! Masa gue makannya sendirian!!“ Ujar Pond yang hanya menerima satu piring dan sendok dari Phuwin
„woi, gue tinggal sendiri, ya iyalah, gue hanya punya satu piring, satu sendok dan satu gelas!!“
„eehh, trus gimana dong!! Ya udah, lo duluan makannya, gue mau ke warung bawah“ kata Pond
„ngapain?!“
„beli kerupuk, gue lupa beli kerupuk!“
„gak papa kale!!“
„gak mau, gue makannya harus dengan kerupuk!“
„manja amat lu, jing!!“
„sisahin gue ya“ ujar Pond sebelum menutup pintu kamar Phuwin. „makan yang banyak“ tambahnya dalam hati sebelum berjalan menjauhi pintu kamar Phuwin.
~~
~~
Pond duduk di kursi depan rumahnya sambil menatap hp-nya yang dia taruh diatas meja
„akhirnya!“ Pond melirik hp-nya yang bergetar, ternyata sesuai perkiraan, Phuwin yang mengirim pesan ke dia.
„hhm, balas aja gue ada urusan mendadak. Sorry win !!“ Kata Pond sebelum menekan tombol kirim.
„oke !!” katanya sambil tersenyum
~~
„kampret ni anak, makanannya gue apain !!?“ kata Phuwin sambil menggaruk garuk kepalanya, „ya udah di simpan aja di kulkas“ tambahnya
Phuwin mengisi semua makanan ke dalam kulkas kosongnya. Melihat kulkasnya yang kosong membuat Phuwin tersadar dan tertawa
„hahaha, se kosong inikah kulkas gue!!“ ujarnya sambil menggeleng-geleng kepala sebelum menutup pintu kulkas.
~~
Phuwin baru saja mau siap siap untuk pergi ke cafe tiba tiba Neo mengetuk pintu kamarnya lagi.
„WOY, GUE MINTA PARFUN LO DONG !!“ teriak Neo dari luar
„nihh“ Phuwin membuka pintu dan memberikan parfumnya ke Neo. „Mau kemana lo?! Kok rapih ?!“ Phuwin terkejut melihat Neo yang sudah rapih di pagi hari tidak seperti biasanya
„gue mau ambil buku pesanan di toko buku “ Jawab Neo sambil mengembalikan parfum milik Phuwin
„ngapain make parfum coba ?!!“
„biasalah, yang jaga cantik !!!“
„emang gatal lo yah !! tapi enak banget udah selesai ospek jurusan lo!!“„iya dong !! jurusan lo yang terlalu rajin sampe hari ini masih ada acara!!“
„iya dong !! jurusan lo yang terlalu rajin sampe hari ini masih ada acara!!“
„gak sekalian ?! lo mau ke cafe kan ?“ Tambah Neo
„ya udah, bentar gue ambil tas gue“
Mereka berdua meninggalkan kamar Phuwin.
Neo mengantar Phuwin boncengan dengan motor ke cafe.
~~
Sesampainya di pintu samping, pintu masuk untuk pekerja
„baliknya jam berapa ?! gue palingan abis dari toko buku terus balik ke dorm“ tanya Neo ke Phuwin yang hendak turun dari motornya
„gak papa, masih terang juga, gue balik paling jam 2 ato jam 3“ balas Phuwin
„jam 2 gue balik lagi ke sini“
„gak papa, Neo!! Harga bensin mahal !!“
„siapa bilang gue jemput pake motor !! JALAN KAKI !!“ teriak Neo sambil tertawa
„anjirr, ya udah sana, ke toko bukunya“
„ya udah, gue cabut“
Setelah melambaikan tangannya ke arah Neo yang sudah tak terlihat lagi, Phuwin segera masuk ke dalam Cafe lewat pintu samping
~~
„selamat pagi Phi Sing“ sapa Phuwin melihat Singto yang sedang di dapur menyiapkan alat alat cafe
„selamat pagi, win. Kamu gak baca pesan phi?!“ balas Singto
„huh, pesan apaan emang ?“
„Phi ngirim pesan bilang kamu gak usah datang pagi ini kan entar sore masih ospek, nanti kecapean gimana!“
„gak papa Phi, dari pada nganggur di kamar. Lagian, nanti siapa yang bantuin Phi ?! kan cuma aku doang yang kerja bareng Phi“
„nah itu dia, die pesannya juga Phi bilang udah ada anak baru. Dia lagi di depan. Kamu bantuin dia siap siap di depan sebelum buka cafenya“
„baik Phi, emang anak kampus juga“
„dia bilangnya si gitu. Coba tanya aja, Phi belum tanya lebih detail“
„ya udah phi, aku ke depan dulu“
~~
Melihat anak baru yang duduk di salah satu kursi cafe, membuat Phuwin tersenyum dan bersemangat untuk berkenalan dengannya.
„hay, kamu yang anak baru ya. Kenalin aku Phuwin“ Phuwin menyapa anak baru itu dari belakang, yang sontak juga membuat anak baru itu segera berbalik.
„SULTANNN !!!!“ teriak Phuwin terkejut, ternyata anak baru yang sedang berdiri di depan Phuwin dan menampilkan senyum menawanya itu adalah Pond Naravit.
„kerjalah, emang mau ngapain lagi!!“ balas Pond santai
„eeh??!!“ Phuwin benar benar hanya mampu memasang waja bingung yang sontak membuat Pond tertawa melihatnya
„gila lo ya, sultan. Lo kan orang kaya, ngapain lo jadi part timer disini?!“ kata Phuwin sambil berbisik yang tidak dihiraukan sama sekali oleh Pond
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan VIII
***
~~~
„gue tau lo udah bangun anjing, BUKA PINTUNYA!!!“ teriak Neo dari luar
„iya sabar, gue baru aja selesai mandi, kampret !!“
„lama amat, jing“ kata Neo yang segera masuk ke kamar Phuwin
„apaan ?!“ tanya Phuwin santai, Neo tanpa berkata apa apa segera memeluk erat Phuwin saat itu
„lo gak papa?!, seriusan !! kemarin malam karna acara penutupan ospek jurusan gue, gue minum sampe gak sadar kalo lo lagi nelpon gue!! beneran sorry banget!! Lo gak papa kan ?!! gak diapa apain ?!!“ Neo dengan paniknya melontarkan semua kata kata ini
„gak papa, kemarin pas kebetulan ada si Pond. Udah lepasin. Gue baru mandi njir. Lo bau minuman“
„gimana caranya Pond bisa tahu lo dimana?!“ tanya Neo sambil melepaskan pelukannya
„gue yang nelpon dia“
„eh, bagaimana ceritanya lo nelpon Pond?!“
„gue udah ngasih nomor gue ke dia“
„ahh, tapi serius lo gak papa?!“
„iyaaah!!! Udah di bilangin!!“
„trus gimana sekarang ?!“
„gimana apanya. yam, gak usah dibahas lagi, Neo. Baru juga jam 9 pagi. Gue males ngomongin si jijik itu!“
„iya maaf. Sumpah gue bener bener minta maaf!! Kemarin malam gue udah ngetok pintu lo, Cuma kayaknya lo udah tidur makanya gue balik ke kamar gue“ kata Neo
„aah, jadi yang kemarin malam itu elu !! gue kira Pond!!“ balas Phuwin sambil tersenyum
„ngapain juga dia balik lagi njirr!! Gue toki pintu lo untung aja gak ada yang keluar marahin gue“ ujar Neo sambil mendorong Phuwin
Phuwin hanya bisa tertawa
„ya udah, gue balik dulu kekamar gue. belum mandi cuk!!“ ungkap Neo sambil mencium bau badanya sendiri
„ya udah, keluar sana !! entar kamar gue ikutan bau lagi“
„njirr!! Kamar lo kayak yang paling harum aja!!
„harum lah, apa gunanya itu miskaa!!“ balas Phuwin sambil menunjuk ke arah pengharum ruangannya
„iya iya iya, gue yang bau!!“ kata Neo sambil mendorong kepala Phuwin sebelum meinggalkan kamarnya
~ ~
Phuwin menghela napas panjang setelah Neo menutup pintu. Ternyata rasa gugup dan takut itu belum juga hilang sejak kemarin malam. Tapi seperti biasanya Phuwin berusaha untuk tidak memperlihatkannya ke Neo
takut akan panic attack nya muncul, Phuwin segera mengambil hp-nya untuk membaca pesan mengalihkan pikirannya.
Membaca pesan pesan yang dikirim Pond ternyata dapat mengalihkan pikiran Phuwin.
