***
Sesampainya di dorm pada sore hari itu, Phuwin segera mengganti baju untuk mandi. Sebelumya dia meninggalkan hp-nya di atas meja untuk dicharger.
Selesai mandi Phuwin mengecek hp nya. Dan ternyata ada 20 lebih pesan dari Pond Naravit seorang. Phuwin hanya menghela napas dan berkata „ya Tuhan, ada apa dengan anak ini“ sambil menggelengkan kepalanya.
Setelah bersiap-siap, Phuwin segera berjalan ke arah cafe tempat dia bekerja sebagai part-timer.
„selamat malam. Mau pesan ice caffee nya satu dengan tiramisu“
Mendengar kalimat ini, Phuwin hanya menggigit bibir nya sambil berkata dalam hati „jangan sampe ini suara dari orang yang gue kenal!!“
„selamat malam, kak.“ Sapa Phuwin sambil tersenyum paksa.
„ice caffeenya satu, tiramisunya satu. Silahkan duduk dulu nanti kita antar ke mejanya kak“ tambah nya.
„sabar win, lo lagi kerja“ monologue Phuwin di dalam pikirannya sambil menahan napasnya.
„makasihnya“ jawab si consumer
Dikarenakan sudah mendekati jam tutup dan hanya ada satu pelanggang. Phuwin bisa merasakan kalau dia sedang diperhatikan oleh orang yang tadi baru order pesanan, saat sedang menyiapkan pesanannya.
„ini kak, ice caffee dan tiramisunya. Selamat dinikmati“ saat Phuwin hendak meninggalkan meja si pelanggang, tangan Phuwin ditahan oleh si pelanggang tersebut.
„gue lagi kerja njirr“ kata Phuwin sambil berbisik.
„entar lagi kan lu pulang, gue antar balik ke dorm“
„gk usah, lu macam-macam, gue teriak. Lepasin gak !!“ kata Phuwin sambil berusaha melepaskan tangannya.
„makanya pulang bareng. Gue antar !!“
„sakit tangan gue !! lepasin gak !!“ nada Phuwin lama kelamaan semakin membersar yang kemudian membuat managernya keluar dari ruang belakang untuk mengecek keadaan. Sadar akan apa yang dialami Phuwin, manager langsung segera memanggil Phuwin ke belakang.
„Phuwin, bantuin phi di belakang“ kata manager
„iya phi sing“ balas Phuwin yang segera berlari ke belakang.
***
***
„mau phi telepon polisi?!“ kata pi singto, manager cafe
„gak papa phi, palingan juga dia dibebasin lagi, karna kan gak ada tindak kejahatan yang dilakukan“ ujar Phuwin sambil terlihat gelisah dan ketakutan
„gak papa, entar kamu pulangnya gimana ? mau phi sing antar ?!
„gak usah phi, dekat kok. Nanti aku telepon neo, biar bisa pulang bareng“
„ya udah, sekarang teleponnya. Biar pas mau pulang neo udah ada di depan caffe“
“Kenapa sih stalker kayak begitu masih aja hidup“ ungkap Phuwin kesal.
Phuwin segera menelepon Neo, sayangnya Neo saat itu sedang ada perayaan hari terakhir ospek di jurusannya. Jadi dia sama sekali tidak memegang hp nya. Mereka merayakannya malam ini supaya besok semua anak jurusan teknik bisa istirahat dan tidak perlu ke kampus lagi.
sadar akan Neo yang tidak mengangkat teleponnya, Phuwin sengaja berbohong ke Singto karena dia tidak mau menyusahkan phi singto untuk mengantarnya balik ke dorm
„Neo bilang dia lagi menuju ke sini“ kata Phuwin berbohong
„ya udah, kalo begitu kamu pulang lebih awal, lewat jalan lain. Entar di depan phi sing sengaja nanya nanya ke tharn, trus kamu keluar lewat pintu belakang!!“ kata singto menyusun rencana
„iya phi, makasih“ jawab Phuwin.
~~
Tharn, nama si stalker. Lelaki berumur 30 itu sudah hampir satu bulan terus mengganggu Phuwin saat Phuwin mulai bekerja di cafe itu. Sayangnya saat dilaporkan ke polisi, polisi hanya mengganggap remeh dan tidak menindak lanjuti, katanya mereka tidak ada tindak kriminal yang dilakukan tharn. Jadinya mereka tidak bisa menahan tharn atau menghukum tharn.