„kok gue jadi tenang kalo baca pesan dia, dari malam loh. anjur juga ternyata kalo baca pesan dari orang nyebelin“ Kata Phuwin dalam hati sambil tersenyum.
„apa gue balas aja ya ?! tapi balas apaan dong“ pikir Phuwin
Karena tidak tahu apa yang harus diketik, Phuwin hanya mengirim kata „iya“ untuk membalas semua pesan Pond dari kemarin.
„yah, bisa dibatalin gak?!! Males banget, entar dia balas yang gak gak!!“ Tambah Phuwin
Belum juga mengecek apakah bisa pesannya bisa dihapus, Pond sudah membalas pesan dari Phuwin.
„njirrr, kayaknya baru 5 detik yang lalu deh, gue kirim!!“ ujar Phuwin sebelum membaca pesan balasan dari Pond.
~ ~
Pond baru saja sarapan pagi, dan balik ke kamarnya untuk mengambil hp-nya, tiba tiba hp-nya bergetar, tanda kalau ada pesan masuk.
„njirrr, kaget gue !! gak nyangka diibales!!“ teriak Pond dari dalam kamar, ternyata Phuwin yang membalas pesannya
„balas IYA aja gue udah senang kok, win“ kata Pond sambil tersenyum melihat balasan dari Phuwin.
„ya ampun !! goblok banget lo, Pond !! ngapain bilang sampai ketemu sore nanti !! kan itu tandanya lo ngeakhiri percakapan!! Bego!!“ Pond gelisah karena pesan yang baru saja dia kirim ke Phuwin!!
„apa ya ! apa ya ! njirr, Phuwin !! jangan bikin gue gugup dong !!“ kata Pond sambil bolak balik di dalam kamarnya.
„aduh !! tanya apaan !!!“ tambahnya sambil mengacak -acak rambutnya sendiri
„ah, nanya ini aja. Biarlah… pertanyaan aneh, tapi yang penting gak stop sampe disini“ Pond menghela napas sebelum mengirim lagi pesan ke Phuwin.
„aaaaaccchk!! Padahal sebentar sore juga ketemu !! tapi gue udah pengen banget liat mukanya dia!! Pond semakin gelisah di dalam kamarnya, rasa rindu, kekuatiran dan rasa penasaran dengan keadaan Phuwin pagi ini karena kejadian kemarin malam membuat Pond tidak sabar untuk bertemu lagi dengan Phuwin
„bodoh amat, yang penting gue tau keadaan dia gimana sekarang“ Kata Pond sebelum mengambil helm-nya dari atas meja.
~ ~
„dingin amat“ pesan terakhir yang dikirim Pond, sayangnya Phuwin tidak membalasnya lagi. yang membuat Pond memberanikan diri untuk menanyakan apakah Phuwin sudah makan atau belum, agar dia ada alasan untuk ketemu Phuwin sekarang
„maaf, win !! tapi gue pengen liat lo sekarang!!“ kata Pond tanpa memperdulikan balasan Phuwin, Pond segera mengisi bekal makanan dari atas meja makan.
„bucin amat, Pond !! masih pagi juga!!“ Joss yang tiba tiba berbisik ditelinga Pond
„phi Joss, kaget tauu !!“
„lagian, serius amat!! Kan entar sore juga ketemu!!
„tapi Pond pinginya sekarang“ balas Pond sambil mengedipkan mata sebelum meninggalkan Joss di ruang makan
„hati hati, jangan ngebut!!“ teriak Joss dari belakang
„siap phi!!“ balas Pond
***
***
„apaan njirr !! gak dibales!! Ngambekan nih anak!!“ Kata Phuwin melihat pesanya yang tidak dibalas Pond
„ya elah, mau gue kacangin tapi gak enak karna kemarin dia udah nolongin gue!! kampret betul ni anak sultan!! Tambah Phuwin sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan gelisah.
Phuwin hanya bisa menghela napas panjang melihat kemanjaan Pond yang ngambekan, karena Pond orang satu satunya yang bertingkah seperti ini, bahkan Neo pun tidak bertingkah seperti ini (*kecuali ada maunya)
~ ~
tiba tiba suara ketukan pintu terdengar, ada yang mengetuk pintu kamar Phuwin
„yaelah !! Neo, ngapain lagi!? Katanya mo mandi!! satu belum selesai yang satu lagi muncul!!“ ujar Phuwin pusing memikirkan Neo dan Pond yang sama sama heboh sambil berjalan kearah pintu kamarnya untuk dibukakan
„gue kira lo man–di!“ Phuwin melebarkan matanya kaget ternyata bukan Neo yang dilihatnya melainkan Pond yang berdiri di depan pintu kamarnya
„ngapain lo ?! kan acaranya sore?!“ tanya Phuwin kaget melihat Pond yang berdiri didepanynya sambil tersenyum.
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan VII
***
Pond berdiri di depan pintu masuk dorm sambil senyam senyum mengingat apa yang baru saja dia dan Phuwin lakukan di dalam kamar (bukan yang itu >////<)
~ 5 menit yang lalu ~
„aaaah, aaah… gak gitu juga kale !! kasar amat bang!!“ teriak Pond kesakitan saat Phuwin menindih memarnya
„ya maaf, ini kan gak di tekan tekan amat juga“ balas Phuwin sambil memaktrekan tindihan kompres ke tangannya sendiri
„ya emang gak sakit di elu, gue kan yang memar memar disini!!“ balas Pond sambil menunjuk-nunju wajahnya
„gak MEMAR-MEMAR juga kale, satu aja memarnya“
„biarin, kan sakit!!“ ujar Pond manja sambil membuat duck face
„entar bibir lo gue gunting !! stop di monyongin !!!“
„ttccckk“ balas Pond kesal
Mereka berdua terdiam sebentar dan Phuwin menghela napas panjang
„sakit banget ya?!“ tanya Phuwin dengan nada sedih sambil menatap Pond
„gak, gue becanda doang. Memar iya, tapi sakit gak. Gak terlalu sakit“ jawab Pond sambil perlahan menekan memarnya sendiri
„maaf ya, Pond“ nada permintaan maaf yang betul betul terdengar tulus ini membuat Pond tersenyum dan menaruh tangannya di atas kepala Phuwin
„udah, berhenti maaf maafnya !!“ ungkap Pond sambil tersenyum yang membuat Phuwin juga ikut tersenyum.
„kapan saja lo butuh apa apa, gue siap 24 jam, gue bakal datang dalam sedetik“ tambah Pond.
“kecepetan itu !! emang lo clark kent !! superman?!” ujar Phuwin tertawa
“kalo gitu semenit, semenit gue bakal datang”
Phuwin hanya menatap aneh Pond dan berusaha menahan tawanya
“iya deh, iya. . . se-beberapa menit” jawab Pond sinis
„lo lebay amat deh, pake istilah 24 jam, dalam semenit,, sdetik. udah kayak call center aja“ balas Phuwin
„mau sampe kapan tangan lo dikepala gue?!! tanya Phuwin sambil mengganggukan kepalanya
„Sorry sorry, makanya mukanya jangan diimut imutin, gemes tau“ ucap Pond sebelum mengacak-acak rambut Phuwin
„njirrr, lo !!!! RAMBUT GUE !!!“ teriak Phuwin
„udah, lo sekarang balik ke rumah lo, udah tengah malam ini“ Phuwin berdiri dari kursi dan memberikan Pond helmnya.
„iya iya, gue balik. Tapi ingat ya. Kapan aja lo butuh, gue siap!“
„iya, bawel !!“ kata Phuwin sebelum menutup pintu kamarnya
~ ~ ~
Ingatan Pond ini membuat dia tersenyum sebelum akhirnya sadar kalau dia lupa mengambil jaketnya yang dia gantung di sandaran kursi.
„mau balik lagi ke kamar dia, tapi udah larut banget. Biar aja jadi alasan buat ke dia lagi“ kata Pond dalam hati sebelum dikagetkan oleh teriakan Neo
„SUL . . . TANNN !!!“ teriak Neo
„oh my god, Neo. Lo mabuk ?! bau banget njirr“ kata Pond sambil menutup hidungnya
„biasalah lah.. hari terakhir ospek!!“
„lah bukanya besok?!!“
„gak, jurusan gue malam ini terakhir. Makanya gue minum kan besok gak harus bangun pagi!!!“ balas Neo sambil cengar cengir berusaha berdiri tegak
„btw, lo ngapain disini malem-malem ?!“ tambah Neo
„ah, gue barusan nganterin Phuwin balik“
„lah, ngapain ?! emang dia dari mana?!“
„dari taman frie-“ belum juga selesai dengan kata katanya Pond sudah dipotong dengan teriakan Neo yang ke dua kalinya
„MUKA LO KENAPA, SULTAN!!!??“
„ya elah, biasa aja!! Gak usah pake kuah!!“
„seriusan, kenapa njir!! Siapa yang nonjok lo !! biar gue hajar!!, oh no my babyyyy!!“ kata Neo dengan nada tangisan sambil memeluk Pond yang hanya bisa tertawa melihat si mabuk Neo
„Phuwin“ jawab Pond
„eeeh?!“
„iya Phuwin, tadi pas gue jemput di taman Frieden“ tambah Pond
„ANJIRRR!!“ Neo melepaskan pelukannya dan dengan segera mengecek hp-nya, terlihat ada sebelas pangilan tak terjawab dari Phuwin 2 jam yang lalu
„Phuwin sekarang dimana?!! Dia gak papa?? Dimana lo jemput dia?? Si anjing itu emang gak kapok ya“ Neo melontakan banyak pertanyaan yang sontak juga membuat Pond terkejut
„si anjing?!“ tanya Pond kuatir
„iya, stalker dia!! Udah hampir sebulan, njirr!! Udah pernah di tangkep cuma dilepas ama polisi karna gak ada tindak kekerasaan!! Sering banget dia ke cafe trus duduk ber jam jam nungguin Phuwin. Babi betul. Sayangnya ada undang undang kalo gak udah gue bunuh tuh si bangke!!“ ujar Neo panjang lebar
Pond hanya bisa terdiam mendengar semuanya itu
„njirr, gue ngerasa berdosa banget !! kenapa gue mabuk dan gak liat hp gue njirr“ tambah Neo
„jadi tadi dia di kejar!“ kata Pond dalam hatinya yang masih tidak percaya mendengar semuanya itu
„AAAH“ teriak Neo
„anggap aja lo gak dengar apa yang gue bilang tadi!!“ kata Neo
„kenapa?!! Ini kan kasus kriminal!!“
„Phuwin gak mau orang lain tau!!“
„orang lain?!!“
„iya, lo !! orang lain“
„kan gue udah temenan sama Phuwin juga“
„gak, belum. Lo masih stranger buat dia“ kata Neo
„tapi lo udah jadi teman gue. sabar aja, emang Phuwin gak seganteng gue, eh maksudnya secepat gue berteman dengan orang baru apalagi orang kaya“ tambah Neo menepuk pundak Pond
„gue seriusan, bingung dengan hubungan uang orang tua gue sama gue mau berteman dengan Phuwin. Emang urusannya apa!!!“ tanya Pond dengan nada kesal. Karena sudah sering orang orang mengatakan hal yang sama
„yang jelas, itu bukan cerita gue untuk di kasih tau ke lo“ balas Neo sambil menepuk pundak Pond.
„ya udah, gue ke atas dulu. Lo juga cepetan baliknya udah tengah malam nih“ ujar Neo sebelum meninggalkan Pond di teras pintu masuk dorm
***
***
Mengingat kembali wajah Phuwin yang terlihat ketakutan tapi tidak mau menceritakan kejadian di taman Frieden membuat Pond yang berbaring di atas kasurnya itu tidak bisa tidur.
„kalau aja gue lebih cepat, pasti bakalan ketemu sama stalkernya Phuwin“ pikirnya dalam hati
„bentar deh, emang dia kerjanya di cafe mana ?!!“ Pond segera mengambil hp-nya
„iya, iya !! makasih NEO“ kata Pond mendikte ucapan ini untuk dikirim ke Neo.
“soalnya kalo gue nanya langsung ke Phuwin entar dia gak mau jawab” tambahnya dalam hati
~ ~
Pond berusaha untuk tidur tapi tidak bisa karena kata kata Neo tentang stalker Phuwin masih terngiang di benaknya. Dia kembali lagi memegang hp-nya untuk mengirim pesan.
„biar lo gak bales. Yang penting gue mau lo tau. Kalo gue akan selalu ada buat lo“ kata Pond sambil memandang hp-nya. „good night, win“ tambah Pond sebelum akhirnya tidur.
~ paginya ~
*TOK . . !! TOK . .!! TOK . .!!!* suara ketukan, seperti orang mau mendobrak pintu kamar Phuwin.
„njir, siapa sih. Gue baru aja selesai mandi!!“ ujar Phuwin sambil berjalan menuju pintu kamarnya untuk membukakan pintu
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan VI
***
Sesampainya di dorm pada sore hari itu, Phuwin segera mengganti baju untuk mandi. Sebelumya dia meninggalkan hp-nya di atas meja untuk dicharger.
Selesai mandi Phuwin mengecek hp nya. Dan ternyata ada 20 lebih pesan dari Pond Naravit seorang. Phuwin hanya menghela napas dan berkata „ya Tuhan, ada apa dengan anak ini“ sambil menggelengkan kepalanya.
Setelah bersiap-siap, Phuwin segera berjalan ke arah cafe tempat dia bekerja sebagai part-timer.
„selamat malam. Mau pesan ice caffee nya satu dengan tiramisu“
Mendengar kalimat ini, Phuwin hanya menggigit bibir nya sambil berkata dalam hati „jangan sampe ini suara dari orang yang gue kenal!!“
„selamat malam, kak.“ Sapa Phuwin sambil tersenyum paksa.
„ice caffeenya satu, tiramisunya satu. Silahkan duduk dulu nanti kita antar ke mejanya kak“ tambah nya.
„sabar win, lo lagi kerja“ monologue Phuwin di dalam pikirannya sambil menahan napasnya.
„makasihnya“ jawab si consumer
Dikarenakan sudah mendekati jam tutup dan hanya ada satu pelanggang. Phuwin bisa merasakan kalau dia sedang diperhatikan oleh orang yang tadi baru order pesanan, saat sedang menyiapkan pesanannya.
„ini kak, ice caffee dan tiramisunya. Selamat dinikmati“ saat Phuwin hendak meninggalkan meja si pelanggang, tangan Phuwin ditahan oleh si pelanggang tersebut.
„gue lagi kerja njirr“ kata Phuwin sambil berbisik.
„entar lagi kan lu pulang, gue antar balik ke dorm“
„gk usah, lu macam-macam, gue teriak. Lepasin gak !!“ kata Phuwin sambil berusaha melepaskan tangannya.
„makanya pulang bareng. Gue antar !!“
„sakit tangan gue !! lepasin gak !!“ nada Phuwin lama kelamaan semakin membersar yang kemudian membuat managernya keluar dari ruang belakang untuk mengecek keadaan. Sadar akan apa yang dialami Phuwin, manager langsung segera memanggil Phuwin ke belakang.
„Phuwin, bantuin phi di belakang“ kata manager
„iya phi sing“ balas Phuwin yang segera berlari ke belakang.
***
***
„mau phi telepon polisi?!“ kata pi singto, manager cafe
„gak papa phi, palingan juga dia dibebasin lagi, karna kan gak ada tindak kejahatan yang dilakukan“ ujar Phuwin sambil terlihat gelisah dan ketakutan
„gak papa, entar kamu pulangnya gimana ? mau phi sing antar ?!
„gak usah phi, dekat kok. Nanti aku telepon neo, biar bisa pulang bareng“
„ya udah, sekarang teleponnya. Biar pas mau pulang neo udah ada di depan caffe“
“Kenapa sih stalker kayak begitu masih aja hidup“ ungkap Phuwin kesal.
Phuwin segera menelepon Neo, sayangnya Neo saat itu sedang ada perayaan hari terakhir ospek di jurusannya. Jadi dia sama sekali tidak memegang hp nya. Mereka merayakannya malam ini supaya besok semua anak jurusan teknik bisa istirahat dan tidak perlu ke kampus lagi.
sadar akan Neo yang tidak mengangkat teleponnya, Phuwin sengaja berbohong ke Singto karena dia tidak mau menyusahkan phi singto untuk mengantarnya balik ke dorm
„Neo bilang dia lagi menuju ke sini“ kata Phuwin berbohong
„ya udah, kalo begitu kamu pulang lebih awal, lewat jalan lain. Entar di depan phi sing sengaja nanya nanya ke tharn, trus kamu keluar lewat pintu belakang!!“ kata singto menyusun rencana
„iya phi, makasih“ jawab Phuwin.
~~
Tharn, nama si stalker. Lelaki berumur 30 itu sudah hampir satu bulan terus mengganggu Phuwin saat Phuwin mulai bekerja di cafe itu. Sayangnya saat dilaporkan ke polisi, polisi hanya mengganggap remeh dan tidak menindak lanjuti, katanya mereka tidak ada tindak kriminal yang dilakukan tharn. Jadinya mereka tidak bisa menahan tharn atau menghukum tharn.