20 menit lagi cafe tutup, melihat singto yang sedang berusaha mengalihkan perhatian tharn, Phuwin pun segera bersiap-siap untuk balik ke dorm dan melewati jalan lain supaya tharn tidak mengikuti dia.
Yang biasanya hanya memakan waktu 10 sampai 20 menit, kini Phuwin harus berjalan hampir 50 menit untuk balik ke dorm demi menghindar dari pompan.
Baru saja keluar dari pintu belakang, phuwin sadar kalau ternyata pompan peka dengan rencana dia dan singto, jadinya tharn juga keluar hanya selang beberapa detik.
Dengan perasaan takut Phuwin hanya bisa melangkah cepat supaya bisa menjauh dari tharn.
„win!!“
Mendengar namanya dipanggil, tanpa berpikir panjang Phuwin segera berlari dan bersembunyi di semak semak taman. Dengan keadaan yang tidak terlalu terang membuat Phuwin semakin takut akan apa yang akan terjadi padanya kalau seandainya tharn berhasil menemukan dia.
„njirr, gak di angkat lagi“ kata Phuwin kesal sambil menelepon Neo untuk yang ke tiga kalinya
Sayangnya Phuwin tidak tahu mau menelepon siapa lagi. Orang yang dia kenal di kota ini Cuma Neo dan Singto, yang baru adalah Pond
Bbzzz . . . bbzz. . . HP Phuwin bergedar tanda ada pesan masuk.
„gue kirim pesan udah hampir 50 nih, masih gak mau bales juga !!“ melihat pesan yang dikirim Pond tanpa berpikir panjang Phuwin segera menelepon Pond
„biarlah, malunya dari belakang yang penting gue bisa balik dengan aman ke dorm“ pikir Phuwin dalam hati yang sebenarnya tidak mau menghubungi si sultan.
~~
„yaelah, kita udah di tingkat telepon teleponan ya. Sweet banget!“ kata Pond girang menjawab telepon dari Phuwin
„lo ada waktu gak ?!“ ujar Phuwin sambil berbisilk
„ngapain lo bisik bisik, gue juga ikutan bisik jadinya“
„gue butuh bantuan“
„kenapa ? apa aja bisa gue lakuin buat lo“
„seriusan ini!!“
„ya gue juga serius“
„gue di taman Frieden, agak jauh dari kampus tapi lo tau kan ?“
„iya, rumah gue arah situ. haah! Lo mau ke rumah gue?!“
„gak njir, kesini cepat. Gue di dalam taman, dekat danaunya. Gue tung- ACCKKH“
„huh, Phuwin ?? hallo ?? win ?? jangan becanda deh??
~~
Telepon pun terputus. Pond berpikir mungkin ini hanya candaan karena Phuwin jengkel atas kelakuan dia.
„ini anak, bilang aja lo rindu !!“ sambil tersenyum Pond berusaha menelepon balik. Sayangnya nomor Phuwin sudah tidak aktif lagi
„njirr, serius !!??“
Mendengar teriakan Pond, Joss yang sedang bersantai di ruang keluarga pun kaget melihat Pond yang segera berlari keluar kamar
„phi, aku keluar bentar ya. Ke Phuwin“ ungkap Pond
„remaja !! baru aja ketemu tadi sore, udah mau ketemuan lagi malam malam!! Awas entar di samber setan“ kata Joss becanda
Pond hanya berlari menginggalkan ruangan dan mulai mengendarai motornya
„taman frieden, dekat danau. Taman frieden dekat danau“ kata kata ini diucapkan ulang ulang oleh Pond biar dia tidak lupa, tempat terakhir Phuwin berada.