20 menit lagi cafe tutup, melihat singto yang sedang berusaha mengalihkan perhatian tharn, Phuwin pun segera bersiap-siap untuk balik ke dorm dan melewati jalan lain supaya tharn tidak mengikuti dia.
Yang biasanya hanya memakan waktu 10 sampai 20 menit, kini Phuwin harus berjalan hampir 50 menit untuk balik ke dorm demi menghindar dari pompan.
Baru saja keluar dari pintu belakang, phuwin sadar kalau ternyata pompan peka dengan rencana dia dan singto, jadinya tharn juga keluar hanya selang beberapa detik.
Dengan perasaan takut Phuwin hanya bisa melangkah cepat supaya bisa menjauh dari tharn.
„win!!“
Mendengar namanya dipanggil, tanpa berpikir panjang Phuwin segera berlari dan bersembunyi di semak semak taman. Dengan keadaan yang tidak terlalu terang membuat Phuwin semakin takut akan apa yang akan terjadi padanya kalau seandainya tharn berhasil menemukan dia.
„njirr, gak di angkat lagi“ kata Phuwin kesal sambil menelepon Neo untuk yang ke tiga kalinya
Sayangnya Phuwin tidak tahu mau menelepon siapa lagi. Orang yang dia kenal di kota ini Cuma Neo dan Singto, yang baru adalah Pond
Bbzzz . . . bbzz. . . HP Phuwin bergedar tanda ada pesan masuk.
„gue kirim pesan udah hampir 50 nih, masih gak mau bales juga !!“ melihat pesan yang dikirim Pond tanpa berpikir panjang Phuwin segera menelepon Pond
„biarlah, malunya dari belakang yang penting gue bisa balik dengan aman ke dorm“ pikir Phuwin dalam hati yang sebenarnya tidak mau menghubungi si sultan.
~~
„yaelah, kita udah di tingkat telepon teleponan ya. Sweet banget!“ kata Pond girang menjawab telepon dari Phuwin
„lo ada waktu gak ?!“ ujar Phuwin sambil berbisilk
„ngapain lo bisik bisik, gue juga ikutan bisik jadinya“
„gue butuh bantuan“
„kenapa ? apa aja bisa gue lakuin buat lo“
„seriusan ini!!“
„ya gue juga serius“
„gue di taman Frieden, agak jauh dari kampus tapi lo tau kan ?“
„iya, rumah gue arah situ. haah! Lo mau ke rumah gue?!“
„gak njir, kesini cepat. Gue di dalam taman, dekat danaunya. Gue tung- ACCKKH“
„huh, Phuwin ?? hallo ?? win ?? jangan becanda deh??
~~
Telepon pun terputus. Pond berpikir mungkin ini hanya candaan karena Phuwin jengkel atas kelakuan dia.
„ini anak, bilang aja lo rindu !!“ sambil tersenyum Pond berusaha menelepon balik. Sayangnya nomor Phuwin sudah tidak aktif lagi
„njirr, serius !!??“
Mendengar teriakan Pond, Joss yang sedang bersantai di ruang keluarga pun kaget melihat Pond yang segera berlari keluar kamar
„phi, aku keluar bentar ya. Ke Phuwin“ ungkap Pond
„remaja !! baru aja ketemu tadi sore, udah mau ketemuan lagi malam malam!! Awas entar di samber setan“ kata Joss becanda
Pond hanya berlari menginggalkan ruangan dan mulai mengendarai motornya
„taman frieden, dekat danau. Taman frieden dekat danau“ kata kata ini diucapkan ulang ulang oleh Pond biar dia tidak lupa, tempat terakhir Phuwin berada.
***
***
„balikin hp gue !! lo gila !?“ teriak Phuwin
„gue emang gila !! lo buat gue gila“ balas Tharn
„balikin gak !?kalo gak gue teriak !!“
„coba aja lo teriak, gak akan ada yang dengar!!. Kenapa sih lo gak mau sama gue?! Emang gue kurang apa coba ?!“
„kurang otak, kurang akal sehat!! Lo udah bau tanah masih aja ngejar ngejar anak muda!!“
„salahnya apa !! kan gue mau ngasih kasih sayang!!“
„gue gak butuh!!“ teriak Phuwin
„kenapa gak butuh“ kata Tharn dengan nada datar
Sadar akan nada tharn yang mulai berbeda. Phuwin segera berusaha lari tanpa memperdulikan hp nya
„aacckkk !!“ kepala Phuwin lemparan dari belakang. Ternyata Tharn memakai hp Phuwin untuk melemparnya. Phuwin segera mengambil HP ´nya, sadar akan Tharn yang berjalan menuju kearahnya, Phuwin pun segera berlari tamnpa arah demi menjauhi Tharn.
~~
„aaaaaaahhh. Ini gue njirr !!“ teriak Pond kesakitan. Phuwin tanpa sadar menonjok Pond yang tiba tiba menggenggam tangannya, karena Phuwin pikir Pond adalah Tharn.
„yaah, maaf, maaf !! gue kira siapa !!“ balas Phuwin kaget sambil memegang wajah Pond
„sakit banget !!! darah gak ??” tanya Pond
„gak, tapi kayaknya nanti memar deh !! sorry banget !! serius gue gak sangkah kalo itu lo yang megang tangan gue!!
„ya kan lu yang suruh gue ke sini!! aaaahh“ desah Pond sambil memegang wajahnya
„sorry banget Pond, serius !!! gue gak tau kalo itu lo !!“
„gak papa, sekarang bagaimana ?!, lo ngapain disini ?! dari sini kan jauh ke dorm ??“ tanya Pond
„eeeh gak papa. Pengen jalan ajah“ balas Phuwin sambil melihat kiri kanan
Melihat Phuwin yang gelisah dan memasang wajah takut, Pond pun sadar kalau ini bukan hal biasa yang terjadi.
„ya udah, gue antar balik ke dorm“ ujar Pond
„iya, cepetan !!“
Pond sadar kalau ada yang tidak beres, tapi dia juga tidak mau memaksa Phuwin untuk cerita apa ayng sedang terjadi, dia mau Phuwin sendiri yang mau bercerita karena merasa nyaman dengan dia.
mereka berdua pun jalan menuju tempat parkiran taman Frieden.
~~
„ya ampun, sultan !! mati gue!!“ teriak Phuwin kaget
„kenapa??!“ tanya Pond kaget
„muka lu njirr, memar !!! yaelah !! kalo gue dipenjara bagaimana ?!! gue bener bener gak sengaja, gue kira lo itu . . . . . „ Phuwin menghentikan ucapannya dan hanya menundukkan kepalanya.
„gak papa, memar doang kan. nanti juga dikompres hilang memarnya“ kata Pond santai sambil tersenyum kearah Phuwin
Melihan senyum Pond, Phuwin semakin merasa bersalah
„ke dorm gue aja, gue ada es batu di dorm“ ujar Phuwin malu
„oke“ balas Pond semangat
„lo bisa gak gk senyum !! muka lo baru aja gue tonjok. Ngapain lo senyam senyum. Kayak orang gila aja?!“ kata Phuwin heran sambil mengkerutkan alisnya
„ya gue senang aja, pasti gue orang pertama yang masuk dorm lo“
„gak juga kali, ada Neo“
„Neo kan teman lo, jadi gak dihitung“
„yang jelas lo bukan yang pertama !!“
Pond hanya tertawa melihat tingkah Phuwin yang sudah terlihat santai dan tidak takut lagi
„gemes“
„hhmm?!“ tanya Phuwin
„gak, gak papa. Bentar gue nyalain motornya dulu“ kata Pond kaget „untung dia gak dengar“ pikirnya dalam hati
„lo beneran bisa bawa motor?! gue kira lo hanya tau duduk di kursi belakang mobil mahal. Ada sopir kiri kanan?!!“ ujar Phuwin tercengang melihan Pond menyalakan motor sportnya
„gak lah. Gue bisa bawa motor, bawa mobil, bawa trek, bawa lo ke rumah gue juga bisa!“ kata Pond sambil mengedipkan matanya yang ditambah dengan rintihan- „auuuh, tenyata gak bisa ngedip mata. Sakit muka gue“
„maaf!! Gue harus bikin apa biar lo maafin gue?!” Tanya Phuwin sambil berdiri di samping motornya Pond.
„jadi pacar gue !!!“ jawab Pond serius sambil menatap dalam mata Phuwin
Phuwin hanya bisa tercengang speechless.