***
***
„balikin hp gue !! lo gila !?“ teriak Phuwin
„gue emang gila !! lo buat gue gila“ balas Tharn
„balikin gak !?kalo gak gue teriak !!“
„coba aja lo teriak, gak akan ada yang dengar!!. Kenapa sih lo gak mau sama gue?! Emang gue kurang apa coba ?!“
„kurang otak, kurang akal sehat!! Lo udah bau tanah masih aja ngejar ngejar anak muda!!“
„salahnya apa !! kan gue mau ngasih kasih sayang!!“
„gue gak butuh!!“ teriak Phuwin
„kenapa gak butuh“ kata Tharn dengan nada datar
Sadar akan nada tharn yang mulai berbeda. Phuwin segera berusaha lari tanpa memperdulikan hp nya
„aacckkk !!“ kepala Phuwin lemparan dari belakang. Ternyata Tharn memakai hp Phuwin untuk melemparnya. Phuwin segera mengambil HP ´nya, sadar akan Tharn yang berjalan menuju kearahnya, Phuwin pun segera berlari tamnpa arah demi menjauhi Tharn.
~~
„aaaaaaahhh. Ini gue njirr !!“ teriak Pond kesakitan. Phuwin tanpa sadar menonjok Pond yang tiba tiba menggenggam tangannya, karena Phuwin pikir Pond adalah Tharn.
„yaah, maaf, maaf !! gue kira siapa !!“ balas Phuwin kaget sambil memegang wajah Pond
„sakit banget !!! darah gak ??” tanya Pond
„gak, tapi kayaknya nanti memar deh !! sorry banget !! serius gue gak sangkah kalo itu lo yang megang tangan gue!!
„ya kan lu yang suruh gue ke sini!! aaaahh“ desah Pond sambil memegang wajahnya
„sorry banget Pond, serius !!! gue gak tau kalo itu lo !!“
„gak papa, sekarang bagaimana ?!, lo ngapain disini ?! dari sini kan jauh ke dorm ??“ tanya Pond
„eeeh gak papa. Pengen jalan ajah“ balas Phuwin sambil melihat kiri kanan
Melihat Phuwin yang gelisah dan memasang wajah takut, Pond pun sadar kalau ini bukan hal biasa yang terjadi.
„ya udah, gue antar balik ke dorm“ ujar Pond
„iya, cepetan !!“
Pond sadar kalau ada yang tidak beres, tapi dia juga tidak mau memaksa Phuwin untuk cerita apa ayng sedang terjadi, dia mau Phuwin sendiri yang mau bercerita karena merasa nyaman dengan dia.
mereka berdua pun jalan menuju tempat parkiran taman Frieden.
~~
„ya ampun, sultan !! mati gue!!“ teriak Phuwin kaget
„kenapa??!“ tanya Pond kaget
„muka lu njirr, memar !!! yaelah !! kalo gue dipenjara bagaimana ?!! gue bener bener gak sengaja, gue kira lo itu . . . . . „ Phuwin menghentikan ucapannya dan hanya menundukkan kepalanya.
„gak papa, memar doang kan. nanti juga dikompres hilang memarnya“ kata Pond santai sambil tersenyum kearah Phuwin
Melihan senyum Pond, Phuwin semakin merasa bersalah
„ke dorm gue aja, gue ada es batu di dorm“ ujar Phuwin malu
„oke“ balas Pond semangat
„lo bisa gak gk senyum !! muka lo baru aja gue tonjok. Ngapain lo senyam senyum. Kayak orang gila aja?!“ kata Phuwin heran sambil mengkerutkan alisnya
„ya gue senang aja, pasti gue orang pertama yang masuk dorm lo“
„gak juga kali, ada Neo“
„Neo kan teman lo, jadi gak dihitung“
„yang jelas lo bukan yang pertama !!“
Pond hanya tertawa melihat tingkah Phuwin yang sudah terlihat santai dan tidak takut lagi
„gemes“
„hhmm?!“ tanya Phuwin
„gak, gak papa. Bentar gue nyalain motornya dulu“ kata Pond kaget „untung dia gak dengar“ pikirnya dalam hati
„lo beneran bisa bawa motor?! gue kira lo hanya tau duduk di kursi belakang mobil mahal. Ada sopir kiri kanan?!!“ ujar Phuwin tercengang melihan Pond menyalakan motor sportnya
„gak lah. Gue bisa bawa motor, bawa mobil, bawa trek, bawa lo ke rumah gue juga bisa!“ kata Pond sambil mengedipkan matanya yang ditambah dengan rintihan- „auuuh, tenyata gak bisa ngedip mata. Sakit muka gue“
„maaf!! Gue harus bikin apa biar lo maafin gue?!” Tanya Phuwin sambil berdiri di samping motornya Pond.
„jadi pacar gue !!!“ jawab Pond serius sambil menatap dalam mata Phuwin
Phuwin hanya bisa tercengang speechless.
„gila lo !!“ kata Phuwin sambil memberikan helm milik Pond
„gue serius!!“
„otak lo gangguan karna gue tonjok tadi ?!! gue baru aja kenal lo, trus lo lupa ya, gue kan udah bilang. Lo dan gue, kita beda kasta !!“
“urusanya apa kasta sama perasaan ?!!” kata Pond membalas Phuwin sambil menggangkat alisnya
„becandanya kurang lucu, sultan !! kalo lo becanda terus, mending gue jalan kaki aja ke dorm“ ancam Phuwin sambil tertawa
„gak gak gak!! Ya udah naik!!“ pegang yang erat dong“ kaget Pond mendengar Phuwin yang berkata dia mau jalan kaki
„udah gue pegang“ balas Phuwin
„bukan motornya, maksudnya lo meluk gue dari belakang. Biar gak jatoh, lo kan gak make helm !!“ kata Pond
„ya gini juga kan gak jatoh!!“
Pond tiba tiba saja menarik gas motor yang sondak membuat Phuwin langsung memeluk Pond dari belakang
„nah, gini kan enak, dan gak bahaya juga !!“ kata Pond sambil menarik tangan Phuwin untuk lebih mempererat pelukan Phuwin di perutnya
„ini pertama dan terakhir gue naik motor bareng lo!!!“ balas Phuwin sambil menghela napas pasrah
Pond hanya tersenyum mendengar keluhan Phuwin dari belakang sebelum mereka berdua pun menuju kembali ke dorm kampus malam hari itu.
Tanpa Phuwin sadari Tharn sedang memperhatikan dia dan Pond dari kejauhan.
***
„peresmian, pertama kali masuk kamar lo !!“ kata Pond berdiri disamping Phuwin yang hendak membuka pintu kamarnya
„lebay amat lo !!“ balas Phuwin. „gak lama lama ya, muka lo cuma gue kompres doang, trus lo pulang !! tambah
„dingin amat!!“ ujar Pond yang memasuki ruangan duluan
„apaa ??!“ tanya Phuwin
„gue tanya, sepatunya ditaruh dimana ?!“
„di rak sepatulah“
„helmnya ditaruh dimana ?!“
„diatas meja aja“
„duduknya dimana?!“
„DI POHON DILUAR !!“ teriak Phuwin emosi mendengar Pond yang terus bertanya hal hal sepela
„santay aja kale, gak usah pake urat. gue kan gugup“ jawab Pond yang kaget sambil memegang dadanya
„ya lo juga sih !! emosi kakn gue jadinya“ balas Phuwin, „pulang aja, malas gue ngompres muka lo“
„lu yang ngompresin?!!“ tanya Pond semangat sambil tersenyum menatap Phuwin
„gak, pak rektor yang ngompres!!“ ujar Phuwin sambil membuka freezernya
~~
Pond terlihat mengelilingi kamar Phuwin untuk melihat pemandangan diluar jendela, barang barangnya Phuwin yang di meja belajar, dimeja lampu, dan di rak buku
„hhm, ada bingkai foto yang terbalik“ kata Pond pada Phuwin yang tiba tiba langsung saja merampas bingkai foto tersebut sebelum Pond sempat melihatnya.
Pond hanya bengong terkejut melihat tingkah laku Phuwin yang membuatnya semakin penasaran.
„foto siapa itu?!“ tanya Pond penasaran
„duduk sana, gue udah nyiapin es dan handuk buat kompres“ jawab Phuwin mengalihkan permbicaraan
„aah, iya“ balas Pond canggung sambil berjalan menuju kursi untuk duduk.
mereka berdua pun duduk berhadapan dan saling bertatapan.
“ya Tuhan, jangan biarkan si dia mendengar jantungku yang berdetak kencang ini” doa Pond dalam hati yang tampak gugup dan salting memandang Phuwin dari kedekatan.
jantung Pond berdetak semakin kecang saat tangan Phuwin mendekati wajahnya
***
***
next chapter : Kerikil Kehidupan V