„gila lo !!“ kata Phuwin sambil memberikan helm milik Pond
„gue serius!!“
„otak lo gangguan karna gue tonjok tadi ?!! gue baru aja kenal lo, trus lo lupa ya, gue kan udah bilang. Lo dan gue, kita beda kasta !!“
“urusanya apa kasta sama perasaan ?!!” kata Pond membalas Phuwin sambil menggangkat alisnya
„becandanya kurang lucu, sultan !! kalo lo becanda terus, mending gue jalan kaki aja ke dorm“ ancam Phuwin sambil tertawa
„gak gak gak!! Ya udah naik!!“ pegang yang erat dong“ kaget Pond mendengar Phuwin yang berkata dia mau jalan kaki
„udah gue pegang“ balas Phuwin
„bukan motornya, maksudnya lo meluk gue dari belakang. Biar gak jatoh, lo kan gak make helm !!“ kata Pond
„ya gini juga kan gak jatoh!!“
Pond tiba tiba saja menarik gas motor yang sondak membuat Phuwin langsung memeluk Pond dari belakang
„nah, gini kan enak, dan gak bahaya juga !!“ kata Pond sambil menarik tangan Phuwin untuk lebih mempererat pelukan Phuwin di perutnya
„ini pertama dan terakhir gue naik motor bareng lo!!!“ balas Phuwin sambil menghela napas pasrah
Pond hanya tersenyum mendengar keluhan Phuwin dari belakang sebelum mereka berdua pun menuju kembali ke dorm kampus malam hari itu.
Tanpa Phuwin sadari Tharn sedang memperhatikan dia dan Pond dari kejauhan.
***
„peresmian, pertama kali masuk kamar lo !!“ kata Pond berdiri disamping Phuwin yang hendak membuka pintu kamarnya
„lebay amat lo !!“ balas Phuwin. „gak lama lama ya, muka lo cuma gue kompres doang, trus lo pulang !! tambah
„dingin amat!!“ ujar Pond yang memasuki ruangan duluan
„apaa ??!“ tanya Phuwin
„gue tanya, sepatunya ditaruh dimana ?!“
„di rak sepatulah“
„helmnya ditaruh dimana ?!“
„diatas meja aja“
„duduknya dimana?!“
„DI POHON DILUAR !!“ teriak Phuwin emosi mendengar Pond yang terus bertanya hal hal sepela
„santay aja kale, gak usah pake urat. gue kan gugup“ jawab Pond yang kaget sambil memegang dadanya
„ya lo juga sih !! emosi kakn gue jadinya“ balas Phuwin, „pulang aja, malas gue ngompres muka lo“
„lu yang ngompresin?!!“ tanya Pond semangat sambil tersenyum menatap Phuwin
„gak, pak rektor yang ngompres!!“ ujar Phuwin sambil membuka freezernya
~~
Pond terlihat mengelilingi kamar Phuwin untuk melihat pemandangan diluar jendela, barang barangnya Phuwin yang di meja belajar, dimeja lampu, dan di rak buku
„hhm, ada bingkai foto yang terbalik“ kata Pond pada Phuwin yang tiba tiba langsung saja merampas bingkai foto tersebut sebelum Pond sempat melihatnya.
Pond hanya bengong terkejut melihat tingkah laku Phuwin yang membuatnya semakin penasaran.
„foto siapa itu?!“ tanya Pond penasaran
„duduk sana, gue udah nyiapin es dan handuk buat kompres“ jawab Phuwin mengalihkan permbicaraan
„aah, iya“ balas Pond canggung sambil berjalan menuju kursi untuk duduk.
mereka berdua pun duduk berhadapan dan saling bertatapan.
“ya Tuhan, jangan biarkan si dia mendengar jantungku yang berdetak kencang ini” doa Pond dalam hati yang tampak gugup dan salting memandang Phuwin dari kedekatan.
jantung Pond berdetak semakin kecang saat tangan Phuwin mendekati wajahnya
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan V
***
Pond dan Phuwin berjalan kembali ke gedung mereka untuk bertemu dengan kakak pengurus ospek.
„gue gak ngasih nomor ke orang yang gue baru kenal“ kata kata itu tiba tiba saja keluar dari mulut Phuwin, kalimat yang keluar dengan nada datar
„gak papa kok, itu kan hak lu mau ngasih apa gak.“ Balasan Pond ini pun sontak membuat Phuwin menoleh kearah Pond, melihat Pond yang tersenyum kearahnya, wajah Phuwin pun berubah seperti menunjukan rasa curiga, rasa aneh, merasa tak wajar. Semu bercampur aduk. „aneh, kok lu masih bisa senyum sih ?!! gak canggung gitu ?!!“ pikir Phuwin dalam hati
„kenapa ?“ tanya Pond bingung melihat Phuwin yang sedang menatapnya
„bodyguard lu mana ? asisten ? sekretaris ?“ tanya Phuwin dengan maksud mengganti topik pembicaraan
„maksudnya??“ balas Pond
„gue tadi liat ada orang badan besar tinggi tegap yang selalu liatin lu dari jauh“
Kalimat yang keluar dari mulut Phuwin pun sontak membuat Pond menghentikan langkahnya
„keliatan ya ?“ tanya Pond dengan nada malu.
„ya elah, sultan !! ya badan tinggi begitu bagaimana gak keliatan?!!“ kata Phuwin sambil menunjuk dengan tatapannya ke arah belakang Pond yang memperlihatkan kalau Joss sedang berjalan menuju ke arah mereka berdua
„pi Joss !! kan tadi Pond bilang sembunyi aja biar gak keliatan“ kata Pond sambil menepuk jidatnya
„udah dekat jam makan siang, Pond“ ujar Joss sambil melihat ke arah jam tangannya
„aku masih tinggal 3 tanda tangan lagi, selesai ini baru makan siang dengan anak anak lain“ Pond menjawab sambil memperlihatan buku tugas tanda tangan dia dan Phuwin
„gak papa, sisanya gue aja yang bikin. Lu bisa makan siang duluan“ Phuwin yang terlihat ingin merampas buku tanda tangan dari genggaman Pond
„eitss, dari awal kan gue udah bilang, sama sama!!“ jawab Pond sambil mengangkat tangannya yang menggenggam buku tersebut.
“hah, maksudnya apa coba ? ngangkat tinggi tinggi gitu, mau pamer ketinggian ??” ujar Phuwin yang melihat Pond dari atas kepala sampai ke kaki
„Pi Joss, makan aja duluan, aku nanti bareng kelompok ospek“ katat Pond tidak menghiraukan ucapan Phuwin dan hanya melirik ke arah Phuwin. melihat Phuwin yang terlihat speechless dengan wajah imutnya, Pond pun hanya bisa tersenyum berusaha menahan tawanya.
“achh” ternyata Phuwin memukul perut Pond yang membuat Pond mengeluarkan suara itu
Phuwin tersadar kalau yang di depan mereka itu bodyguardnya Pond, dia pun hanya menatap Pond sambli salah tingkah tanpa berkata apa-apa dan memukul jidatnya sendiri. melihat betapa lucunya sikap Phuwin itu Pond pun hanya bisa tertawa
„kalo gitu pi tunggu di kantin“ ujar Joss sambil tersenyum ke arah Phuwin
„gak usah, pi beli aja di luar. Aku gak papa kok, ada Phuwin“ mendengar kelimat yang keluar dari mulut Pond, sontak membuat Phuwin kaget dan menoleh ke arah Pond
„kalo gitu, saya titip Pond ya, nong Phuwin“ ujar Joss
„ah iya pi, gak papa“ setelah mendengar balasan Phuwin ini, Joss pun mengangkat alisnya dan menoleh ke arash Pond, Pond pun membalas lirikan Joss dengan senyuman. Joss lalu meninggalkan mereka berdua.
Phuwin menoleh ke arah Pond sambil mengerutkan alisnya
„lu gila ?? gue gak bisa karate njir, entar kalo ada masalah bagaimana ? yang ada gue lari ninggalin lu !!“ kata Phuwin dengan nada kaget
„tenang aja, gue bisa jaga diri kok, sekalian jagain lu juga gue bisa“ balas Pond sambil tertawa dan meinggalkan Phuwin yang terlihat bengong.
„mau dapat 3 tanda tangan sisa gak?“ tambah Pond
„ah,ok ok !!“ jawab Phuwin kaget sambil mengejar Pond yang sudah jalan lebih dulu. Pond tersenyum lebar melihat Phuwin yang berlari kearahnya
***
Sesampainya mereka di dekat lapangan ospek, tampak pengurus ospek sedang duduk sambil menunggu para mahasiswa baru
„sedikit lagi jam makan siang nih, berapa anak lagi yang belum selesai ngumpulin tanda tangan?“ tanya Zee ke sesama pengurus ospek
„dari daftar sih ada 3 pasangan yang belum selesai, termasuk anak sultan“ jawab Mild, salah satu pengurus osis cewek jurusan business psychology.
„kalo gitu gimana, tunggu dikit lagi ya. Kalo gak kalian duluan aja makan siangnya biar gue yang nungguin“ jawab Zee sambil melihat jam tangannya
„siang kak“ suara ini sontak membuat ke lima pengurus osis yang sedang duduk itu pun menoleh ke belakang
„siang, sultan. Bagaimana, udah selesai ngumpulnya ?“ tanya Arthit
„belum kak, sisa tiga lagi. Kita berdua rencananya mau minta tanda tangan kakak pengurus“ balas Pond sambil melirik ke kanan, ke arah Phuwin yang juga terlihat mengagguk tanda bahwa dia juga menyetujui rencana tersebut
„kalo gitu sini bukunya, biar kita tanda tangan, dikit lagi udah jam makan siang“ kata Mild, sambil menyondorkan tangan meminta buku mereka
„eitt, gue duluan !!“ Arthit tiba tiba merampas buku yang hampir digenggam Mild
„sultan, duduk aja, kasian capek dari pagi keliling kampus. Eh lu Phuwin !! sini bentar“ tambah Arthit yang tiba tiba menarik Phuwin yang berdiri disebelah Pond
„woii, anak orang woi !“ teriak Jimmy, salah satu pengurus ospek yang paling tinggi.
„kenapa kak ??“ tanya Pond yang kebingungan
„hubungan mereka berdua udah gak baik dari hari pertama ospek“ jawab Jimmy membalas pertanyaan Pond
„lu lari keliling ini lapangan sepuluh kali, baru gue kasih tanda tangan !!“ kata Arthit mengancam sambil memukulkan buku tanda tangan di kepala Phuwin
Sadar akan hal apa yang akan terjadi dari perkataan Arthit, Pond pun berjalan menuju mereka berdua
„kalo gitu, aku juga kak. Kan ini tugas kelompok. Jadi aku lima putaran, Phuwin lima putaran“ Phuwin menoleh ke arah Pond ang tiba tiba berdiri didekatnyaa
„aduh sultan, kamu-“ belum sempat mnyelesaikan kalimat yang mau diucapkan, Pond sudah terlanjur memotong.
„gak papa kak, aku udah janji sama Phuwin bakal ngumpulin tanda tangan sama sama“ kata Pond
„ayo, win. Larinya barengan biar bisa cepat makan siang“ Pond dengan reflex menggenggam pergelangan tangan Phuwin lagi. Phuwin tampak kaget dengan sikap Pond, tapi tetap mengikuti kata Pond, Phuwin hanya bisa bengong melihat tangannya yang di genggam Pond sambil berlari.
“bentar. tangan gue lepasin dulu. susah larinya kalo genggaman gini” ujar Phuwin
“oh iya, maaf” jawab Pond canggung
“gak papa” Phuwin pun juga terllihat canggung dengan suasana di tengah lapangan
dan perasaan dann situasi yang canggung, mereka tetap melanjutkan perintah Arthit yang menyuruh mereka lari lima putaran.
selesai berlari lima putaran mereka berdua pun berhenti di depan tempat duduk kakak kakak pengurus ospek
„ini, Tan. semuanya udah lengkap ditanda tangani. Kalian bisa pergi makan siang“ kata Arthit sambil menyondorkan buku ke tangan Pond
„yang lain juga udah boleh makan siang“ tambahnya sambil berteriak ke arah peserta ospek yang lain
Phuwin dan Pond yang terlihat masih terengah-engah sehabis lari akhirnya ditinggal sama Arthit.
Merasa kalau ada yang memperhatikan dia, membuat Pond menoleh ke arah Phuwin.
„sama-sama“ kata yang keluar dari mulut Pond ini membuat Phuwin membuka matanya lebar lebar
„gue gak bilang apa apa“ balas Phuwin sambil salah tingkah
„dari muka lu keliatan“ jawab Pond sambil memukul jidat Phuwin dengan buku tanda tangan.
“apaan sih” tanpa sadar, Phuwin tersenyum ke ara Pond. Pond yang kaget melihat si jutek Phuwin tersenyum kearahnya pun hanya bisa menatap Phuwin.
Mereka pun tenggelam dalam dunia tatap-tatapan sampai akhirnya Zee memanggil mereka berdua yang membuat Phuwinsadar kalau dia sedang tersenyum. Phuwin pun segera menutup mulutnya.
„ayo ke kantin“ teriak Zee
„ayo, win” mendengar ajakan Pond, Phuwin pun ikut ke kantin untuk makan siang.
~~
~~
„hhmm, lu mau pesan apa, biar gue yang bayar“ pertanyaan yang keluar dari mulut Phuwin ini tidak pernah didengar oleh Pond sama sekali, karena semua orang tahu akan kekayaan orang tuanya, tidak pernah ada yang niat mentraktir dia, selalu dia yang mentraktir orang lain-
„eh ?!!“ hanya kata ini yang bisa keluar dari mulutnya Pond saat dia benar benar terkejut mendengar sesuatu.
„iya, gue tahu lu yang kaya. Tapi biar gue traktir aja karna lu tugas minta tanda tanganya gampang“ kata Phuwin sambil menunjuk menu di dinding.
„lumayan, karna kantin kampus jadi harganya juga gak mahal mahal amat!“ tambahnya
Dengan senyum lebar Pond menjawab „kalo gitu, gue pesan yang nomor dua, nasi omelette“
„minumnya??“ tanya Phuwin lagi
„jus jeruk“
„kak, kita berdua pesan nasi omelettenya dua, jus jeruknya dua“ Phuwin memesan makanan dan minuman yang sama dengan Pond biar Pi yang mengurus kantin tidak harus kerepotan menyiapkan pesanan.
„kepala lu kejedot ?! tanya Phuwin ke arah Pond
“haah ?!!” jawab Pond bingung
“gigi lu keliatan, kenapa lu senyum senyum“ dengan raut wajah yang kebingungan melihat Pond yang masih tersenyum sontak membuat Phuwin menanyakan pertanyaan ini.
„enggak, gak papa“ balas Pond
„ya udah, lu cari aja tempat duduk, makananya biar gue yang pegang“
„lu gak papa?“
„gak papa ah, emang lu kira gue anak kecil. Lu cari aja tempat duduk duluan“
Tidak menggubris perkataan Phuwin, Pond masih berdiri di samping Phuwin menunggu pesanan makan siang mereka
„makasih, kak“ kata Phuwin sambil mengambil pesanan mereka.
“yaelah, tempat duduk sultaaaan !!” ujar Phuwin yang kaget Pond masih berdiri di sampingnya
„duduknya disana aja?“ pertanyaan dari Phuwin ini pun hanya dijawab dengan anggukan dari Pond.
“sini nasinya, biar gue pegang. win. trus lu pegang minumannya” kata Pond sambil mengambil baki makanan dari tangan Phuwin
“okelah kalo begitu” balas Phuwin
Mereka berdua pun duduk berhadapan di meja paling sudut di bagian belakang.
***
Pond tiba-tiba menyondorkan tanganya kedepan wajah Phuwin „nama gue Pond Naravit“
„udah tau. lu random banget ya ternyata“ Phuwin tidak menggubris tangan Pond, hanya melihat wajah Pond lalu lanjut memakan nasi omelettenya
„iya, Cuma gue mau yang resmi. Karna perkenalan tadi pagi menurut gue gak baik kesannya“ mendengar Pond yang bersikeras untuk berjabat tangan, Phuwin pun menjabat tangan Pond.
„gue Phuwin Tangsakyuen“ balas Phuwin.
„udalah njir. Mau jabat tangan sampe jam berapa!!“ tambah Phuwin sambil menghempaskan tangan Pond.
Pond pun hanya tertawa sambil menatap Phuwin yang terlihat malu
„bukan berarti gue mau berteman sama lu ya“ kata Phuwin
„kenapa ??“ kalimat yang keluar dari mulut Phuwin ini mengagetkan Pond
„gue malas berteman dengan orang kaya“
„gue gak ngerti maksud lu?? lu gak mau berteman sama gue ?“
„lu orang kaya, gue miskin. Selamanya gak akan bisa berteman“ mendengar kalimat yang keluar dari mulut Phuwin sontak membuat Pond pun berhenti makan. dan jam makan siang mereka pun berakhir dengan Phuwin yang berdiri duluan dengan niat meninggalkan Pond yang dari tadi tidak menyentuh makanannya.
“sorry sultan, sebaiknya lu gak berteman dengan gue. kalo udah di dalam kelas nanti anggap aja kita gak saling kenal” ujaran Phuwin ini membuat Pond hanya bisa terdiam sambil menatap Phuwin yang berdiri dari kursi untuk meninggalkan Pond.
“gua gak bisa lakuin itu” kata Pond sambil menggenggam tangan Phuwin “gue akan bikin lu jadi teman gue” tambahnya
Phuwin tidak berkata apa apa, dia hanya menghempaskan genggaman Pond dan pergi meninggalkannya.
Phuwin tetap bertingkah seakan akan mereka tidak saling mengenal satu sama lain.
***
setelah makan siang, kakak pengurus ospek dan semua mahasiswa baru kembali ke lapangan untuk mendengar pengumuman tambahan buat harri terakhir ospek
“besok hari terakhir ospek. ada yang punya ide biar jurusan kita punya kenangan tersendiri” tanya Zee ke semua anak semester baru
“kak Zee, bagaimana kalo kita buat api unggun” jawab salah satu anak baru
“ide bagus, cuma kita udah gak ada waktu buat ngumpulin kayunya”
“bagaimana kalo kita buat treasure hunting” Arthit yang tiba tiba mengeluarkan idenya
“bagus juga, tapi harta karunnya apa ? kita gak punya barang mahal” balas Zee
“ya gak harus barang mahal. bisa saja snack ato kue kek apaan gitu yang bisa dimakan” ujar Arthit
“bagus juga ide lu, Thit” ungkap Mild
“kalo gitu besok kita treasure hunting. berpasangan lagi biar gampang karna acaranya pas udah malam. biar gampang juga sama pasangan kalian yang tadi minta tanda tangan” ucapan Zee ini, membuat Phuwin menoleh ke arah Pond. walaupun Pond merasa kalau Phuwin sedang menatapnya, dia tidak menghiraukan Phuwin sama sekali. tatapan Pond tetap menuju ke arah kakak kakak pengurus ospek.
“udah sore juga nih, kita akhiri ospeknya jam segini ya, soalnya biar kita pengurus ada waktu buat nentuin tresure-nya apaan” tambah Zee sambil mengucapkan kalimat perpisahaan
“sampai ketemu besok sore jam 6, beruntung ya kalian. paginya gak ada kegiatan”
***
“sultan, kita satu tim lagi” kata Phuwin sambil memanggil Pond yang sudah berjalan ke arah pagar kampus
“sultan !!” panggil Phuwin sambil berlari ke arah Pond
“lu gk dengar?!” tambahnya saat dia berdiri di depan Pond
“phi Joss udah nugguin gue” jawab Pond
“besok sore jam berapa lu tiba di kampus? kak Zee bilang jam 6 kita udah harus di kampus. lu jam berapa ke sini ? gue tinggal di area kampus jadi gak ada masalah. lu doang!?” Phuwin bertanya sambil berusaha menghentikan langkah Pond.
Pond tidak menjawab sama sekali, dia hanya menatap Phuwin dengan tatapan datar tanpa emosi.
“ya udah, kasih gue nomor lu. biar kalo lu terlambat tinggal gue nelpon”
Pond masih terdiam
“ngomong kek, apa kek”
Pond masih juga terdiam dan hanya menatap Phuwin
“sultan, gue serius !!”
. . . . .
“lu maunya apa sih. ngomong biar gue ngerti”
. . . . .
“ya udah, catat nomor gue” ujar Phuwin
Pond segera mengeluarkan hp-nya
“lu gila” kata Phuwin sebelum menyebutkan nomornya
setelah menyimpan nomot Phuwin di hp-nya, Pond pun tersenyum
“gue kan udah bilang, gue bakalan bikin lu jadi teman gue. langkah awal nomor hp lu udah gue punya” kata Pond sambil tersenyum
“njirr, gue kira lu ngambek gak mau ngomong !!!”
“gue balik duluan. siap siap aja, hp lu bakalan gue ributin” kata Pond sambil mendorong jidat Phuwin
Phuwin hanya terdiam melihat Pond yang berjalan menjauh sambil melambaikan tangan ke arahnya.
Baru saja lewat beberapa menit setelah mobil Pond meninggalkan parkiran depan kampus. hp Phuwin pun terus m´berbunyi menandakan bahwa dia sedang mendapat pesan.
“orang paling gila ! paling aneh yang ada di kontak gue njir !!!” muka Phuwin menangakan kalau dia menyesal memberikan nomor hpnya ke Pond.
melihat semua pesan yang dikirim Pond kepadanya membuat Phuwin hanya bisa menghela napas panjang,
“kayaknya tahun ini mental health gue bakalan goyah karna ni anak sultan” pikir Phuwin dalam hati.
“ya tuhan, gue udah rasa gk kuat buat besok barengan sama dia di hari ospek terakhir !!” tambahnya sambil memasuknya hp-nya kedalam saku celana.
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan IV
***
sambil berjalan kearah gedung jurusan lain, Pond pun memulai percakapan.
„ehm, kita ke gedung mana duluan ?“
Sayangnya Phuwin tidak menggubris, karena Phuwin tidak menjawab pertanyaan Pond, Pond pun hanya mengikuti langkah Phuwin dari belakang.
„dari sini kita pisah, lu ke sana, ke kantin, pasti banyak kakak tingkat disana, biar gue ke sini, ke gedung teknik“ kata Phuwin sambil menunjukkan arah
„tapi kan bukunya Cuma satu, kan tugasnya berdua“ jawab Pond menolak rencana Phuwin
„kalo gitu biar gue aja, lu duduk aja disana. Kalo gak entar kaki lu sakit lagi, SULLTAAN“ kata Phuwin dengan nada mengejek
„nama gue-“ belum saja menyelesaikan kalimat yang mau diucapkan, Phuwin sudah langsung memotong, „udahlah, gue gak peduli nama lu siapa. Yang jelas gue gak ada rencana mau kenal lu,“ kata Phuwin jutek.
„kok lu kasar banget sih ?!“ kata Pond sambil memperlihatkan raut wajah yang tampak sedikit sedih
„sini bukunya, lu duduk aja“ tanpa menggubris pertanyaan Pond, Phuwin memperlihatkan telapak tangannya, dengan maksud supaya Pond memberikan buku tanda tangan.
„gak, tadi dibilang harus sama sama, berdua. Ya harus berdua“ jawab Pond tegas
„ayo,ke kantin !!“ tambah Pond sambil jalan mendahului Phuwin ke kantin
Phuwin pun hanya menghela napas panjang sambil mengejar Pond dari belakang.
***
„selamat pagi kak, bisa minta tanda tangannya“ kata Pond memulai percakapan dengan kumpulan kakak kakak tingkat yang lagi duduk di bangku kantin.
„ooh hoo, anak sultan !!“ jawab salah satu kakak tingkat, sambil merangkul pundak.
„duduk aja disini, Pond kan ?!“ tambah salah satu kakak tingkat yang duduk di atas meja.
„sini bukunya, biar kita tanda tangan, lumanyan lah tujuh tanda tangan kaliat dapat dari kita. yang dibelakng lu itu siapa ?? kalian satu grup ??“ tambahnya sambil menunjuk ke arah Phuwin
„iya kak, kita berdua satu grup buat minta tanda tangan. Nama dia-“ belum juga selesai memperkenalkan Phuwin. Off, kakak tingkat yang tadi merangkul Pond melepaskan rangkulannya dan merangkul Phuwin.
„dek, bagaimana kalo lu aja yang minta tanda tangan ?? kita mau kenalaan nih sama si anak sultan. Kalo sampe kakinya sakit karna keliling kampus minta tanda tangan, emang lu mampu bayar biasa rumah sakit ??“ tanya Off sambil berbisik di telinga Phuwin.
Sambil memasang senyuman paksa di wajahnya, Phuwin pun mengambil paksa buku yang sudah ditanda tangani sama 7 kakak tingkat dari genggaman Pond, dan langsung jalan meninggalkan grup itu.
„eh, lu mau ke mana ?? tanya Pond kaget dan berusaha menghentikan Phuwin, sayangnya dia di tahan sama Arm, kakak tingkat yang jadi orang pertama menandatangi buku tugas mereka.
„disini aja, kenalan sama kita. Biar dia aja sendiri yang minta tanda tangan“ kata Arm sambil manaruh tangannya di pundak Pond supaya Pond bisa duduk ditengah tengah mereka.
„gue Arm, btw. Dia Off, yang ini–“ tanpa sadar Pond tidak mendengar sama sekali nama nama yang di pekenalkan Arm, karena pandangan dan pikirananya terfokus kearah Phuwin yang sudah meninggalkan kantin
„iyak kak. Nama saya Pond Naravit. Tapi maaf kakak kakak senior semua. Kalo entar ketahuan aku gak kerjain bareng tugas ngumpul tanda tangan bareng Phuwin. Entar kena marah gimana ?!!“ kata Pond sambil berdiri dengan maksud untuk segera mengejar Phuwin.
„maaf kak, bener bener minta maaf. Tapi aku harus nyusul teman aku“ tambahnya sebelum meninggalkan kantin tanpa melihat lagi wajah wajah para senior.
***
*penjilat dimana mana, jijik gue !!* pikir Phuwin, sambil jalan menuju gedung teknik.
tiba tiba ada yang menarik tangannya. Dengan kaget Phuwin pun segera menoleh kebelakang untuk melihat, siapa yang berani memegang tangannya
„ngapain lu pegang tangan gue!!“ kata Phuwin sambil berusah menarik melepaskan tangannya
„kan udah gue bilang, nyari tanda tangannya harus berdua. Sama-sama !!“ kata Pond sambil terengah-engah sehabis lari mengejar Phuwin.
„trus kapan lu mau lepas tangan gue, sultan ?“ kata Phuwin sambil menunjuk tangan Pond dengan pandangan matanya.
„oh, maaf. Makanya jangan ninggalin gue“ jawab Pond canggung sambil melepas tangannya.
~~
„lu ke gedung gue, tapi gak ketemu gue“ suara yang datang dari belakang Phuwin dan tampak tangan dari pemilik suara itu merangkul Phuwin dari belakang. Neo, pemilik suara tersebut.
„ya kan gue baru mau cari elu“ kata Phuwin sambil memukul tangan Neo yang merangkul bahunya.
„lu berdua mau ngumpulin tanda tangan disini ?? tanda tangan kakak tingkat gue ??“ tanya Neo kaget. „saran aja ya, sebaiknya jangan. Entar lu disuruh yang enggak enggak!!“ tambahnya
„gak papa, kan ada sultan“ kata Phuwin santai sambil menunjuk Pond.
„ooh, ini. Sebelum lu tiba di kampus ini aja lu udah terkenal se-antero kampus. Gue Neo. btw“ kata Neo sambil menyondorkan tangannya untuk berkenalan
„gue Pond, Pond Naravit“ kata Pond tersenyum sambil berjabat tangan dengan Neo.
„gila, lu ganteng banget !!“ puji Neo.
„lu tinggal dimana ? di rumah, apartment atau di dorm ? eh tapi kenapa lu mau kuliah disini ?! kampus ini kan bukan kampus tempat anak anak konglomerat kuliah“ tambahnya Neo yang menyerang Pond dengan beberapa pertanyaan sekaligus.
Ya, memang kampus tempat mereka kuliah ini kampus terkenal tapi bukan kampus elite tempat anak anak orang kaya kuliah. Karena kebanyakan mereka kuliah di kampus privat yang biaya per semester 10 bahkan 20 kali lipat dari kampus biasa.
„gak usah banyak tanya, njir !! emang dia tinggal dimana kuliah dimana, urusan lu ?“ ungkap Phuwin memotong Pond yang terlihat akan menjawab semua pertanyaan Neo.
ayo, minta tanda tangan !! kalo gak keburu siang, malas panas panas keliling kampus minta tanda tangan“ tambahnya
„tapi enak banget njir. Lu berdua bagi tugas, gue sendirian. Kapan gue punya pasangan?!!“ kata Neo merengek seperti anak kecil yang sontak membuat Phuwin tertawa.
melihat Phuwin yang tertawa membuat Pond pun ikut tersenyum. Phuwin yang sadar kalau Pond sedang menatapnya pun berhenti tertawa dan kembali memasang wajah juteknya
***
Waktu menunjukkan pukul 12:17 menandakan sedikit lagi waktunya makan siang. Pond, Phuwin dan Neo sama sama meminta tanda tangan kakak tingkat keliling kampus dari pagi. Begitu banyak hal yang harus mereka lakukan sesuai perintah kakak tingkat sebelum mendapat tanda tangan, untungnya hampir semua perintah kakak tingkat masih pada tingkat kewajaran, dan semua itu berkat Pond Naravit, banyak kakak tingkat yang tidak berani mencari masalah dengan menyuruh mereka melakukan hal hal aneh, karena Pond yang terkenal tidak saja di kalangan mahasiswa tapi juga dikalangan dosen. Yang artinya kalau ada apa apa dengan Pond mereka juga bakalan kena masalah.
Mereka bertiga duduk dibangku di bawah pohon sambil meminum jus demi melepas lelah.
„beruntung banget gue hanya tinggal dua lagi nih, dari 500 tanda tangan. Thank you ya Pond, semua karna lu kalo gak , bakalan disuruh yang aneh aneh sama kakak tingkat. lu berdua butuh berapa tanda tangan lagi?“ kata Neo sambil meminum jus mangga dan menepuk nepuk paha Pond,
„iya lah, gak ada yang berani sama sultan. Entar bisa di DO lu sama kampus“ kata Phuwin yang memotong pembicaraan
„gak juga, itu emang kakak tingkatnya aja yang baik. Masa hanya karna tanda tangan mereka bakalan di DO“ jawab Pond merendah
„lu udah anak sultan, ganteng, baik lagi. Gila, pasti banyak yang ngejar ngejar lu dari lu masih embrio“ Neo yang membalas kalimat Pond sambil tertawa
„embrio ?! itu kan masih bukan apa apa“ balas Pond sambil tertawa
„ya bagus kalo mereka ngejar lu karna suka, kalo ngejar lu karna uang lu, gimana ?!“ Phuwin yang tiba tiba menoleh ke arah Pond
Pond yang tampak kaget dengan pertanyaan Phuwin pun hanya bisa tersenyum.
„iya juga sih, hati hati ya Pond“ jawab Neo menyela
„anjir, padahal baru aja gue mau minta nomor lu. Gara gara lu, win ! gue jadi malu, entar dia kira gue penjilat lagi“ tambah Neo sambil mendorong bahu Phuwin.
„gak papa kok, ini kan semester awal, emang lebih baik kalo langsung dapat teman pas awal masuk. Biar gue simpan nomor lu duluan“ kata Pon dengan nada semangat sambil mengeluarkan Hpnya dari saku celana.
„widih, gue tersanjung, elu yang minta duluan. Ini nomor gue 026921367129“ jawab Neo
„kalo-?“ Pond menoleh ke arah Phuwin bermaksud menanyakan juga nomor Phuwin, sayangnya hal itu dihentikan Neo
„kalo dia lu gak perlu minta, karna dia gak bakalan ngasih“ kata Neo berbisik di telinga Pond.
„ah. kalo gitu biar lu aja. itu nomor gue” balas Pond sambil berbisik memberitahukan Neo kalo dia baru saja menelepon nomor Neo.
Peka terhadap suasana yang terasa canggung karena nomor hp, Neo pun berusaha mengganti tokpik pembicaraan.
„lu berdua sisa berapa tanda tangan?“ tanya Neo
„punya kita tinggal tiga lagi“ jawab Pond sambil mengecek buku tanda tangan.
„kalo gitu gue bakal balik ke kelompok ospek gue, biar sisanya minta sama kakak pengurus ospek“ ungkap Neo sambil berdiri dan akan kembali ke kelompok ospek jurusan teknik.
„kalo gitu kita berdua juga bakalan balik ke kelompok kita, biar minta tanda tangan pengurus ospek“ Pond yang juga menbalas ungkapan Neo, sambil menoleh ke arah Phuwin untuk melihat reaksi Phuwin, sayangnya Phuwin tidak bereaksi sama sekali.
„kalo gitu, bye. Selesai ospek kita hang out bareng ya Pond. And perlu diingat gue gak ngejar uang lu“ kata Neo sambil berlari ke arah gedung teknik.
Neo, juga merupakan anak beasiswa sama seperti Phuwin di jurusan teknik.
anaknya paling heboh dan lucu, selalu asik diajak bercanda. Punya rasa percaya diri yang sangat tinggi. Teman Phuwin satu satunya, dari kecil hingga sekarang.
Hanya sama Neo, Phuwin bisa terbuka tentang hal apa saja
***
next chapter : Kerikil Kehidupan III